Menikmati Keindahan Padang Tempo Dulu

wisata padang
Sumber :

VIVAlife - Balutan bangunan bergaya Eropa dan Melayu mewarnai salah satu sudut kota di tepian sungai Batang Araw. Perahu nelayan dengan motor tempel menghiasi pinggiran sungai yang membelah Kota Padang, Sumatera Barat.

Kemenangan Prabowo-Gibran Diharap Jadi Peluang Kembangkan Ekonomi Berbasis Laut

Terletak di Kecamatan Padang Selatan, kawasan ini dikenal dengan sebutan Muaro, daerah yang pada abad ke-19 menjadi pusat pemerintahan Kota Padang. Sejarawan Universitas Andalas, Profesor Gusti Asnan menceritakan, Muaro merupakan pusat kota Padang saat Belanda menduduki Indonesia. Muaro menjadi pusat kota yang menghubungkan kegiatan dagang Belanda pada dunia luar.

Kemajemukan etnis yang menghuni kawasan ini, menandakan Muaro memiliki daya sedot bagi kalangan urban. Tidak hanya pendatang dari belahan nusantara, etnis-etnis lain, seperti Tinghoa, Arab, dan India, dan Indon (sebuatan orang Eropa di luar Belanda) tercatat pernah menetap di kawasan ini.

EVOS dan Pop Mie Rayakan 6 Tahun Kolaborasi, Perkuat Komitmen untuk Majukan Esport Indonesia

"Etnis India menghuni kawasan Dobi, yang kini dikenal dengan Jalan Dobi. Mereka menguasai perkebunan dalam skala besar di Lubuk Kilangan dan Riumbo Data," kata Gusti.

Tak heran jika Padang memiliki atmosfir Belanda yang kental. Meski sudah berkembang menjadi kota metropolis. Untuk dapat merasakan kekhasan masing-masing etnis, Anda dapat mengunjungi blok-blok khusus. 

Pembunuhan di Wonogiri Ternyata Motifnya Sakit Hati, Korban Tidak Boleh Balikan dengan Mantan

Kawasan Indon bersebelahan langsung dengan kantor-kantor pemerintahan Hindia-Belanda, sedangkan etnis Tionghoa menghuni kawasan pecinan di Pondok, bersebelahan dengan kampung Keling. Para saudagar Minang sendiri menghuni kawasan Pasa Mudik (Pasar Mudik) dan Pasa Gadang. Perkampungan Keling dan Arab yang awalnya berada di Kampung Dobi, dipindah berdampingan dengan pecinan. Tidak habis sampai cerita ini, Padang juga menyajikan sejarah wisata yang patut dikunjungi. 

Bangunan Tua

Setidaknya terdapat 75 bangunan kuno di kawasan Batusangkar. Salah satunya Klenteng See Hin Kiong. Klenteng ini dibangun pada tahun 1861 dan dipugar kembali 1905. Awalnya klenteng ini berfungsi sebagai tempat peribadatan, sampai gempa 2009 merusak bangunannya.

wisata padang

Klenteng ini tengah dialihfungsikan sebagai museum, dan sebuah klenteng baru saat ini dipersiapkan untuk menggantikannya.

Selain klenteng, Masjid Muhammadan yang letaknya tak jauh dari klenteng juga menyisakan guaratan-guratan dinamis era lampau. Masjid yang berada di jalan Kampung Keling ini diyakini sudah berusia sekitar 200 tahun.

Menyusuri Padang Kota Tua tentu belum lengkap tanpa menyaksikan bangunan-bangunan bergaya Melayu di areal Pasa Gadang dan Pasa Mudik. Hiruk pikuk bongkar muat barang masih mewarnai kawasan pasar pertama di Padang ini.

Bangunan yang ada di sini terlihat sepuh dan kurang terawat. Di areal pinggir Batang Arau, kita bisa menjumpai jejeran bangunan peninggalan Belanda. Mulai dari Padangsche Sparbank di ujung jalan Batang Arau, yang dibangun tahun 1908. Juga De Javasche Bank, yang kini menjadi museum Bank Indonesia.

Berseberangan dengan DJB, gedung Nederlanche Handel Maatshappij (NHM) yang merupakan gudang peninggalan VOC, masih terlihat kokoh meski dimakan usia.

wisata padang

Tentunya tak lengkap jika Anda melewatkan keindahan Padang di malam hari. Jembatan Siti Nurbaya siap menjamu Anda dengan sederetan kuliner khas Padang.  (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya