Anak Indonesia Darurat Kehangatan Keluarga

Ilustrasi keluarga.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Artikel ini bukanlah saran dari seorang ahli. Hanya ingin berbagi pengalaman dan pengamatan saya selama ini. Pengamatan dan obrolan saya selama ini dengan ibu-ibu muda yang bekerja dan yang tidak bekerja. Di zaman digital ini para calon orang tua maupun yang sudah menjadi orang tua, memiliki tantangan yang lebih dalam menangani anak. Cara-cara mendidik anak sudah harus diperbaharui.

Astra Umumkan 22 Finalis SATU Indonesia Awards 2021

Apalagi perkembangan informasi yang semakin mudah diakses oleh semua kalangan. Baik anak-anak, remaja, dewasa, muda, bahkan orang tua, semua orang sudah bisa mengakses informasi yang dibutuhkan dari internet. Tinggal seberapa bijaknya kita untuk menggunakan informasi yang didapat di internet untuk hal-hal yang bermanfaat.

Anak adalah karunia terindah dari Tuhan untuk pasangan yang sudah menikah. Jika belum pun anggap saja sebagai latihan kesabaran. Perkembangan psikologi anak terbentuk dari bagaimana orang tua memperlakukannya sejak dalam kandungan.

Sri Mulyani: Anak Muda RI Harus Tahu Hak dan Kewajiban Warga Negara

Saya selalu memantau beberapa situs parenting khususnya facebook Ayah Edy. Saya suka moto dari Ayah Edy yaitu, “Indonesian strong from home” karena hal itulah yang saya yakini sejak dulu. Di Facebook Ayah Edy saya bisa belajar ilmu parenting, dari para ibu-ibu yang memang mempunyai pengalaman yang unik.

Tetapi di zaman sekarang yang serba praktis, nilai-nilai kekeluargaan makin lama mulai luntur. Banyak anak-anak yang mulai kehilangan sisi ketimurannya. Baik etika, interaksinya dalam keluarga maupun kehidupan bermasyarakatnya. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan dan gadgetnya jarang sekali memantau perkembangan anak-anaknya. Membuat anak hilang kepercayaan kepada orang tuanya sendiri.

Kunci jadi Pemimpin Muda yang Sukses: Perbaiki Mental

Terlebih lagi ketika seorang psikolog, Elly Risman menggaungkan bahaya pornografi pada anak-anak, namun banyak juga yang meremehkan pendapatnya. Padahal bila seorang anak kecanduan pornografi sama berbahayanya ketika anak itu mengonsumsi narkoba.

Di tambah lagi dengan makin berkurangnya interaksi anak dengan orang tua. Kebanyakan karena lelah bekerja seharian, ketika pulang anak sudah terlelap tidur atau anak bangun pagi tetapi ayah atau ibunya belum bangun karena saking kelelahan bekerja. Keseimbangan dalam keluarga mulai goyah.

Ketika akhirnya hal buruk terjadi pada anak dan anak mencari penghiburan di luar dengan cara yang salah. Terjebak di lingkungan yang salah yang mengagung-agungkan pergaulan bebas, gaya hidup hedonisme, menganggap menghisap narkoba adalah hal yang nge-tren dan hal-hal negatif lainnya. Orang tua hanya  bisa saling menyalahkan. Ini menjadi pelajaran bagi saya.

Pada dasarnya kebutuhan dasar seorang manusia adalah ingin didengarkan. Seorang anak yang belum mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan perasaannya akan mencari perhatian dengan cara mereka sendiri. Bagi orang dewasa hal itu dianggap sangat mengganggu.

Padahal kita, khususnya sebagai orang dewasa tidak memahami akan kebutuhan mereka untuk didengarkan. Anak-anak itu akan dianggap sebagai seorang pemberontak, karena orang-orang dewasa sekitarnya belum memahami kebutuhan mereka.

Anak-anak itu yang nantinya akan menjadi seorang ayah atau ibu di masa depan hanya butuh didengarkan, diarahkan agar nantinya luka batin mereka ketika mereka kecil tidak terulang lagi ke generasi selanjutnya. Dalam bahasa saya, saya mengatakan “memutus lingkaran setan”.

Di koran-koran nasional dan situs berita online banyak ditulis, ”Indonesia darurat pelecehan dan kekerasan seksual” di headline beritanya. Padahal seharusnya, “Anak Indonesia darurat kehangatan dalam keluarga”, itu menurut pendapat saya.

Marilah kita bersama selaku orang dewasa yang nantinya akan menjadi calon orang tua, sudah menjadi orang tua, atau menjelang sepuh, mendengarkan, mengarahkan dan menjaga anak-anak yang nantinya menjadi generasi masa depan untuk siap berkompetisi.

Bukan hanya kecerdasan otak saja yang mereka miliki tetapi kecerdasan spiritual mereka juga harus diasah. Sehingga anak-anak itu akan menjadi pribadi tangguh yang berjalan sesuai tuntunan Tuhannya, Sang Pemberi Hidup. (Tulisan ini dikirim oleh Yanthy Chan)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya