SOROT 444

Liga 1, Era Baru Sepakbola Indonesia

Go-Jek Traveloka Liga 1 Siap Digelar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Pertandingan antara Persib Bandung melawan Arema FC di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Sabtu 15 April 2017, akan menjadi penanda kembali bergeliatnya kompetisi sepakbola Indonesia. Gojek Traveloka Liga 1 merupakan kompetisi resmi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang juga diakui oleh Federasi Sepakbola Dunia (FIFA). Ditambah kehadiran Liga 2 di layar kaca tvOne, kompetisi sepakbola Indonesia bak memasuki era baru.

Piala Asia U-23 Pakai Head to Head atau Selisih Gol? Ini Syarat Timnas Indonesia ke Perempat Final

Setelah diterpa perselisihan antara PSSI kepemimpinan La Nyalla Mattalitti dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, pada 2015 silam, sepakbola Indonesia mati suri. Berita yang muncul tidak lebih dari sekadar saling lempar tudingan miring dari kedua belah pihak.

Karena melihat ada yang tidak beres dengan sepakbola Tanah Air, FIFA kemudian menjatuhkan sanksi. Tim nasional Indonesia dilarang aktif dalam turnamen internasional, dan segala kegiatan yang berlangsung tidak diakui sebagai ajang yang direstui oleh federasi.

Timnas Indonesia U-23 Pasti Raih Hasil Bagus, Main 9 Orang Saja Bisa Repotkan Qatar

Setahun kemudian ketegangan mereda. Klub-klub yang sudah merasa jengah dengan segala polemik yang ada mengajukan mosi tidak percaya kepada La Nyalla. Kebetulan saat itu, pria asal Makassar tersebut sedang tersangkut kasus korupsi.

Kelompok 85 yang ketika datang ke kantor PSSI dipimpin langsung oleh manajer Persib, Umuh Muchtar, membawa surat dari para pemegang suara (voters). Mereka mendesak untuk segera dilakukan Kongres Luar Biasa (KLB) mencari pengganti La Nyalla yang secara praktik tidak lagi bisa menakhodai PSSI.

Hasil Qatar Vs Timnas Indonesia U-23 Dibatalkan karena Protes ke AFC? Begini kata Sang Manajer

Tak berselang lama, Menpora mencabut Surat Keputusan Pembekuan PSSI. Dia menilai para pemilik hak suara sudah bisa dipercaya kembali menjalankan industri sepakbola. Kemudian muncullah ajang Torabika Soccer Championship (TSC) yang diikuti oleh 18 klub peserta kompetisi kasta tertinggi di Indonesia.

Kompetisi tersebut sayangnya tidak menjadi bagian agenda resmi yang direstui FIFA. Sebab, ketika digulirkan, sanksi dari otoritas tertiggi sepakbola dunia tersebut kepada Indonesia belum dicabut. Meski begitu, kemeriahan tetap muncul. Operator ketika itu, PT Gelora Trisula Semesta, mampu menghidupkan roda industri.

Dana besar bukan hanya didapat dari pihak sponsor, tetapi juga dari penjualan hak siar yang notabene menjadi pemasukan paling besar bagi kompetisi-kompetisi di negara Eropa. Peningkatan tersebut membawa dampak positif bagi para klub peserta. Dana subsidi yang mereka terima naik drastis ketimbang saat ikut Liga Super Indonesia (ISL) 2014.

Jika pada ISL 2014 setiap klub cuma mendapatkan subsidi awal Rp2,5 miliar, pada TSC naik dua kali lipat menjadi Rp5 miliar. Jumlah tersebut masih bisa bertambah karena setiap klub nantinya bakal mendapatkan dana subsidi dengan perhitungan sharing dan rating siaran langsung dari pemegang hak siar.

Kemudian ada pula pembagian hak komersial berdasar peringkat terakhir dalam klasemen TSC.

Edy Rahmayadi (tengah) menjadi Ketum PSSI baru, menang mutlak dari lima calon lainnya. (VIVA.co.id/M Ali Wafa)

Di penghujung berakhirnya TSC, PSSI menggelar Kongres Pemilihan Ketua Umum di Ancol, Jakarta, pada 10 November 2016. Dari sana terpilih Edy Rahmayadi sebagai nakhoda anyar pengganti La Nyalla. Sejak dipercaya oleh para pemilik hak suara, pria yang juga menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu berjanji akan membawa perubahan besar.

Perubahan yang dilakukannya bukan cuma untuk organisasi PSSI, tetapi juga sampai ke tahap pembentukan operator kompetisi yang baru. Mandat yang sejak 2009 lalu diberikan kepada PT Liga Indonesia dicabut. Dia membentuk operator baru dengan nama PT Liga Indonesia Baru.

Orang-orang yang biasa dikenal sebagai peramu kompetisi, seperti Joko Driyono tidak lagi diberi tugas sebagai Chief Executive Officer (CEO). Dia hanya ditugasi sebagai Wakil Ketua Umum PSSI. Namun, ada dua sosok sentral dari PT GTS, yakni Glen Timothy Sugita dan Ratu Tisha Destria yang kembali diberi kepercayaan.

Glen menjabat sebagai Komisaris Utama PT LIB, sedangkan Tisha menjadi Direktur Kompetisi. Selain itu, ada nama-nama baru seperti Berlinton Siahaan yang dipercaya sebagai Direktur Utama. Nama terakhir ini diketahui merupakan pengusaha dan juga teman dekat dari Edy. (Baca juga: Pesta Bintang Asing)

Resmi diperkenalkan kepada para peserta kompetisi, PT LIB harus berkejaran dengan waktu untuk melakukan persiapan. Beruntung, mereka bisa mendapatkan sponsor-sponsor utama, seperti Gojek dan Traveloka. Kemudian menyusul VIVA Group melalui TV One sebagai pemegang hak siar.

"Kami akan memberikan tontonan dalam 3 layar. Masyarakat bisa menyaksikan dalam layar televisi, handphone dan komputer," kata Anindra Ardiansyah Bakrie, Komisaris Utama tvOne, dalam acara peluncuran Liga 1.


PT LIB juga berani menaikkan dana subsidi awal yang akan diberikan kepada peserta Liga 1 mendatang sebesar Rp7,5 miliar. Subsidi rating dan sharing, serta hak komersial berdasarkan peringkat juga tetap dipertahankan. Edy mengaku, setidaknya di akhir musim nanti, tidak tertutup kemungkinan ada tim yang meraup uang mencapai Rp17 miliar.

Keberanian PT LIB itu bukannya tanpa alasan. Sebab, diketahui total dana yang mereka dapatkan dari dua sponsor, Gojek dan Traveloka saja mencapai Rp180 miliar. "Dana yang mereka setorkan kepada PSSI sejumlah Rp180 miliar. Yang bersedia memberi lebih masih kita tunggu," ujar Edy.

Selanjutnya... Lika-liku Liga 1

Lika-liku Liga 1

Menuju Liga 1, akhir pekan ini, perjalanan yang harus ditempuh oleh PSSI tidaklah mudah. Mereka harus memundurkan jadwal seharusnya, yakni 26 Maret 2017, seperti yang diputuskan dalam Kongres Tahunan di Bandung, Januari silam. Kebijakan tersebut menuai polemik, karena klub merasa PSSI telah melanggar keputusan Kongres.

Akan tetapi, Edy tetap pada pendiriannya. Bukan tanpa alasan dia memilih untuk memundurkan jadwal kompetisi, sebab ketika itu PT LIB belum terbentuk, dan butuh waktu pula untuk menyiapkan regulasi dan hal lainnya. "Tanggal 15 (April) sudah tidak ada yang diragukan (kompetisi dimulai),” tegas Jenderal bintang tiga tersebut.

Edy (tengah) membuat sebuah aturan baru dalam kompetisi musim ini. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Setelah penetapan waktu kompetisi beres, Edy harus kembali menemui masalah terkait penolakan klub atas regulasi baru. Saat Kongres Tahunan, pria kelahiran Aceh tersebut memutuskan akan mensyaratkan setiap tim wajib memainkan tiga pemain berusia di bawah 23 tahun sejak menit pertama. (Baca Juga: Mereka yang Bertarung)

Kemudian, batas maksimal usia pemain di Liga 1 adalah 35 tahun. Klub diberi kelonggaran boleh menggunakan dua pemain berkategori usia di atas itu. Akan tetapi, bagi klub kebijakan itu akan membuat mereka rumit dalam menentukan komposisi skuat, termasuk membongkar tim yang sebelumnya sudah mereka ikat kontrak.

"Saya dari pihak klub melihat seorang pemain itu bukan dari usia, tetapi prestasi, segi komersial, dan senioritas. Kalau pemain muda tidak bisa memberi kontribusi tidak akan saya pakai," tutur Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade.

Penerapan pembatasan usia diterapkan dalam kompetisi kasta tertinggi sebuah negara memang janggal. Sebab, dari sana diuji sejauh mana profesionalisme dan industri bisa berkembang. Meski banyak suara protes, namun Edy enggan mengubah sikap.

Dia bahkan menginstruksikan agar regulasi ini coba diterapkan dalam turnamen Piala Presiden sebagai adaptasi bagi setiap klub. Namun, tetap saja, bagi para pelaku sepakbola, kebijakan tersebut mengganggu mereka.

"Saya sebagai pelatih asing belum pernah menemukan regulasi seperti ini. Di Piala Presiden saya baru menemukan ini, dan Persija punya tiga pemain yang senior, jadi saya harus lakukan rotasi," ungkap pelatih Persija, Stefano Cugurra Teco.


Selanjutnya... Kritik buat PSSI


Kritik buat PSSI

Kontroversi jelang Liga 1 bergulir tak berhenti sampai di situ. PSSI kerap bersikap impulsif dalam masa persiapan kali ini. Mulai dari penerapan kebijakan pemain asing yang ditambah, hingga pergantian lima pemain. Sontak publik dan juga klub peserta dibuat terkejut.

Untuk pemain asing, secara tiba-tiba dalam perkenalan PT LIB kepada klub peserta Liga 1 diumumkan ada penambahan kategori marquee player. Jadi setiap tim bisa menggunakan empat pemian asing sekaligus saat bertanding. Padahal, sebelumnya hanya tiga pemain yang diperbolehkan, satu Asia, dan 2 non-Asia.

Banyak yang memprediksi penerapan kebijakan marquee player muncul seiring Persib mendatangkan Michael Essien. Syarat pemain kategori tersebut juga sangat tinggi, yakni minimal pernah main di Piala Dunia dalam tiga edisi terakhir, atau berseragam klub yang mentas di kompetisi kasta tertinggi benua Eropa.

Sekretaris PT Sriwijaya Optmistis Mandiri, Faizal Mursyid, tidak mempermasalahkan jika aturan tersebut hanya menguntungkan Persib. Akan tetapi, perusahaan yang menaungi Sriwijaya FC itu berharap ada kelonggaran yang diberikan kepada klub yang tidak mampu mendatangkan marquee player.

"Tetapi, kami berharap ada kelonggaran bagi tim yang tidak mampu mendatangkan pemain seperti Essien. Entah itu kuota pemain menjadi 3+1," tutur Faizal kepada VIVA.co.id.

Hal senada juga disampaikan oleh General Manager Arema FC, Ruddy Widodo. Dia berharap, aturan marquee player masih bisa berubah, mengingat dalam aturan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC), berlaku pemain asing 3+1 tanpa harus ada marquee player.

"Kita coba saja aturan AFC yang menetapkan 3+1, bahkan di Thailand itu lebih. Mungkin untuk mengejar slot satu dan menaikkan industri, memang kekhawatiran kualitas kompetisi turun. Apalagi ada aturan pemain U-23," kata Ruddy.

Akan tetapi, Edy dan jajarannya tetap pada pendirian awal. Mereka tetap melangsungkan gagasan tersebut, dan mau tidak mau klub-klub mesti berburu marquee player di tengah keterbatasan waktu. Tidak mudah mencari pemain untuk kategori itu, karena dana yang dibutuhkan juga besar.

Selang beberapa hari kemudian, PSSI kembali mengeluarkan kebijakan terkait dengan pergantian pemain. Jika sebelumnya pergantian pemain hanya dibolehkan 3 kali, di Liga 1 nanti boleh ada 5 pergantian pemain.

Selain itu, regulasi baru juga menetapkan daftar susunan pemain dari 18 menjadi 20 lantaran penggunaan pemain U-23. Itu berarti, ada 11 pemain yang menjadi starter dan 9 pemain yang duduk di bangku cadangan.

CEO PT Liga Indonesia Baru, Risha Adi Wijaya, juga ikut memberikan beberapa perubahan terkait regulasi Liga 1. Salah satunya adalah soal daftar susunan pemain yang berubah karena aturan U-23.

"Perubahan yang ada mungkin terdapat pada susunan daftar pemain yang biasanya 18 menjadi 20 karena ada peraturan U-23 yang diwajibkan main di 45 menit pertama dengan mempertimbangkan segala kemungkinan maka ada tambahan dua pemain dari timnas U-23," kata Risha.

Aturan baru terkait pergantian pemain dalam satu pertandingan menjadi perbincangan hangat. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Kebijakan tersebut membuat PSSI kembali menjadi sorotan. Sebab, pergantian lima pemain bertentangan dengan Laws of the Game. Dalam law 03 ayat 2 disebutkan setiap kompetisi resmi yang berada di bawah naungan FIFA maksimal hanya tiga orang.

Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, coba memberi penjelasan mengenai kebijakan tersebut. Menurutnya, regulasi pergantian lima pemain berkaitan dengan kebijakan penggunaan minimal tiga pemain di bawah usia 23 tahun. Klub-klub merasa kesulitan jika tidak ada kelonggaran.

Karena sejak jauh hari mereka sudah mengontrak pemain. Dan tidak semuanya akan kebagian jatah bermain. Contohnya, jika sebuah klub memiliki dua pemain asing non-Asia, satu Asia, dan satu marquee player, total hanya ada empat pemain di luar U-23 yang bisa mengisi skuat utama.

"Ini merupakan permintaan dari klub, tadinya mereka minta pergantian tujuh pemain, tetapi kemudian muncul lima pemain saja," ungkap Joko saat dihubungi VIVA.co.id, Rabu 5 April 2017 siang WIB.

Pria asal Ngawi tersebut menambahkan, dua tambahan pergantian pemain bukan tanpa syarat. Nantinya, slot itu hanya bisa dipakai setiap tim untuk memasukkan pemain yang masih berusia di bawah 23 tahun.

"Slot dua pergantian itu untuk pemain U-23. Itu juga mengapa DSP (daftar susunan pemain) ditambah jadi 20, dari sebelumnya 18. Jadi setiap klub bisa mendaftarkan banyak pemain U-23," jelasnya.

Dengan segala kontroversi yang ada, Liga 1 tetap akan diselenggarakan. Dan menarik untuk menunggu, bagaimana kompetisi akan berjalan hingga November 2017 mendatang.

Selanjutnya... Liga 2

Liga 2

Kompetisi Liga 2 akan diikuti oleh 60 klub yang dibagi dalam 8 grup. Akibat bejibunnya jumlah peserta ini, PSSI akan mengurangi peserta Liga 2 edisi 2018 menjadi 24 klub saja. 36 klub lainnya akan turun ke Liga 3 pada 2018 yang total pesertanya 40, ditambah klub promosi dari Liga Nusantara 2017 yang akan menjadi kasta ke-4 atau terbawah pada 2018.

Juara dan runner up grup Liga 2 akan lolos ke babak 16 besar. Mereka terbebas dari degradasi ke Liga 3. Tiga tim terbaik Liga 2 promosi ke Liga 1 edisi 2018.

Persebaya Surabaya, salah satu tim peserta kompetisi Liga 2. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Liga 2 edisi 2017 juga menerapkan peraturan baru terkait pembatasan usia. Setiap tim hanya boleh punya 5 pemain dengan usia 25 tahun sampai 34. Klub juga hanya boleh memiliki dua pemain berusia 35 tahun ke atas dan sisanya merupakan pemain di bawah 23 tahun.

Semua peraturan ini dibuat bukan tanpa tujuan, melainkan untuk regenerasi pemain yang disumbangkan ke Timnas Indonesia. Selamat datang Liga 1 & 2, era baru kompetisi sepakbola Indonesia. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya