Rela Jadi Botak Demi Dapatkan Uang untuk Sahabat

Aku setelah menjadi botak
Sumber :

VIVA.co.id – Semuanya berawal dari sebuah kebetulan yang tidak disangka-sangka. Pagi ini seorang sahabatku kekurangan uang untuk ke Bali karena dia hanya bermodal nekat. Dan benar saja, hanya dengan berbekal uang 150 ribu rupiah ia nekat menuju Bali sampai akhirnya harus terkatung-katung di Banyuwangi.

Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris UMI

Aku tidak tahu niatnya apa sampai mau pergi ke Bali. Hanya saja, sahabatku itu sedang dalam masalah dan membutuhkan pertolongan. Uang dari mana untuk mengirimnya, gajiku saja belum bisa cair karena belum waktunya, sedangkan uang jajanku hanya tinggal sedikit.

Entah kenapa tiba-tiba aku membuka sebuah grup di facebookku. Aku membaca isi-isi beritanya dan isinya tentang rambut. Siapapun yang bersedia menjual rambutnya akan dibayar sebesar dua juta rupiah. Saat itu yang kepikiran olehku hanya uang, dan itupun untuk kukirim buat temanku di Banyuwangi. Di sisi lain yang membuat aku benar-benar ingin melakukannya adalah karena aku juga merasa tertantang untuk melakukannya.

Wahai Orang yang Tidak Berpuasa, Hormatilah Bulan Ramadan

Kemudian aku menghubungi admin group tersebut, dan admin itu langsung menyambut baik niatku. Kebetulan rambutku panjang, katanya sih untuk bahan rambut palsu. Tapi sudahlah, aku tidak memikirkan apapun yang penting aku  bisa bantu sahabatku.

Entah modal kepercayaan atau apa, sore harinya admin itu langsung meminta nomor rekeningku. “Hey, kamu belum mengenal aku, bagaimana kamu bisa langsung kirim uang begitu saja tanpa ketemu dulu?” aku mengirimkan pesan singkat lewat inbox di facebookku. “Saya sudah mengecek facebookmu, dan itu asli. Yang penting kamu tidak kabur,” jawabnya.

Jadi Dewa Mabuk Sehari

“Mana mungkin aku bisa kabur. Kamu bisa kejar aku di Jakarta ini. Kamu bisa cari tahu aku dengan menanyakan semua temanku di facebook,” balasku lagi. “Kapan aku dibotakin? Aku tidak mau meninggalkan hutang, kamu hari ini kirim aku uang, tapi aku sendiri belum kamu botakin,” tambahku. “Besok. Sekarang kamu mau minta DP berapa? Sekarang juga saya kirim,” balasnya.

Aku termenung sesaat. Antara percaya dan tidak, tapi lagi-lagi aku mengingat si brengsek sahabatku yang mungkin saja belum makan di Banyuwangi sana. Aku langsung saja mengirimkan nomor rekening sahabatku dan menyebutkan jumlahnya. Entah apa yang ada di benakku saat itu, hanya saja inilah risiko yang harus dihadapi. Besok aku dibotakin.

Dia mengirimkan bukti transaksi dan aku langsung menelepon sahabatku. “Aku sudah transfer, tolong di cek”, ucapku. “Loe dari mana dapet duit segitu banyak, loe minjem dari mana? tanya-nya. “Sudahlah enggak usah tahu. Kalau ada apa-apa kabarin saja, aku enggak bisa bantu banyak-banyak. Kalau urusan sudah selesai buruan balik.”  Aku langsung menutup teleponnya.

Kali ini aku hanya memikirkan besok. Tidak bisa tidur memikirkan hari esok dan pagi ini aku bangun kesiangan. Bolos kerja, dan pergi sesuai janji dengan admin kemarin. Aku bertemu di sebuah salon dan rambutku hari ini di cukur habis, botak, dan licin. Aku seperti orang gila. Dan pada kenyataannya, memang aku selalu tertantang dengan berbagai hal.

Aku menerima uang sisa dan langsung kembali ke kontrakan. Apa jadinya kalau sahabatku tahu uang yang aku kirimkan adalah uang hasil dari mencukur habis kepalaku, tak terbayangkan marahnya dia. Tapi sudahlah, ini memang kenyataanya. Apapun yang terjadi yang penting aku tidak merugikan diri sendiri. Aku ikhlas menolongnya, dan hanya kehilangan rambut itu bisa tumbuh lagi.

Berbuat baik seperti apapun yang penting ikhlas. Apa lagi menolong orang yang baik sama kita, dengan cara apapun pasti aku tolong kembali walapun itu harus mengorbankan mahkota di kepalaku. Yang penting sahabatku baik-baik saja, bisa makan, dan bisa pulang lagi.

Semoga suatu hari kamu mengerti arti sebuah pengorbanan seorang sahabat. Karena tidak setiap temanmu itu sahabatmu, tapi seorang sahabat sudah pasti temanmu. Mengorbankan rambutmu di cukur habis demi mendapatkan uang untuk membantu sahabatmu mungkin hal yang paling sulit, tapi itulah kenyataannya. (Cerita ini dikirim oleh aryand16)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya