Pemkab Gowa Harus Belajar Sejarah

Ketua I PMII Makassar Muhammad Aras Prabowo di depan gong perdamaian dunia.
Sumber :

VIVA.co.id – Bentrokan yang terjadi di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Minggu (11/09), telah mencoreng nilai-nilai budaya yang ada. Harus kita pahami bahwa budaya memiliki peran yang sangat signifikan dalam bermasyarakat, apalagi di daerah yang masih kental akan adat istiadatnya.

Sembilan Daerah di Sulawesi Selatan Banjir
Kejadian yang terjadi di Kabupaten Gowa tersebut, disinyalir dampak dari penobatan Ichsan Yasin Limpo (Bupati Gowa) sebagai somba atau Raja Gowa. Hal ini dilakukan atas dasar adanya peraturan daerah (Ranperda) tentang Lembaga Adat Gowa (LAG) yang juga dipimpin langsung oleh Bupati Gowa.
 
Pura-pura Hamil, Pasutri yang Dianiaya Satpol PP Gowa Jadi Tersangka
Atas kejadian ini organisasi mahasiswa yang juga dikenal sebagai organisasi yang membawa misi menjaga tradisi angkat bicara, ada sedikit kekecewaan di kalangan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Makassar.
 
Warga Gowa Temukan Mayat Tanpa Identitas di Kebun
“Pemkab Gowa dan DPRD Gowa tidak boleh gegabah akan hal ini. Jangan sampai ada kepentingan politik yang terselip di dalamnya. Sekali lagi hal ini telah mencoreng nilai-nilai budaya yang ada di Gowa. Cobalah Pemkab belajar sejarah,” tutur Muhammad Aras Prabowo yang juga Ketua I PMII Cabang Makassar.
 
Perlu kita ketahui bersama, bahwa budaya merupakan salah satu pertimbangan dalam pembuatan undang-undang. Hal ini dikarenakan, budaya merupakan sesuatu yang sakral, khususnya di dalam masyarakat Gowa.
 
Aras juga menambahkan bahwa ada obsesi yang terlalu besar dari Pemerintah Kabupaten Gowa untuk menjadikan bupatinya sebagai raja. Kisruh sudah muncul sejak diterbitkannya peraturan daerah (Perda) mengenai posisi Bupati Kabupaten Gowa Adnan Purichta Ichsan sebagai raja atau somba. Obsesi yang besar itu membutakan mata Pemkab dan DPRD Gowa.

 

Kami dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia berharap  ada pihak yang bisa mendudukkan pihak Pemkab Gowa dan Keluarga Raja Gowa, agar persoalan ini tidak meluas, apalagi ini masalah budaya. Hal ini bisa dengan mudah mengundang emosi masyarakat, bukan hanya dari kalangan kerajaan.
 
Keajadian ini patut kita jadikan perenungan bersama bahwa dalam membangun kekuasaan harus menempuh jalan yang manusiawi. Dan budayalah yang sangat munusiawi dalam membangun masyarakat. (Tulisan ini dikirim oleh Abdul Rasyid Tunny, Makassar)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya