Kehidupan Sederhana Gerson Poyk, Relakan Honor demi Sahabat

Gerson Poyk
Sumber :
  • Zahrul/VIVA.co.id/DEPOK

VIVA.co.id – Gerson Poyk, sastrawan yang juga penulis sederet novel ternama menghembuskan napas terakhirnya di usia 85 tahun, Jumat 24 Februari 2017. Di mata orang terdekat, Gerson ternyata dikenal sebagai penulis yang memiliki jiwa sosial cukup tinggi.

Rizal Ramli Meninggal Dunia, Sri Mulyani: Selamat Beristirahat di Sisi Terbaik Allah SWT

Bahkan, semasa hidupnya, Gerson lebih mementingkan orang lain ketimbang kehidupan pribadinya sendiri. Hal itulah yang diungkapkan Fanny J Poyk, putri sulung almarhum saat ditemui di rumah duka di Jalan Pemuda, RT 01/08 No 100, Depok, Jawa Barat, Sabtu 25 Februari 2017.  

“Ayah saya itu orangnya yang sosial sekali, lebih sosial kepada orang banyak. Jadi kalau punya honor atau royalti kalau ada teman datang dikasih ongkos sama dia. Ia dari dulu begitu, dari menjadi seniman ayah saya seperti itu,” ucap Fanny.

Bambang Kristiono Sang ‘Samurai Prabowo’ Meninggal Dunia

Fanny juga menambahkan sang ayah tak berpikir macam-macam saat memberi bantuan kepada sahabat-sahabatnya.

“Ada seniman yang enggak punya uang, langsung dia ambil mesin tik, bikin cerpen kirim ke koran, kan uangnya dapat langsung dibayar, honornya diambil buat temannya,” tutur Fanny mengenang sosok sang ayah.

Sekjen Gerindra: Desmond Mahesa Orang yang Kritis dan Sangat Mencintai Partainya

Saking pedulinya dengan orang lain, kata Fanny, bahkan ayahnya itu pernah memberikan televisi satu-satunya milik keluarga ke orang lain yang dianggap lebih membutuhkan.

“Karena dia merasa gampang cari uang dengan menulis langsung cari honor. Jadi enggak punya harta apapun. Kemarin sakit ada temannya kasih Rp300 ribu buat berobat,” katanya.

Selain memiliki jiwa sosial yang cukup tinggi, Gerson juga dikenal sangat toleran terhadap pemeluk agama lain. Bahkan, saking tolerannya, salah satu murid yang berbeda agama dengan dirinya sempat direkomendasikan untuk pergi haji. Beberapa ide tulisannya pun terilhami dari keberagaman Indonesia.

“Ide-ide sebelum meninggal dia bikin novel tentang keragaman di Indonesia, karena waktu itu bapak punya beberapa murid, salah satunya namanya Ismail Muchtar dari Padang. Nah dia itu mengikuti bapak sampai sekarang, sampai bapak kasih rekomendasi dia untuk pergi haji  sampai dia naik haji,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya