Cara Prisia Nasution Mau Bayar Utang pada Negara

Prisia Nasution
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA – Maraknya penyebaran paham terorisme dan radikalisme lewat platfom media sosial menjadi keprihatinan sendiri bagi artis dan model Prisia Nasution. Ia, bahkan sengaja mengajak sejumlah artis untuk bersama-sama menangkal terorisme melalui film.

Prisia Nasution Miris Banyak Stigma Negatif pada Orang Gangguan Jiwa

Ya, selama tahun ini Prisia lebih banyak terjun ke masyarakat, membantu Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT) dalam program kampanye film pendek dalam menangkal terorisme dan radikalisme.

Sejumlah artis yang turut diajak model yang akrab disapa Phia itu antara lain, Mathias Muchus, Tio Pakusadewo, Verdi Sulaiman, Teuku Rifana, Diah Kusumawati, Wulan Guritno, serta puluhan artis ternama lainnya. Bersama BNPT, mereka selalu melakukan workshop singkat pembuatan film pendek kepada anak-anak SMA sederajat di 32 Provinsi.

Gading Marten jadi 'Temen Kondangan' Prisia Nasution, Ada Apa?

Pemeran dr Kartini dalam film Merah Putih Memanggil itu mengaku rela melakukan kegiatan positif semata-mata, demi membayar utangnya kepada negara.

"Saya merasa telah dikasih banyak dari negara, sekarang kebetulan aktor dilibatkan, dan ini enggak bilang materi. Kalau mau bantu, membantu untuk negara," ujar Prisia di Semarang, Kamis 26 Oktober 2017.

'Pengorbanan' Prisia Nasution untuk Jadi Polwan

Dengan bertemu anak-anak muda di seluruh pelosok Indonesia, Prisia merasa mendapatkan banyak pengalaman berharga. Salah satu keberagaman generasi muda lintas suku, ras, dan agama.

"Anak-anak muda yang kita kunjungi selalu menceritakan keberagaman. Seperti di Riau, mereka bisa bercerita perbedaan suku, agama, bahasa. Kalau di Gorontalo juga beda, karena mereka beragam. Mereka bicara persatuan lewat bendera," paparnya.

Tjandra Wibowo, seorang pegiat film dokumenter menambahkan, dirinya bersama BNPT sengaja menggandeng Prisia, karena melihat pribadinya yang getol memperjuangkan keberagaman.

Ia menyebut, maraknya penyebaran paham radikal di media sosial, memang kerap menyasar generasi muda harus dilawan dengan produk yang sesuai dengan dunia mereka.

"Selama ini, radikalisasi itu targetnya ABG yang bimbang. Nah, di sisi sana (paham radikal) melakukan kampanye video, dibikin meme yang bisa memengaruhi orang. Tapi selama ini, versusnya selalu ditangkis dengan artikel, seminar, workshop deredakalisasi. Lalu, kenapa ini enggak jadi film. Maka, kita garap ini," ujar produser film yang dikenal dengan nama Suciyati itu. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya