Melihat Lebih Dekat Wajah Ujung Republik Ini

Saya dan anak-anak di Papua.
Sumber :

VIVA.co.id – 20 Agustus 2015. Hari itu menjadi hari saya untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di tanah Papua. Gerakan SM-3T telah menghantarkan saya ke tempat ini. Saya kira ini adalah kado paling indah yang Tuhan berikan pada saya di usia 25 tahun yang jatuh pada hari itu juga. Sebenarnya, bukan hanya tanah Papua-nya yang menjadikan hari itu menjadi indah, tapi juga tujuan saya ada di tempat itu.

Pergilah Dinda Cintaku

Setelah melalui proses seleksi yang cukup panjang, akhirnya hari yang ditunggu itu datang. Hari di mana saya akan memulai tugas sebagai guru di Distrik Kobakma, Papua. Salah satu daerah terdepan, terluar, dan tertinggal di republik ini. Bagi saya, mengajar di tempat yang minim listrik dan jaringan telepon ini adalah sebuah kehormatan.

Melihat wajah ujung republik ini secara dekat tentulah sebuah kehormatan. Tak banyak yang berkesempatan (baca: mau) untuk hal seperti ini. Tapi, bagi saya ini adalah panggilan bukan sekadar kesempatan. Menjadi guru SM-3T adalah panggilan bagi saya. Tak hanya menjadi guru SM-3T, apapun pekerjaan yang membuat saya menjadi lebih berarti dan bermanfaat bagi orang lain, saya ikhlas untuk mengerjakannya.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Saya sempat mengikuti tes untuk gerakan-gerakan lain yang bertujuan sama dengan SM-3T, seperti Indonesia Mengajar dan Guru Perintis. Namun, niat tentulah belum cukup. Tentu ada kualifikasi lain yang harus kita penuhi. Dan untuk kedua gerakan tersebut, saya belum berkesempatan sampai akhirnya saya di tempat yang tepat ini, menjadi seorang guru SM-3T.

Sebelum menjadi guru SM-3T, saya sering terlibat dalam komunitas dan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan seperti gerakan 1000 Guru dan Kelas Inspirasi. Melalui kegiatan kegiatan tersebut, saya semakin dekat dengan gambaran permasalahan pendidikan di negeri ini. Banyak sekolah yang masih belum layak di pedalaman Indonesia, penyebaran guru yang belum merata, belum lagi fasilitas dan media belajar yang tidak memadai dan masih banyak lagi.

Jokowi Diminta Lerai Konflik Ketua Pramuka dengan Menpora

Perlahan saya menyadari siapa saya dan di mana seharusnya saya berada. Semua permasalahan itu tentu tidak akan terselesaikan jika kita semua hanya terus mengeluh dan mengutuk pemerintah negeri ini. Semua permasalahan di negeri ini adalah tanggung jawab kita bersama. Maka sebagai seorang warga Negara, tentu saya harus turun tangan dan berkontribusi untuk kemajuan negeri ini.

Akhirnya, saya pilih untuk turun tangan langsung sebagi guru di pelosok negeri ini. Saya pilih untuk hadir di tengah-tengah mereka. Saya pilih untuk ikut belajar di tengah banyaknya keterbatasan bersama mereka. Saya pilih untuk hadir dan menyaksikan semuanya secara dekat bahkan berbaur di dalamnya.

Tentu itu bukan jalan yang mudah. Jalan yang saya pilih itu adalah jalan yang sulit. Dengan demikian, berarti saya memutuskan untuk hidup jauh dari keluarga, jauh dari kota dan segala kemudahan akses di dalamnya. Tapi saya yakin jalan sulit, jalan mendaki yang saya tempuh itu memiliki puncak yang indah pada akhirnya.

Tepat pada 20 Agustus 2015, perjalanan mendaki itu dimulai. Saya tak tahu persis permasalahan apa yang akan saya temui di tempat mengabdi itu. Terlepas dari apapun persoalannya, setahun bukanlah waktu yang cukup panjang untuk dapat menyelesaikan persoalan pendidikan di sana secara sempurna. Bahkan mungkin setengahnya pun tidak. Tapi tidak apa. Adalah suatu kehormatan bagi saya boleh ikut ambil bagian dalam menyelesaikan permasalahan negeri ini secara khusus di bidang pendidikan.

Sejak hari itu, saya percaya akan ada banyak cerita-cerita baru yang akan saya lalui. Cerita yang mungkin belasan atau puluhan tahun lagi akan dengan bangga saya ceritakan kepada keluarga saya. Atau mungkin jauh setelah hari itu, akan ada banyak kabar yang saya dengar dari siswa/i saya yang saya temui di tempat yang penuh keterbatasan itu. “Pak, saya sudah lulus jadi dokter” atau mungkin “Pak, saya diterima beasiswa di Amerika”. (Tulisan ini dikirim oleh Daniel Leonard Sinaga)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya