Hai Wanita, Hindari 8 Prilaku Ini agar Tak Terlilit Utang Kartu Kredit

Ilustrasi kartu kredit.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Kartu kredit jadi salah satu alat pembayaran paling menguntungkan jika digunakan dengan bijak. Akan tetapi, banyak orang terjebak dengan kemudahan yang diberikan kartu kredit. Akibatnya, pengguna kartu kredit sering terjerat utang yang nominalnya sering membuat geleng-geleng kepala.

Memperbaiki cara pandang tentang kartu kredit menjadi satu-satunya jalan yang dapat membantu kita terhindar dari utang yang merugikan. Toh, semua transaksi pada akhirnya akan dibayar juga, termasuk bunga cicilan yang dibebankan kepada pengguna.

Nah, tak sedikit justru para wanita yang dikenal memang senang berbelanja, seringkali salah dalam menggunakan kartu kredit. Apa saja kesalahan itu? Simak ulasan berikut ini seperti dikutip dari Cermati.com.

1. Asal-asalan dalam berbelanja

Sudah punya barang A, tetapi ingin barang B yang fungsi dan manfaatnya sama? Keinginan seperti ini sering menjebak Anda saat bertransaksi. Jika dipikir-pikir, untuk apa membeli barang B kalau sudah punya barang A? Hal ini sama saja dengan membuang-buang uang.
 
Sebelum membeli barang, sebaiknya pikirkan apakah Anda sanggup saat membayarnya nanti. Hindari asal dalam berbelanja dan menggunakan kartu kredit secara asal pula agar terhindar dari jeratan utang yang tida produktif.

2. Sering mengabaikan total pengeluaran 

Pernahkah Anda memikirkan jumlah pengeluaran selepas bertransaksi? Jawabannya, tidak. Mengabaikan pengeluaran sama saja dengan menumpuk utang.

Ketika Anda tidak mengetahui total pengeluaran, Anda juga tidak tahu total yang harus segera dibayarkan untuk melunasi utang. Cek pengeluaran secara berkala, misalnya sekali dalam seminggu. Pengecekan ini bermanfaat pula untuk mengurangi kesalahan transaksi.

3. Jarang membayar tagihan secara penuh

Pengguna kartu kredit diperbolehkan untuk membayar tagihan minimum dengan persentase 10 persen dari total tagihan. Kalau misalnya Anda punya tagihan sebesar Rp20 juta, maka boleh membayar Rp2 juta saja setiap bulan. 

Sisa tagihan bulan ini akan dibebankan pada bulan berikutnya, ditambah bunga. Membayar tagihan minimum menjadi malapetaka bagi kesehatan finansial. Jika terus dilakukan, utang-utang Anda tidak akan pernah lunas sampai kapan pun.

4. Selalu menjadikan kartu kredit sebagai dana darurat

Peristiwa kurang mengenakkan menimpa Anda di tengah jalan? Tidak perlu khawatir, Anda punya kartu kredit yang bisa dijadikan sebagai cash advance. Setiap kali membutuhkan uang, Anda tinggal tarik tunai saja untuk membayar tunggakan. Nah, pola pikir seperti inilah yang harus benar-benar dihilangkan. 

Aktivitas tarik tunai tidaklah gratis. Ada nominal yang dikenakan saat tarik tunai. Namun beda bank beda pula besar biayanya, dan tak sedikit bank yang mengenakan biaya tarik tunai kartu kredit sekitar Rp60.000 per transaksi.

Sekilas, memang terlihat menguntungkan. Tetapi, jika dipikir-pikir, aktivitas ini sama saja dengan pemborosan. Sebab, jika sekali tarik tunai sebesar itu, jika dua kali saja sudah mencapai Rp120 ribu, bukan?

5. Selalu membayar tagihan setelah jatuh tempo

Tagihan bisa dibayarkan sebelum dan sesudah tanggal jatuh tempo. Tetapi ingat, tagihan yang dibayar setelah jatuh tempo dikenakan penalti berupa denda. Nominal denda yang dibebankan kepada pengguna berbeda-beda, tergantung ketetapan bank dan jumlah tagihan yang harus dibayar.

Apa salahnya jika Anda menabung sebagian uang setelah gaji sampai di tangan. Dengan menerapkan cara ini, percayalah total utang akan berkurang bahkan segera lunas.

6. Terus mengabaikan fungsi utama barang

Memanfaatkan diskon yang diberikan oleh toko atau gerai tertentu memang bagus untuk mengurangi pengeluaran. Tetapi, coba pikir ulang manfaat dari barang yang ingin dibeli. 

Hindari membeli barang karena ‘ingin punya’ saja. Sebaiknya, beli barang ketika Anda benar-benar membutuhkannya.

Membeli barang karena alasan ‘butuh’ masih bisa diterima akal sehat, meskipun harga barang itu cukup mahal. Apalagi jika barang tersebut memberi manfaat maksimal untuk menunjang rutinitas sehari-hari.

7. Ingin menaikkan gengsi dan harga diri saja

Sebagian orang memanfaatkan kartu kredit untuk menaikkan status sosial di masyarakat. Kedengarannya memang aneh, mengingat fungsi utama kartu kredit adalah untuk memudahkan proses transaksi. Tetapi, itulah realita yang terjadi dewasa ini.

Lalu, apa akibatnya? Tentunya membuat seseorang semakin konsumtif. Bahkan rela pinjam sana-sini untuk meningkatkan gengsi. Padahal, gengsi hanya bersifat sementara.

8. Tidak segan meminjamkan kartu kredit ke orang lain

Apakah Anda termasuk salah satu yang pernah melakukannya? Perlu diingat, kartu kredit adalah barang pribadi yang dibuat khusus untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain.

Karena itu, jangan pernah meminjamkan kartu kredit kepada siapa pun, termasuk teman sendiri. Anda tidak pernah tahu apa yang ada di dalam pikiran seseorang. Jika teman Anda punya niat jahat, dia bisa menggunakan kartu kredit tersebut untuk sesuatu yang bisa merugikan Anda. Berhati-hatilah!

Jangan mudah terbawa keinginan sesaat

Mengontrol keinginan sesaat bukan hal yang mudah, terutama jika lingkungan tempat tinggal Anda tidak mendukung untuk hidup hemat. Tetapi, Anda bisa mengontrol diri secara perlahan-lahan karena perubahan terbesar berasal dari dalam diri sendiri, bukan diri orang lain. 

Selagi mau berusaha, keinginan untuk memperbaiki kondisi finansial pasti akan berjalan sukses. (ase)