Aceh Disebut Provinsi yang Nilai Toleransinya Rendah

Ilustrasi perbedaan suku dan ras
Sumber :
  • Pixabay/ Alexas_Fotos

VIVA.co.id – Kementerian Agama menyatakan, dari hasil survei yang dilakukan Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kemenag tahun 2015 menunjukkan, Aceh menempati peringkat terendah dalam nilai toleransi. Sementara, nilai toleransi tertinggi ditempati di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Cara Hugh Jackman Ajarkan Anak Peduli Sesama

Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama, Prof. H. Abdul Rahman Masud, mengatakan, belakangan, konflik yang didasari agama semakin banyak bermunculan. Padahal, dari hasi survei yang digelar Kemenag menunjukkan, tingkat toleransi di Indonesia masih cukup tinggi.

Ia menerangkan, dari hasil survei yang dilakukan di 34 provinsi dengan melibatkan 3.400 responden dihasilkan rata-rata nilai toleransi tertinggi didapat di Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan nilai hingga 75,36 persen. Sementara menyusul di peringkat kedua dan ketiga ditempati Bali dan Papua. Sementara, Aceh menempati peringkat terendah. 

Pentingnya Ajari Anak Hargai Makanan Sejak Dini

Menurut dia, ada tiga variabel utama yang berkaitan dengan pemeliharaan perbedaan melalui pendidikan di Indonesia, yakni toleransi tinggi, kerja sama tinggi, dan kesetaraan tinggi. "Jika toleransinya tinggi, kerja samanya tinggi, dan kesetaraan tinggi, pasti akan tercipta harmoni yang tinggi," ujarnya dalam acara Kopi Darat di FX Sudirman, Jakarta, Rabu, 14 September,

Selain dari masalah kerukunan, ia juga menyinggung kurangnya budaya kerja sama ini terhadap prestasi olahraga Indonesia di ajang kompetisi dunia seperti Olimpiade.

2-3 Tahun, Usia Tepat Ajarkan Anak soal Rasa Empati

"Kenapa di olahraga kita masih kalah, masih kurang prestasi tingkat dunia. Itu berarti pendidikan teamwork kita masih lemah. Meskipun di Indonesia ada gotong royong, tapi budaya teamwork belum terbentuk. Banyak yang lebih suka individual," ujarnya menjelaskan.

Karenanya, lanjut Masud, budaya inilah yang harus dikembangkan dalam dunia pendidikan Indonesia. Untuk bisa membangun budaya kerja sama tentunya juga dibutuhkan toleransi terhadap perbedaan.

"Anak-anak harus diajarkan untuk menerima perbedaan. Bahwa perbedaan adalah fakta yang harus diterima dan disikapi dengan benar. Karena itulah kita punya tepo seliro. Dengan adanya toleransi dan kerja sama akan menghasilkan harmoni.”

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya