Panggilan di Tengah Malam

Ilustrasi
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Apa kalian pernah berada dalam kondisi seperti kejadian ini? Di mana kalian sedang enak-enak di atas sofa atau kasur sambil membaca komik atau main HP dan jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi tiba-tiba kalian dapat SMS, BBM, line atau WA dari teman yang isinya, "Bro, gue di depan rumah lu, keluar bentar dong!"

Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris UMI

Saya pernah beberapa kali mengalami kejadian seperti ini, dan rasanya kesal sekali karena dia bertamu malam-malam tanpa bikin janji sebelumnya. Yang paling saya ingat adalah pernah pada tahun 2011, ketika saya sedang enak-enaknya tidur, tidak tahu ada apa, mama saya tiba-tiba membangunkan. Banguninnya juga bukan bangunin santai, tapi bangunin dengan goncang-goncangin badan saya sambil teriak, "De, bangun! De, bangun!"

Saya yang lagi mimpi asyik tiba-tiba terbangun dari alam bawah sadar. Setengah sadar, saya bertanya, "Kenapa Ma?" Saya jadi ikutan panik juga. Apa ada maling, ada kebakaran, atau ada gempa. "Anak Ibu Aat (tetangga sebelah), itunya kejepit resleting celana. Bapaknya lagi keluar kota. Kasihan enggak ada yang nolongin, Dek." kata mama saya panik.

Wahai Orang yang Tidak Berpuasa, Hormatilah Bulan Ramadan

Itunya kejepit resleting celana? Maksudnya alat vital dia kejepit celana? Terus ya, mamaku tersayang, kenapa saya yang dibangunin? Apa hubungannya saya aama alat vital bocah yang kejepit? Bukannya saya enggak mau bantuin, tapi saya juga enggak tahu harus ngapain. "Sekarang kan lagi liburan, tetangga pada mudik. Kasihan enggak ada yang nolongin, dokter juga enggak ada yang buka, coba kamu tolongin!"

Lima menit yang lalu, saya sedang enak bermimpi. Saya mimpi bisa terbang. Tapi 5 menit kemudian, ternyata saya malah harus jadi “dokter bedah resleting”. Ampun deh! Sambil menggerutu saya pun keluar rumah dan datang ke rumah Bu Aat.

Jadi Dewa Mabuk Sehari

Anaknya yang kejepit umurnya masih 4 tahun, namanya Reo. Yang bikin saya merasa aneh adalah sekarang kan jam 12 malam, kenapa si Reo tidur pakai celana yang ada resletingnya. Pantas saja kejepit. Serius, saya enggak tahu harus ngapain, soalnya saya enggak pernah ngalamin dan suasana agak chaos karena Reo nangis terus tanpa henti. Saya jadi geli dan linu ngebayangin perasaan Reo waktu kejepit. Hahahaha.

Setelah beberapa kali mencoba dan dengan sedikit bantuan perkakas akhirnya resleting itu lepas juga. Bu Aat lega dan sambil menangis dia mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada saya. Saya hanya mengangguk-angguk sambil menatap telapak tangan saya yang habis “membedah”.

Kejadian lain yang bikin saya geleng-geleng kepala adalah kejadian di bulan lalu. Ceritanya saat saya baru pulang ke rumah sekitar jam 10 malam. Ketika baru sampai dan lagi asyik tidur-tiduran, tiba-tiba ada dua orang berpakaian seperti sales datang ke rumah. Saya membukakan pintu dan sejurus kemudian mereka bertanya, "Benar ini rumahnya Stefanus Sani?" Saya langsung menjawab, "Oh, iya benar. Ada apa ya?”

Sekilas mereka seperti sales kwaci deh. "Kami dari B** Swalayan mau mengucapkan selamat kepada Pak Stefanus karena Bapak telah memenangkan undian dari kami," ujar orang tersebut. Seriusan? Saya menang hadiah? Hadiah utama? Hadiah utamanya kan mobil! Saya ingat kalau saya pernah masukkin struk belanja ke kotak undian di swalayan. Waktu itu saya belanja mie instant dan sabun dalam kelipatan 30 ribu. Dan gara-gara 30 ribu, saya bisa dapat mobil?!

Wooooowwwwwwww!! Jantung saya berdegup kencang. Saya ngebayangin mobil itu saya pakai jalan-jalan bareng gebetan. "Selamat ya, Pak" kata si petugas sambil memberikan sebuah dus kecil ke saya. Loh kok dus kecil? Apa ini isinya kunci mobil dibungkus pakai dus bekas susu gitu?

Saya mencoba menganalisis sebentar. Sedikit bernafsu, saya pun membuka kotak itu dan hadiahnya ternyata sebuah kotak tisu berlogo. Yang sampai sekarang saya enggak habis pikir adalah kenapa kalau hadiahnya hanya kotak tisu, untuk apa mereka antar sampai ke rumah saya? Jam 10 malam pula. Enggak usah dikasih ke saya juga tidak apa-apa sebenarnya.

Belajar dari kejadian-kejadian tadi, belakangan ini saya jadi selalu waspada kalau tiba-tiba ada yang mencari saya. Bukan apa-apa, saya takut tidak bermutu lagi dan saya rada cermat kalau tiba-tiba ada yang mengajak ketemuan di malam hari.

Tiga hari yang lalu, saat saya sedang asyik-asyiknya baca buku Pramoedya Ananta Toer sambil dengerin lagu Incognito, tiba-tiba tetangga depan rumah saya mengirim BBM. "De, ada di rumah?". Pertanyaan itu dilanjutkan dengan PING nyaris 10 kali. Pilihan saya ada 2, pura-pura tidak baca atau membalas BBM ini.

Saya diamkan sebentar, tapi dia malah kirim PING terus. Akhirnya saya pun membalas BBM-nya. Tidak lama, dia balas BBM saya yang isinya "De, keluar sebentar. Penting!" Belajar dari pengalaman saya yang sudah-sudah, saya agak pesimis kalau ini memang beneran penting. Paling cuma mau curhat.

Akhirnya sambil malas-malasan saya pun keluar rumah. Tetangga saya itu  sudah menunggu di depan gerbang rumah saya. Dia menunggu sambil pasang senyum-senyum tidak jelas. Saya semakin pesimis kalau pertemuan ini memang beneran berguna.

Dia langsung nunjukkin BB-nya dan terus masuk ke aplikasi chat. Terus dia bertanya dengan polos, "De, bahasa Inggrisnya ‘Apa kabarmu dan sudah punya pacar belum' apa ya?" Sebentar-sebentar, Kita luruskan dulu. Jadi dia manggil saya keluar rumah jam 12 malam cuma buat nerjemahin kalimat yang anak SD pun pasti tahu?

Rasanya semua kalimat sumpah serapah pengen keluar dari mulut saya. Dan yang benar-benar bikin saya marah adalah ternyata dia lagi chatting sama orang Thailand. Dia bilang kalau cewek Thailand-nya seksi dan cantik. Dia bilang begitu gara-gara lihat PP si cewek Thailand itu. "Cantik banget De. Pakai bikini."

Saya lihat baik-baik, saya deketin mata saya ke layar BB-nya. Ini kan foto Selena Gomez.. Ya, Selena yang mantannya si Justin Bieber itu. Lucunya, tetangga saya enggak tahu kalau itu Selena Gomez dan dia percaya banget kalau dia lagi chatting sama cewek cantik dari Thailand!

Saya diam saja dan saya enggak mau ngerusak kesenengan dia. Saya pun baru tahu kalau aplikasi chat itu bisa dipake buat kirim voice (suara). Yang bikin saya ngakak, si cewek itu kirim voice, dia tanya, "Where are you come from?" Tetangga saya balas kirim voice, dan dia menjawab dengan suara sok cool, “At home." Loh, kok ‘at home’? Enggak nyambung woy!

Setelah saya ajarin sebentar, dia pun pamit pulang sambil bilang "maaf-maaf" ke saya berulang kali. Saya kira setelah kejadian itu, saya enggak akan pernah dapat panggilan tengah malam lagi. Tetangga saya itu pun kayaknya sudah asyik dengan dunia chatt-nya. Tapi ternyata itu cuma sementara.

Lagi asyik saya menggambar di tengah malam, tiba-tiba tetangga saya itu telepon. Di ujung telepon dia bilang, "De, keluar. Penting banget, sumpah!" Kali ini saya agak percaya soalnya dia sampai telepon. Sambil setengah berlari, saya pun turun dan keluar rumah. Dia sudah menunggu saya di depan gerbang rumah sambil pasang senyum-senyum mencurigakan. Sambil menepuk pundak saya dia tanya, "De, apa bahasa Inggrisnya 'fotomu manis sekali. Aku suka melihatnya'?" Ohh..(Cerita ini dikirim oleh Stefanus Sani, Bandung)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya