- KBRI Den Haag
VIVAnews - Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda, menyelenggarakan Festival Seni Pencak Silat Indonesia pada 20 April lalu. Bertempat di Museon Den Haag, festival tersebut diikuti 12 Perguruan Pencak Silat Indonesia di Belanda dengan diikuti sebanyak 122 atlet pesilat. Mereka sebagian besar adalah warga negara Belanda.
Kegiatan festival diawali dengan Tarian Cakalele dari Maluku yang dibawakan oleh Perguruan Nusahitu Solemata. Tarian tersebut dimainkan oleh Jabir Umarella, Jair Umarella, Afendi Tuharea, Furgan Lestaluhu, Stanley Shanaka, Ishaq Pattisahusiwa, Nance Umarella, Ali Lestahulu, Stanley Lapre. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan “Bambu Gila” yang dipimpin oleh Pimpinan Perguruan Nusahitu Solemata, Haji A Sam Umarella
Gelanggang yang menandakan secara simbolis dibukanya kegiatan festival dilakukan yaitu dengan penyerahan Keris dari Ph.J.C. Tönjes/Glr. Sanjoto, pendekar Perguruan Pamur Kombinasi Tjimande, kepada Duta Besar RI, Retno L.P. Marsudi. Kegiatan festival terbagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu kategori yunior yang diikuti 21 (dua puluh satu) atlet berusia di bawah 10 tahun. Kategori yunior diikuti oleh Perguruan Perguruan Geraksaka, Perguruan TRI Bhakti, Perguruan Bintang Lima, Perguruan Mande Muda/Mawar Suci, Perguruan Manyang.
Sementara dalam kategori senior diikuti oleh 101 (seratus satu) atlet senior dari Perguruan Nusahitu Solemata, Perguruan Mande Muda/Mawar Suci, Perguruan Geraksaka, Perguruan Pamur Kominasi Tjimande TKKDHB, Perguruan TRI Bhakti, Perguruan Manyang Eropa, Perguruan Tapak Suci Putra Muhammadiyah, Perguruan PD Senam, Perguruan Betako Merpati PUtih, Perguruan Parahiyangan, Perguruan Bintang Lima dan Perguruan Pamur Madura.
Cinta Indonesia
Dalam sambutannya di hadapan lebih kurang 350 penonton, Dubes Marsudi menyampaikan penghargaan yang tinggi, khususnya kepada para pimpinan perguruan pencak silat Indonesia di Belanda, atas pengabdiannya maupun kesungguhannya memelihara dan mengembangkan seni tradisional bela diri Indonesia di Belanda.
Melalui dedikasi tersebut, masyarakat Belanda dapat menyaksikan keindahan dan kekuatan Seni Pencak Silat Indonesia dari berbagai aliran yang berkembang di wilayah Maluku, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Betawi, Sumatera dan dari daerah lainnya.
Melalui rasa cintanya terhadap pencak silat Indonesia, generasi muda di Belanda memiliki tempat untuk mengekspresi salah satu kesenian Indonesia serta membangun keseimbangan fisik dan mental.
Dubes Marsudi juga menyampaikan penghargaan atas terbentuknya Forum Perguruan Pencak Silat Indonesia, dalam upaya memperkuat kerjasama dan membangun komunikasi antar perguruan pencak silat Indonesia di Belanda. Komunikasi dinilai sangat penting, terutama karena saat ini sedang berlangsung proses transisi antar generasi.
Oleh karenanya pimpinan perguruan pencak silat Indonesia di Belanda perlu segera mempersiapkan pimpinan perguruan baru yang dalam upaya menjaga keaslian, kelanjutan dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam seni pencak silat Indonesia di Belanda. Di bagian lain, peningkatan kualitas serta kualifikasi pimpinan perguruan juga akan terjaga kelangsungannya.
Festival Seni Pencak Silat dihadri para pendekar pencak silat Indonensia. Mereka Haji A. Sam Umarella (Nusahitu Solemata), H.S. Tulalessy (Mande Muda/Mawar Suci), George F. de Groot (TRI Bhakti), Ph.J.C. Tönjes/Glr. Sanjoto (Pamur Kombinasi Tjimande) CD Kessing (Manyang Eropa), Frankie Samuels (Tapak Suci Putra Muhammadiyah).
Selain itu juga ada J.E. van der Geugten (PD Senam), Supriyono (Betako Merpati Putih), Leo Lindeman (Parahyangan), Nick Smith (Bintang Lima) serta Enrico Felix (Pamur Madura). Festival Seni Pencak Silat Indonesia 2013 mendapatkan perhatian dari kalangan pecinta seni pencak silat serta masyarakat umum di Belanda.