- VIVA.co.id/Pius Mali
VIVA.co.id – Mobil low cost green car (LCGC) dari berbagai merek telah hadir di Indonesia sejak 2014 silam. Menariknya, meski telah berstatus murah namun mobil LCGC bekas kini telah banyak versi bekasnya alias second.
Jika dilihat dari tahun produksi, mobil-mobil LCGC yang dijual di sorum-sorum mobil bekas memiliki usia pakai tidak lebih dari tiga tahun. Lantas apa alasan banyak konsumen yang mulai melepas LCGC model hatchback maupun MPV?
Herijanto Kosasih, senior manager WTC Mangga Dua mengatakan, beragam alasan para konsumen menjual mobil LCGC yang terbilang baru dibelinya. "Yang saya banyak dengar dari konsumen, karena mereka butuh uang. Mobil ini harganya masih bagus, jadi proses jual-beli masih cepat," kata Herijanto kepada VIVA.co.id.
Sementara itu, Ari pedagang mobkas di MGK Kemayoran mengatakan, ada dua alasan dari pemilik mobil LCGC yang menjual kendaraan ke sorumnya. "Pertama biasanya karena mobilnya enggak kepakai, artinya mereka memang sudah punya mobil terus beli LCGC tapi malah jadi enggak dipakai,” katanya.
Kedua, menurut Ari, biasanya orang merasa kurang nyaman karena yang hatchback ternyata kekecilan dan sempit.
Soal harga LCGC bekas, Ari mengatakan, tidak berbeda jauh dari produk baru dari pabrikan. Meski harga tidak terlampau jauh, ada saja konsumen yang memilih versi second ketimbang baru.
"Saya ada barang Toyota Agya TRD 2015, saya buka Rp110 juta. Kalau Calya-Sigra biasanya masih Rp130-140 jutaan. Ini tipis banget kan sama harga baru. Tapi barangnya memang masih bagus banget," katanya.
Lalu ada juga Datsun GO+ buatan 2015 yang dibanderol dengan harga Rp90 jutaan. Lalu untuk Agya tahun 2014 kisaran harga bekasnya Rp95 jutaaan. Sedangkan untuk Daihatsu Ayla buatan 2014 dijual dengan harga Rp90 jutaan.
