Hakikat Perenungan Saat Puncak Haji

Puncak Ibadah Haji, Jutaan Jemaah Memadati Arafah.
Sumber :
  • REUTERS/Ahmed Jadallah

VIVA.co.id – Suara bising klakson kendaraan bersahutan memecah keheningan Kota Mekah pada Rabu pagi, 30 Agustus 2017. Meski Matahari belum tinggi, gelombang kendaraan yang mengangkut jemaah haji yang akan menuju Arafah mulai terjadi.

Media Center Jakarta Akan Kembali Aktif, Laporkan Info Haji Tiap Hari

Suhu pagi itu berkisar 37 derajat celsius. Sayup talbiyah juga terdengar dari rombongan jemaah haji yang berjalan kaki menuju Mina. Kebanyakan mereka akan melaksanakan Tarwiyah.

Peningkatan pengamanan juga telah dilakukan, jalan-jalan utama di Kota Mekah mulai dijaga. Barikade polisi terlihat di jalan yang merupakan akses utama menuju Mina dan Arafah.

Melihat Lebih Dekat Fasilitas Pemondokan Jemaah Haji

Seluruh kendaraan yang akan masuk dua wilayah penting tempat penyelenggaraan puncak haji itu diperiksa. Kendaraan yang tidak memiliki izin akan dipaksa untuk berputar balik. Antrean panjang kendaraan mengular. 

Di jalan utama yang berada di kawasan Shisha. Polisi berjaga di depan terowongan King Fath. Tidak hanya kendaraan yang tak berizin, polisi juga mencari jemaah yang tidak memiliki surat izin berhaji atau tasreh.

Kisah Polwan yang Jadi Pendamping Jemaah Haji Lansia

Tak jauh dari pos pemeriksaan, jemaah haji yang sepertinya tidak memiliki tasreh nekat menghindari pemeriksaan dengan mendaki gunung batu. Kebanyakan dari mereka hanya menggunakan sandal jepit. Ratusan jemaah ini saling bantu saat menjajaki gunungan batu.

Kesibukan di kantor Misi Haji Indonesia Daerah Kerja Mekah juga sangat terasa, meski sebagian petugas sudah berada di Arafah untuk mempersiapkan kedatangan jemaah yang mulai diberangkatkan pada pagi hari. 

Amirul Hajj yang juga Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan, untuk pelaksanaan puncak haji ini seluruh tenda jemaah dipastikan  baru dan dari bahan yang tahan api. Semua tenda telah terpasang. Tenda juga dilengkapi dengan karpet baru, pendingin ruangan dan water fan. Semua fasilitas telah siap digunakan jemaah.

Menurut Menag, haji tahun ini memang berbeda, terutama dalam bentuk kualitas layanan.

"Alhamdulillah bahkan tahun ini kita tingkatkan layanan katering, sebelumnya hanya 12 kali, tapi sekarang 25 kali makan tanpa mengurangi uang saku jemaah," kata Lukman Hakim di Daker Mekah, Rabu 30 Agustus 2017.

Semua fasilitas telah disiapkan karena pada Kamis, 31 Agustus 2017 inu, atau bertepatan dengan 9 Dzulhijjah 1438 Hijriah, jutaan umat muslim dari penjuru dunia, termasuk Indonesia, akan menjalani wukuf di Arafah.

Menurut Menag, ibadah haji merupakan perjalanan rohani menuju Allah SWT. “Bila kita menghayati dan mengamalkan secara baik dan benar, maka akan mengantarkan kita memahami jati diri sebagai manusia yang beriman dan bertakwa,” tuturnya.

Wukuf dilakukan dari saat tergelincir Matahari hingga terbenam Matahari. Wukuf di Arafah ini yang menjadi penanda puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji.

Disampaikan Menag, wukuf merupakan sarana kontemplasi untuk merenung dan memahami hakikat jati diri kemanusiaannya. Karena itu, ibadah haji jangan sekadar ritualitas yang hampa makna.

"Terpenting adalah perenungan kita, siapa kita sebagai manusia dan Allah sebagai Tuhan kita," kata Lukman.

Dengan berihram, semua orang tidak ada perbedaan. Semua harus meninggalkan atribut keduniawian, kepangkatan, dan kekayaan.

Sementara itu, anggota Amirul Hajj, KH Musthofa Aqil, berpesan agar jemaah haji Indonesia selalu pasrah atau lillah saat melaksanakan rangkaian ibadah haji.

Karena haji adalah ibadah yang luar biasa. Sejak awal sampai akhir pelaksanaan terdapat kepasrahan kepada Allah SWT. “Lillah artinya pasrah (hanya karena Allah)," katanya.

Musthofa mengajak jemaah selalu memohon ampunan dari Allah saat wukuf di Arafah. Karena dalam setiap ampunan Allah akan selalu ada rahmat.

Allah akan menurunkan rahmat sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Karena itu, jemaah diminta memperbanyak membaca istighfar ketika berada di padang Arafah. “Semoga menjadi haji yang mabrur,” katanya.

Imam dan Khatib salat Jumat di Masjidil Haram Syekh Shalih Alu Thalib juga menyampaikan beberapa pesan penting kepada para jemaah haji dari berbagai penjuru dunia.

Menurut Shalih, ibadah haji adalah ibadah totalitas yang menghapus dosa, menampilkan syiar dan simbol persatuan, menjunjung kehormatan dan keindahan, memupuk kebersamaan dengan bersama-sama melantunkan talbiyah.

Berhaji katanya, mengajarkan umat Islam untuk meninggalkan angkara murka, nafsu duniawi, dan kecintaan terhadap materi. 

Terpenting, kata dia, memperbanyak doa sewaktu wukuf di Padang Arafah, berdoalah di Muzdalifah, dan berdoalah di tiap habis melempar jumrah.

Selanjutnya, Jemaah Haji Harus Disiplin

Jemaah Haji Harus Disiplin

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pun sudah berupaya untuk memberikan pelayanan kepada jemaah saat puncak ibadah haji 2017. Pelayanan dilakukan secara menyeluruh mulai di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

Persiapan juga dilakukan pasca Armina. Semua untuk mencapai penyelenggaraan haji yang mengedepankan keselamatan bagi seluruh jemaah.

Meski telah ada persiapan yang matang, tapi kedisiplinan jemaah menjadi penentu utama. Saat berada di Arafah, jemaah diminta tidak banyak ke luar tenda. Perbanyak waktu untuk berdoa terutama saat wukuf.

Saat berada di Mina, jemaah yang mendapat penempatan di wilayah Mina Jadid disarankan tetap berada di tenda dan jangan kembali ke hotel mereka. Terutama jemaah yang tinggal di daerah Syisyah. Mina Jadid secara syar'i tidak perlu diragukan lagi. Wilayah ini tidak bisa dipisahkan dari tenda yang berada di Mina.

Koordinator Konsultan Ibadah Haji Daerah Kerja (Daker) Mekah, Aswadi Syuhada Nuruddin, menambahkan, jemaah sebaiknya tetap berada di tenda untuk mabid. Bila jemaah kembali ke hotel, dikhawatirkan akan tertidur dan akan terlewat mabidnya

Jemaah harus mengikuti sistem yang sudah ada. Sudah keharusan jemaah tetap berada di tenda untuk berzikir dan berdoa. Kesempatan ini harus dimanfaatkan secara maksimal oleh jemaah. Karena kesempatan berhaji tidak datang setiap tahun.

Dari banyak sistem yang telah ditetapkan, aturan yang paling penting diikuti adalah waktu melempar jumrah. Selain harus mengikut pengaturan waktu bergerak yang telah diatur dengan lampu penerangan yang ada, jemaah wajib mengikut jadwal melempar jumrah yang telah ditetapkan.

Jemaah diimbau tidak memaksakan diri untuk melempar jumrah di waktu yang utama atau afdlal karena berisiko. Pemerintah Saudi telah menetapkan jadwal dan jam tersebut bukan jadwal jemaah haji Indonesia.

Berikut ini waktu yang dilarang bagi jemaah haji Indonesia untuk melontar jumrah yang menjadi salah satu wajib haji:

1. 10 Dzulhijjah larangan melontar jamarat dari jam 06.00 hingga 10.30 WAS;
2. 11 Dzulhijjah larangan melontar jamarat dari jam 14.00 hingga 18.00 WAS;
3. 12 Dzulhijjah larangan melontar jamarat dari jam 10.30 hingga 14.00 WAS. 

Selama berada di Arafah, Muzdalifah dan Mina, jemaah diminta untuk selalu mengikuti arahan petugas. Bila jemaah disiplin mengikuti aturan, itu akan mengurangi jemaah dari kelelahan.

Selanjutnya, Keutamaan Arafah

Keutamaan Arafah

Bagian penting dalam ritual haji adalah Arafah. Wukuf atau berdiam diri di Arafah merupakan salah satu rukun haji. Tanpa wukuf di Arafah maka haji seseorang tidaklah sah.

Arafah terletak di padang pasir yang dikelilingi bukit-bukit batu berbentuk setengah lingkaran ini berada 25 km sebelah tenggara Kota Mekah. Sehari-hari gurun yang diselingi beberapa pohon ini tidak berpenghuni.

Keutamaan Arafah tertuang dalam sabda Nabi Muhammad SAW, "Doa yang paling afdal adalah doa di hari Arafah." Dalam riwayat lain, Nabi bersabda, "Tidak ada hari yang paling banyak Allah menentukan pembebasan hambanya dari neraka kecuali hari Arafah."

Karena keutamaannya ini, jemaah sakit pun akan dibawa ke Arafah untuk wukuf meski hanya berbaring. Saat wukuf yang merupakan rukun haji, jemaah dianjurkan memperbanyak ibadah, salat, berdoa, dan berzikir.

Pada saat wukuf, yaitu ketika Matahari sudah tergelincir atau bergeser dari tengah hari (sekitar pukul 12.00) hitungan wukuf sudah dimulai. Dalam prosesi wukuf, pertama yang dilakukan adalah salat zuhur dan ashar yang dilakukan secara jamak taqdim, yakni salat ashar dibawa ke siang hari bersama zuhur dengan satu kali azan dan dua kali iqamah.

Setelah salat zuhur dan asar, disunahkan seorang imam berkhotbah guna memberikan bimbingan wukuf, seruan ibadah dan doa. Disunahkan menghadap kiblat. Ketika berdoa hendaknya dengan mengangkat tangan hingga tampak di atas kedua ketiaknya. Juga disunahkan mengulang-ulang kalimat:

"Laa ilaha illallaah wahdahu laa syarikalah, lahulmulkuwalahul hamdu, yuhyimiit wahuwa hayyun layamuutu, biyadihil khair, wahuwa 'alaa kuli syaiin qadiir."

Artinya: Ya Allah, tiada Tuhan selain Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan segala puji. Dia yang menghidupkan dan mematikan. Ia hidup tidak mati. Di tangan-Nya segala kebaikan dan Dia Maha Kuasa.

Karena ada hadist Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, "Sebaik-baiknya doa pada hari Arafah dan sebaik-baiknya yang kubaca dan dibaca oleh nabi-nabi sebelumku, yaitu: "Laa ilaha illallaah wahdahu laa syarikalah, lahulmulkuwalahul hamdu, wahuwa 'alaa kuli syaiin qadiir." (Hadis riwayat Tarmidzi).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya