Riset dan Regulasi Jadi Kendala Perkembangan Obat Herbal

Obat Asli Indonesia
Sumber :
  • Diza Liane Sahputri/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Obat-obatan alami dari Indonesia, mulai dikembangkan agar bisa digunakan secara luas. Tapi, bukan hal yang mudah untuk meresmikannya, karena melalui proses riset yang cukup panjang serta beberapa kendala lainnya yang harus diperhatikan.

Benarkah Obat Herbal Bisa Sembuhkan Kanker? Begini Penjelasan Dokter

Diakui oleh Direktur Eksekutif DLBS (Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences), Dr. Raymond R. Tjandrawinata, MS, MBA, FRSC, pasokan obat-obat herbal saat ini harus melalui sebuah riset ilmiah. Hal tersebut, menurutnya, akan memengaruhi perkembangan obat herbal.

"Pasokan obat herbal modern harus mencakup sistem kesehatan juga, karena dari situ akan ada tanggung jawab terhadap efek dari obat herbalnya. Tapi perkembangan obat herbal memang sudah cukup lama," ujarnya saat ditemui di acara Percepatan Pengembangan Obat Herbal Modern Asli Indonesia melalui JKN, di The Sultan Hotel, Jakarta, Rabu 16 November 2016.

Catat Ramuan Herbal Atasi Perut Kembung dan Panas Dalam

Namun, ia menuturkan bahwa salah satu kendala dalam percepatan pengembangan obat herbal yaitu risetnya yang cukup lama selama minimal enam tahun lamanya, serta biayanya yang fantastis mulai dari ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Apalagi, riset mengenai obat herbal harus ditelusuri mulai dari akarnya, agar dampak ke depannya bisa semakin bermanfaat.

Bukan Lagi Obat Tradisional, Mengapa Fitofarmaka Belum Masuk Formularium JKN?

"Seperti obat dari cacing tanah dengan spesies lumbricus rubellus, sebelum mencapai uji pra-klinis dan klinis, ditelusuri mulai dari DNA-nya. Kemudian lihat dari patologi penyakit dan membuat fraksi protein dari cacing tersebut. Tanpa adanya riset dasar, tidak akan ada obat ini," jelasnya.

Spesies cacing tersebut, memiliki sifat trombosis dan anti trombosis yang di mana berguna untuk penyakit stroke dan serangan jantung.

Kemudian, kendala selanjutnya yakni pemahaman para tenaga medis mengenai manfaat obat berbahan alam ini. Terlebih, regulasi dari pemerintah juga belum memberikan tunjangan yang cukup untuk mempercepat perkembangannya.

"Dengan edukasi para dokter akan manfaat obat herbal ditambah dengan regulasi pemerintah, nantinya pasien bisa memiliki dua pilihan pengobatan yaitu dengan obat berbahan kimia atau berbahan alam," jelasnya.

Peneliti menunjukkan sabun herbal ramah lingkungan

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya