Mengenal Metode Diet dengan Trik Pikiran

Ilustrasi diet.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Bayangkan hal ini di benak Anda, begitu sepotong cokelat lumer di mulut dan turun melalui kerongkongan, kemudian timbul rasa mual, kepala pusing, dan membuat Anda memuntahkan apa yang baru Anda telan.

Hati-hati, Obesitas Bisa Bikin Otak Pikun

Tujuannya untuk membuat Anda merasa mual setiap kali berpikir atau menghadapi masalah makanan.

Ini adalah dasar dari 'diet ingatan yang salah' yang dipelopori Elizabeth Loftus dan rekannya Daniel Bernstein. Mereka menanamkan keengganan pada makan dalam pikiran seseorang dengan memainkan permainan ingatan dengan beberapa langkah lebih lanjut di dalamnya.

Pramugari Ternyata Lebih Rentan Kena Kanker, Apa Sebabnya?

Dalam metode ini, seperti dilansir Times of India, orang-orang diminta mengisi kuesioner mengenai makanan favorit mereka. Seminggu kemudian, mereka diberitahu kalau jawaban mereka telah ke komputer untuk dianalisis secara kompleks mengenai pilihan makanan mereka dan mengidentifikasi seperti apa pengalaman usia dini mereka dengan makanan.

Partisipan kemudian diberitahu, apakah ketika kecil mereka 'merasa muak makan telur rebus' atau 'merasa mual setelah makan acar'. Tentunya, semua itu hanyalah kebohongan saja, tidak ada komputer dan mereka tidak pernah merasa mual karena makan acar.

Terbiasa Makan Siang di Kantor, Perlu Perhatikan Hal Ini

Meski demikian, sebagian besar partisipan mengindikasikan kalau mereka percaya hasil analisis ini dan mampu membayangkan pengalaman buruk mereka. Ketika mereka diberikan kuesioner makanan lainnya, mereka melaporkan kalau tidak suka acar dan telur dan tidak berkeinginan memakannya lagi. Ketika para peneliti menawarkan telur dan acar kepada partisipan, mereka hanya memakan sedikit kedua makanan itu.

Teknik pikiran yang sama ternyata juga bisa membuat seseorang makan sehat. Misalnya, Anda bisa membuat buah hati suka makan sayuran dengan menanamkan ingatan salah dari pengalaman positif makanan.

Selama penelitian, orang yang diberikan informasi positif yang salah secara terus-menerus mengatakan mereka kemungkinan besar akan makan lebih banyak makanan sehat, menilai makanan tersebut lebih menggugah selera, dan bahkan bersedia membayar lebih untuk makanan itu.

Kembali ke rencana penurunan berat badan, akan lebih mudah menyerah pada makanan yang tinggi daging atau lemak, dibandingkan pada makan yang berlemak seperti hamburger, mentega, dan pilihan tinggi kalori lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya