Semangat Hafidah untuk Dapat Terus Menuntut Ilmu

Hafidah, yang selalu semangat menuntut ilmu. (Foto U-report)
Sumber :

VIVA.co.id – Entah apa yang akan terjadi kepada seorang pelajar ketika tahu bahwa impiannya harus terhenti sementara waktu karena masalah ijazah. Hal ini rupanya terjadi kepada Hafidah, 15 tahun, siswi kelas 3 SMPIT Cahaya Ilmu, Ciomas. Ia harus menunggu satu tahun lagi setelah seharusnya lulus pada tahun 2016 lalu.

Viral Alquran Dilempar Petugas saat Eksekusi Rumah Yatim Piatu

Di antara kerumunan para penerima sembako, kisah Hafidah menarik untuk diangkat. Gadis yang kini sibuk nyantri di Pesantren Papuaran itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah membantu ibu yang berstatus seorang janda. Di masa-masa menganggur tersebut dimanfaatkan oleh Hafidah untuk belajar agama, baik di pesantren maupun di lingkungan tempat tinggalnya.

Ketika salah satu tim berbincang-bincang, terlihat rasa sedih mendalam dari diri Hafidah. Apalagi dirinya berusaha keras belajar selama menjalani pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tak heran, ia pun selalu mendapatkan juara 1 dari kelas satu sampai kelas tiga. Bahkan prestasi di bidang cerdas cermat tingkat provinsi dua kali berturut-turut diraih. Wajar, saja apabila kekecewaan membekas di dalam diri gadis yang akrab dipanggil Fidah tersebut.

Pergilah Dinda Cintaku

Kini Hafidah hanya bisa pasrah menerima kenyataan tersebut. Tak banyak bisa diperbuat, walaupun sudah berusaha mencari solusi kepada pihak sekolah. Waktu yang ditunggu-tunggu hanya dalam hitungan bulan lagi, sebagaimana janji pihak sekolah yang akan mengeluarkan ijazah Hafidah tahun ini. “Ingin sekolah lagi dan lanjut sekolah terus. Ingin sukses dan bisa banggain ibu,” cerita Hafidah sambil mengusap air mata.

Hafidah sendiri tinggal bersama ibu yang usianya sudah berkepala lima. Ketiga kakak perempuannya sudah berumah tangga. Sang ibu bekerja sebagai buruh tani di kebun tetangga untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Ia pun bercerita tidak ingin menyusahkan sang ibu dalam hal urusan sekolah, sebab sudah cukup ia membesarkan dan menghidupinya selama ini.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Hafidah ingin belajar mandiri dan mengenal tempat yang baru. Gadis yang bercita-cita ingin menjadi guru tersebut juga sangat antusias ketika tahu Rumah Yatim menerima peserta didik baru apabila ada yang berminat untuk bermukim di Rumah Yatim. Pak Agus Hermawan, selaku manajer area Tangerang Selatan mengumumkan berita tersebut dalam sambutannya pada kegiatan pembagian sembako hari itu. Tanpa pikir panjang, Hafidah yang ditemani oleh tetangganya langsung menemui Pak Agus dan bertanya-tanya kepada salah satu tim Rumah Yatim.

“Aku merasa sedih kalau melihat teman-teman bisa sekolah,” ungkapnya. Hafidah pun juga menyampaikan bahwa ada tetangga yang berniat membantu Hafidah sekolah karena prestasinya itu. Akan tetapi, ia merasa tidak enak apabila menyusahkan orang lain. Apalagi ia tahu bagaimana susahnya kehidupan di kampung.

Ketika mendengar Rumah Yatim, ia tertarik untuk masuk. Menimbang tuntutan biaya sekolah yang mahal dan statusnya sebagai anak yatim. Di samping itu pula, ia juga harus menyelesaikan dulu masalah ijazahnya pada pihak sekolah agar nanti bisa melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya. (Tulisan ini dikirim oleh Muhammad Burniat)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya