Pendaki Wanita RI Taklukkan Gunung di Ekuador

Pendaki berhasil mencapai puncak gunung Everest
Sumber :
  • everest-2002.de

VIVAnews -  Tim wanita pendaki Indonesia berusia di atas 40 tahun berhasil mendaki Gunung Cayambe (5.790 meter) dan Gunung Cotopaxi (5.897 meter) di Ekuador, Amerika Selatan, sebagai upaya penggalangan dana bagi para penderita Lupus di Tanah Air.

Tim pendaki wanita itu masing-masing: Ami Saragih (46, psikolog), Amalia Yunita (43, wiraswasta), Veronica (47, pegawai swasta), Diah Bisono (45 tahun, wiraswasta), Miranda Wiemar (43, akuntan), Tejasari (42, independent financial planner), Dwiastuti Soenardi (53 tahun, pegawai swasta), Heni Juhaeni (44, konsultan peralatan outdoor), Imas Emi Sufraeni (45, ibu rumah tangga), dan Myrnie Zachraini Tamin (47, akuntan).

Pelaku Jambret Tinggalkan Mobil Patroli Polisi yang Dia Bawa Kabur di Pinggir Jalan Lalu Kabur

Sedangkan satu-satunya pria yang menjadi pendamping pendakian adalah Rahmat Rukmantara, sebagai pelatih tim. Tim ini melakukan misi sejak 16 Januari 2011 hingga 1 Februari 2011.

Di bawah bendera Equatorial Peaks for Lupus (E4L), tim pendaki ini sekaligus menyelesaikan misi 'Tiga Puncak Ekuator', pendakian tiga puncak tertinggi di garis khatulistiwa yang memiliki salju abadi. Upaya pendakian ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Synergy WorldWide Indonesia.

Dua puncak ekuator lain yang pernah didaki kelompok ini adalah saat pendakian gunung di Kalapattar, Himalaya (2006); Kilimanjaro, Tanzania (2009).

Pencapaian pertama di Ekuador terjadi pada 25 Januari 2011, saat 10 pendaki ini melakukan pendakian selama 10 jam untuk menaklukan Gunung Cayambe. Dalam pendakian yang berlangsung sejak tengah malam hingga pukul 9.20 pagi waktu Ekuador atau pukul 21.20 WIB, akhirnya Veronica Moeliono (47) diikuti tiga pendaki yang tergabung dalam E4L berhasil mencapai puncak gunung.

"Saya terharu karena perjalanan pendakian ke puncak setinggi 1.000 meter ini dilakukan sejak jam 23.30 malam. Pendakian panjang yang sangat melelahkan, melalui gletser es terjal dan dinding es menjelang puncak," ujar Veronica dalam rilis yang diterima VIVAnews.com di Jakarta, Rabu 9 Februari 2011.

Sedangkan Gunung Cotopaxi berhasil mereka taklukan pada 28 Januari 2011. Saat pendakian keadaan cuaca tidak bersahabat, suhu di bawah nol derajat dan hujan turun terus menerus, menjadikan medan es lebih tebal dan cair. Selain itu ada tantangan batas waktu pendakian yang mengharuskan para pendaki bergerak cepat.

"Beruntung misi pendakian kami kali ini mendapat dukungan sponsor perusahaan suplemen kesehatan. Kami selalu mendapat tambahan tenaga, yang akhirnya bisa membantu kita menyelesaikan misi pendakian," kata Koordinator Tim, Ami Kadarharutami Saragih.

Pendapat Ami juga dibenarkan anggota tim lainnya, Amalia Yunita. "Kami belum pernah mendaki dua gunung sekaligus dengan masa istirahat hanya dua hari saja. Namun dengan meminum suplemen kesehatan, kami merasa penuh tenaga," katanya.

Gunung Cayambe adalah gunung tertinggi ketiga di Ecuador, Amerika Latin, dan merupakan gunung beratapkan salju abadi terakhir di garis khatulistiwa yang masih menyisakan hamparan padang dan puncak berselimut salju. Sedangkan Gunung Cotopaxi merupakan salah satu gunung dengan ketinggian ekstrem, yakni di atas 5.500 meter yang ada di provinsi berbeda di Ekuador.

Gunung Cotopaxi adalah alternatif lain dari rencana semula tim ini akan menaklukkan Gunung Chimborazo (6300 meter) dengan lima puncaknya yang diakui sebagai gunung berapi tertinggi di Ekuador.

Perubahan rencana ini, karena pada saat itu salju telah menghilang dari Gunung Chimborazo dan hanya menyisakan bebatuan dan bongkahan es saja. "Kami tidak memiliki persiapan teknik memanjat gunung dengan kondisi seperti itu," kata Vera.

Pendakian ini merupakan ekspedisi ketiga yang dilakukan 10 wanita pendaki berusia di atas 40 tahun untuk penggalangan dana ke Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

5 Cara Ampuh Melepaskan Diri dari Kecanduan Alkohol

Kepedulian tim E4L ini pada lingkungan dan sesama didedikasikan untuk meningkatkan pengenalan terhadap penyakit Lupus. "Semoga pencapaian ini bisa menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya untuk terus bergiat sekaligus menjadi media untuk mempublikasikan bahaya penyakit lupus," ujar Ami Kadarharutami.

Dalam suatu survei terindikasi bahwa 9 dari 10 orang dengan Lupus (ODAPUS) adalah wanita dan terdeteksi lebih banyak menyerang pada masa produktif (usia 15-44). Jumlah penderitanya diyakini lebih besar dari yang berhasil terdeteksi, sementara pemahaman mengenai penyakit ini masih sangat minim.

Ilustrasi meruqyah

Cara Ruqyah Diri Sendiri Sesuai Syariat Islam, Agar Terbebas dari Gangguan Jin

Ruqyah atau Rukyah merupakan metode pengobatan menggunakan doa pada orang yang sakit akibat dari ‘ain (pandangan), sihir, rasa sakit, hingga gangguan jin.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024