Kisah Lulusan MAN yang Dipaksa Jadi Pekerja Seks

R korban human trafficking oleh tetangga depan rumahnya sendiri.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Gadis berkulit kuning langsat, tubuh semampai, berwajah lumayan ayu ini inisialnya R. Tinggal di Jepara, Jawa Tengah. Dia lulusan sekolah Madarasah Aliyah Negeri (MAN) di Jepara. Semasa hidupnya dia tak pernah membayangkan akan menjadi seorang wanita penghibur. Meskipun saat sekolah, mbelingnya luar biasa.

Gubernur: Ada Perdagangan Manusia di NTT akibat Kemiskinan

Saat menjelang ujian nasional, R seperti lupa daratan dalam berpacaran. Hubungannya dengan pacar yang juga teman sekelasnya melewati rambu-rambu larangan. Dan kegadisannya pun terenggut oleh sang pacar. Itu disesalinya, tapi tak bisa apa-apa, sebab sebelumnya dia rela itu terjadi. R ingat, saat itu batinnya limbung akibat orang tuanya bercerai.

R ikut dengan emaknya, yang kemudian menikah lagi dan punya seorang anak lelaki. Saudara sekandung R, cuma kakak lelakinya yang merantau di Jakarta. Goncangan batin itu membuat R menjadi murid nakal. Pacarannya juga nyeleneh, diitandai dengan seringnya berhubungan intim dengan sang pacar. Beruntung R lulus sekolah walau dengan nilai minim.

Hanya Manusia, Film Produksi Polri Angkat Isu Human Traficking

Beralasan ingin cari kerja, R menyusul kakaknya di Jakarta. Sekaligus menghibur luka hatinya karena pacarnya selingkuh. Lebih setahun bersama kakak, ia tak kunjung dapat pekerjaan. Lalu dia putuskan untuk balik ke desa, daripada membebani hidup kakaknya.

Di desa, R tak tahu apa yang mau diperbuat. Sehari-hari cuma main di rumah tetangga. “Kata emak, saya boleh main di rumah siapapun, asal tak di rumah seberang. Penghuninya wanita nakal (PSK/Muncikari) bernama Y,” tutur R. Tapi diam-diam dia sering ke rumah Y, wanita berusia 50 tahun. Sebab orangnya supel dan kata-katanya menawan.

Pesan Terakhir Korban Penyelundupan: Saya Tak Bisa Napas, Maaf Ibu

Suatu hari, Y menawarkan pekerjaan di kota Semarang. R tak tahu pekerjaan apa itu. Y hanya bilang, kerjanya enak dan upahnya besar. Itu yang membuat R tertarik. Dengan alasan dapat pekerjaan di Semarang, tanpa menyebut nama Y, R diizinkan emaknya pergi ke Semarang, yang berjarak hampir 200 km dari desa.

Ternyata, R dipekerjakan di Salon Kecantikan di Lampersari, Semarang. Salon itu adalah seorang janda, kakak dari suami Y. Dan akhirnya R paham kalau janda itu adalah seorang wanita nakal. Salon Kecantikannya merupakan salon “plus-plus” yang juga melayani lelaki pelanggannya di atas ranjang.

Sebulan setelah R mahir memangkas rambut tamu, Y meminta R tidak bekerja tanggung. Maksudnya, jika ada tamu ingin pelayanan plus, R harus melayani. “Permintaan disertai tekanan, aku tak berani menolak. Jika aku tolak, aku takut pekerjaanku begini (di salon) diberitahukan ke emak. Bisa-bisa aku tak diakui anaknya,” ujar R.

Bekerja sebagai wanita penghibur dikerjakan R dengan setengah hati dan was-was. Takut jika emak atau keluarga di desa tahu. Pasti seluruh orang desa akan menjadi gempar. R tiap saat selalu berpikir keras, mencari jalan tak kentara agar bisa meninggalkan dunia prostitusi berselubung salon itu.

Hampir setahun menjalani pekerjaan maksiat, suatu hari R  dapat pelanggan baru seorang kenalan Y. Bahkan pria itu berniat menikahi R demi melepaskan R dari dunia hitam. R bersedia menerima pinangan pria itu. Tapi Y murka dan tak setuju. Timbul kegaduhan antara Y dengan pria kenalannya itu. Pertengkaran Y dan pria itu dimanfaatkan R untuk pulang ke desa. Dengan maksud, pria itu akan menyusul dan melamar resmi pada orang tuanya.

Sayang, pria itu tak pernah muncul. Hanya suratnya yang datang lewat pos, ditujukan kepada orang tua Riri. Isi surat itu menceritakan kejahatan Y yang telah menjual R kepada para lelaki iseng. Kontan seluruh keluarga geger, manakala membaca surat itu. R tak bisa berkilah, kecuali mengakui semua perbuatannya.

Satu-satunya alasan yang membuat orang tuanya memaafkan adalah, R merupakan korban Y. R dijual Y pada para lelaki hidung belang berkedok kerja di salon kecantikan.

“Menghindari agar tak diganggu lagi oleh Y, sebulan setelah pulang, aku dikawinkan orang tua dengan lelaki yang tak kukenal. Suamiku ternyata berhati putih. Dia menerima diriku apa adanya. Kasihnya utuh dan ikhlas diberikan padaku,” kata R sembari berlinang air mata pada penulis kisah ini.

(Tulisan ini dikirim oleh Heru Christiyono Amari, Pati)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya