Simbol Perlawanan Itu, Kini Jadi Ajang Judi

VIVAnews -- Arena lomba burung dara atau istilahnya ando’an doro di Surabaya biasanya dilakukan di kawasan-kawasan pinggiran kota. Kadang dilakukan di lapangan, persawahan, perempatan jalan, bahkan ada juga di area pemakaman.

Lokasi-lokasi tersebut memang dianggap strategis karena bisa menampung banyak orang, khususnya pemain. Waktu yang paling digemari penggemar burung dara ini biasanya sore hari.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

Sayangnya, arena balap itu biasanya dicampuri dengan taruhan. Jumlahnya pun beragam, ada yang bertaruh hanya Rp 20 ribu, hingga mencapai 200 ribu atau bahkan lebih.

Salah satu pencinta dan pemain ando’an doro mengatakan awalnya bermain burung dara karena hobi-nya sejak remaja. Rasa ketertarikan mengikutsertakan burung daranya dalam lomba didasari iming-iming sejumlah uang jika berhasil memenangkan pertandingan.

"Kalau menang kan lumayan, uangnya bisa buat makan pemilik dan untuk makan burungnya sendiri," ujar pria asal Kenjeran itu sambil tertawa.

Itulah yang menjadi dasar dan motivasinya menekuni permainan ini. Meski sudah mengerti dan faham jika adu burung dara melanggar hukum, namun ia menanggapinya secara santai dan mengaku tidak begitu takut.

"Kalau takut sih ada, tapi sedikit. Di arena balap doro kan banyak orang. Jadi kalau ada gerebekan polisi kita tahu karena banyak teriak-teriak. Terus kita lari secepatnya," ucap pria yang mengaku arena balap burung dara di daerahnya pernah digerebek itu.

Terkait tempat, ia mengaku gampang-gampang susah mencarinya. Dulu, kata dia, di wilayahnya cukup susah dijadikan tempat balap burung dara. Faktornya, antara lain masih cukup tinggi dan lebatnya alang-alang di area persawahan serta sedikitnya orang yang ikut balapan.

Permainan semacam ini, menurut dia, diyakini tidak akan hilang meski petugas kerap menggerebek dan membongkar pagupon atau rumah burung dara yang dibuat pemilik burung dari papan kayu.

"Permainan ini sudah ada dari dulu. Saya dan teman-teman cukup senang melakukannya karena hobi. Selain itu, banyaknya penonton dan pemain cukup memotivasi kami," tutur pria yang keberatan namanya dikorankan tersebut.

Sementara itu, dalam permainan balap burung dara ini, tidak hanya pemilik burung saja yang terlibat dan mempertaruhkan uangnya. Dikatakan pria berinisial nama SJ, pria yang sehari-hari tinggal di Semampir, ia mengaku tidak memiliki burung dara namun turut bertaruh. "Adu nasib-lah, siapa tahu menang," ujarnya singkat.

Hanya saja, lanjut dia, burung yang ditaruhinya adalah burung milik rekannya sendiri yang diyakini bisa menang. Sebelumnya memang harus ada komunikasi dan semacam deal khusus di awal balapan.

"Semacam janjian-lah, kalau menang nanti saya dapat berapa dan pemilik burung dapat berapa," ujar pria yang mengaku paling banyak bertaruh hanya Rp 100 ribu itu.

"Biasalah, kalau taruhan orang-orang pinggiran seperti ini. Tujuannya kan hanya adu nasib dan rejeki-rejekian saja. Buat tambahan sedikitlah," ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai mekanik di bengkel motor itu.

Sementara itu, di beberapa kawasan pinggiran seperti Pecindilan, Simokerto, Sido Kapasan, Sidotopo, Wonokusumo, Wonosari, Kalilom Lor, Bulak Banteng dan beberapa kawasan lain banyak sekali dijumpai rumah burung dara atau yang biasa disebut Pagupon. Tentu saja, keberadaan pagupon ini dirasa mengganggu dan meresahkan warga lain yang tidak ikut memilikinya.

Rahman, salah satu warga Bulak Banteng, yang rumahnya tidak jauh dari pemilik pagupon mengatakan, cukup terganggu dengan keberadaan bekupon-bekupon itu. "Kalau burung daranya sih nggak terganggu. Tapi sama pemiliknya itu. Kan letaknya ada di genteng rumah. Nah, kalau naik memberi makan itu si pemilik burung naik ke atap. Cukup sering genteng saya retak-retak diinjak," ucapnya.

"Itupun sehari bisa sampai dua kali, pagi dan sore," tuturnya mengeluh.

Tentu saja, karena meresahkan masyarakat, aparat kepolisian juga mengaku sering menerima laporan. Salah satunya aparat Polsek Gubeng. Bahkan dalam waktu dekat ini, polisi akan menggelar pembongkaran bekupon besar-besaran di beberapa tempat di kawasan Gubeng.

"Kalau waktunya kapan itu kami rahasiakan, takut bocor. Yang jelas dalam pekan ini. Kami juga masih berkoordinasi dengan aparat Satpol PP dan kecamatan setempat," kata Kapolsek Gubeng AKP Dwi Eko Budi, Selasa (10/11) pagi tadi.

Selain itu, unit reskrim Polsek Gubeng di bawah pimpinan Ipda Samidi berhasil menangkap satu penjudi balap burung dara. Namanya Nur Ali Mustafa (32) warga Baging Ginayan. Ia diamankan setelah polisi menggerebek lokasi adu balap burung dara liar di kawasan Gubeng Klingsingan. Dari tangannya, polisi menyita dua ekor burung dara dan uang senilai Rp 160 ribu yang dijadikan bahan taruhan.

Di hadapan penyidik, ia mengaku hanya iseng dan hampir setiap sore ikut bertaruh. "Saya hanya iseng. Mungkin sekarang lagi apes saja. Kalau ditanya menyesal atau tidak, yang pasti saya menyesal," tuturnya. (fqi)

Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Sumail Abdullah

Berpengalaman di DPR, Sumail Abdullah Dinilai Berpotensi Maju Pilkada Banyuwangi

Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Sumail Abdullah, dinilai menjadi salah satu nama yang berpotensi maju di Pilkada Kabupaten Banyuwangi dalam Pilkada serentak 2024

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024