Penguatan Ekonomi di tengah Isu SARA dan Radikalisme

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi/properti.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA.co.id – Sejak pertengahan tahun 2016 hingga awal masuknya tahun 2017, isu-isu yang berkaitan dengan intoleransi dan SARA kembali merebak di tengah-tengah masyarakat. Kegundahan masyarakat yang terjebak dalam isu tersebut perlahan mulai bangkit dan angkat bicara untuk menolak segala bentuk tindakan intoleransi dan SARA. Keberadaan Ormas yang sering menyebar isu-isu perpecahan dan radikal pun satu per satu mulai diproses oleh pihak berwenang.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Indonesia adalah negara demokrasi yang mengutamakan kesejahteraan rakyat  dan kekuatan rakyat. Kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat ini coba dipisahkan oleh oknum-oknum yang ingin menghancurkan kesatuan bangsa. Segala cara dilakukan. Mulai dari sikap penolakan terhadap kebijakan Pemerintah, aksi turun ke jalan, serta menyebarkan pemberitaan yang belum tentu benar ke media sosial. Cara-cara tersebut perlahan-lahan mulai memengaruhi pemikiran masyarakat, sehingga banyak yang terbawa arus isu tersebut.

Pemerintah Indonesia mulai gencar mewaspadai gerakan-gerakan radikal yang secara terang-terangan memengaruhi keyakinan rakyat terhadap kebijakan Pemerintah. Sehingga, perlu diambil langkah tegas untuk meluruskan kembali setiap isu dan pemberitaan yang tidak jelas dari mana sumbernya.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Di balik isu-isu yang berkembang, apakah pengaruhnya terhadap laju perekonomian Indonesia? Isu tersebut menurut penulis sangat berpengaruh. Terutama bagi kalangan masyarakat yang digoncang dengan rasa takut untuk keluar rumah, sehingga secara perlahan perekonomian rakyat lumpuh akibat sering terjadi demonstrasi dan kekerasan.

Penulis berharap masyarakat kembali berpijak ke bumi untuk memahami kembali apa makna ajaran Islam tentang jihad, perdamaian, kerukunan umat beragama dan Islam rahmatan lil alamin. Semua itu merupakan tonggak perekonomian yang bermuara pada kesejahteraan rakyat. Bukan praktik ekonomi yang liberal dan kapitalis seperti yang banyak terjadi di beberapa negara di dunia. Islam telah mengajarkan tata cara ekonomi yang baik dan sederhana. Penataan ekonomi yang lebih mengutamakan kepentingan umat yang disertai menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Walaupun di Indonesia sendiri sistem ekonominya masih sedikit naik turun. Namun jika dilihat dalam skala global atau skala internasional pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik. Setahap demi setahap terus melampaui berbagai Negara yang seharusnya mempunyai sistem perekonomian yang stabil.

Sebut saja beberapa negara di Asia yang tergolong mempunyai ekonomi maju, seperti Singapura yang masuk ke dalam ranking 38, Hongkong yang masuk ke posisi 41, dan Korea Selatan yang masuk ke posisi 13 besar. Beberapa negara di Eropa yang seharusnya mempunyai taraf perekonomian stabil juga ternyata saat ini dinilai kurang stabil. Terbukti dengan Inggris yang berada di peringkat sepuluh besar, disusul oleh Perancis yang masuk ke sembilan besar, dan beberapa negara Eropa lainnya.

Jika hal ini dapat dilakukan bukan tidak mungkin di tahun 2030 mendatang posisi Indonesia dalam ranking di World Bank meningkat pesat hingga ke lima besar, dan bahkan dalam tahun-tahun berikutnya akan mencapai empat besar. Penulis tidak akan pernah berhenti untuk menyumbangkan ide dan saran terbaik untuk kebangkitan bangsa. Hingga bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki kesejahteraan yang baik bagi rakyatnya. (Tulisan ini dikirim oleh Rahmad Novandri)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya