Hadapi Sejumlah Tantangan, Kinerja BTN Tumbuh Positif di 2018

Suasana layanan kepada nasabah di Bank Tabungan Negara.
Sumber :
  • Dokumentasi BTN.

VIVA – PT Bank Tabungan Negara Tbk, mencatatkan kinerja secara umum memenuhi target di tengah sejumlah tantangan di sepanjang 2018. Hal tersebut, menunjukkan komitmen perusahaan terus mendorong ekonomi nasional. 

Direktur Utama BTN, Maryono mengatakan, sejumlah tantangan itu adalah ketidakpastian perekonomian global dengan naiknya suku bunga The Fed. Kemudian, kenaikan BI 7 Days Repo Rate yang tercatat sampai enam kali dari 4,25 persen menjadi 6 persen atau sekitar 175 basis poin. 

"Kami bersyukur telah melalui sejumlah tantangan yang menghadang selama tahun 2018. BTN dapat melaluinya dengan baik," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis 28 Maret 2019. 

Di samping itu, persiapan penerapan instrumen keuangan PSAK 71 yang akan dimulai pada awal 2020, bank lebih awal mencadangkan  Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dalam jumlah yang cukup besar. Meskipun demikian, BTN dapat melalui itu dengan catatan kinerja positif pada 31 Desember 2018. 

"Kami telah menjalankan bisnis secara on the track dan prudent. Pemberian kredit kepada masyarakat tumbuh. DPK (Dana Pihak Ketiga) tumbuh. Aset perseroan meningkat. Perolehan laba perseroan positif. Secara bisnis kita on the track dan tumbuh lebih baik," ujarnya.

Tercatat hingga akhir Desember 2018, total aset emiten Bursa Efek Indonesia berkode saham BBTN ini mencapai Rp306,4 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp261,4 triliun.  Pertumbuhan aset ini mencapai 17,24 persen atau berada di atas rata-rata industri yang tercatat 9,21 persen. 

Sementara itu, kredit dan pembiayaan yang diberikan tercatat mencapai Rp237,8 triliun, meningkat dibanding tahun 2017 yang sebesar Rp198,9 triliun. Kredit dan pembiayaan ini tumbuh 19,48 persen. 

"Angka tersebut, jauh di atas rata-rata pertumbuhan yang dicatatkan industri sebesar 11,75 persen. Melesatnya kredit BTN didorong oleh Program Satu Juta Rumah yang berhasil mendongkrak kinerja kredit perumahan," paparnya. 

Dijelaskan Maryono, BTN telah memiliki profile bisnis yang jelas, di mana 80 pesen portfolio kredit BTN merupakan kredit konsumer dengan profile 90 persen merupakan kredit perumahan (KPR) yang menjadi core business perseroan sejak tahun 1974. 

Porsi KPR ini terbagi 56 persen merupakan KPR subsidi dan sisanya 44 persen adalah KPR Non Subsidi. Sementara itu, untuk bersaing dengan pasar, 20 persen sisanya dialokasikan untuk kredit komersial. Kinerja kredit BTN tersebut, mendorong perseroan menjadi pemimpin pasar di segmen KPR dengan menguasai 39,35 persen persen pangsa pasar KPR di Indonesia, naik dari tahun sebelumnya yang tercatat 37 persen.

"BTN tetap menjadi pemimpin pasar KPR dengan pangsa pasar lebih baik dari tahun sebelumnya," tuturnya.

Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan sepanjang 2018 tercatat Rp230,3 triliun, tumbuh 19,34 persen dibandingkan perolehan DPK tahun 2017. Pertumbuhan ini jauh di atas rata-rata industri yang berada di kisaran 6,45 persen.  

Pertumbuhan DPK ini memperkuat likuiditas BTN. Tercatat, Liquidity Coverage Ratio BTN sebesar 108,99 persen di atas ambang batas yang disyaratkan Bank Indonesia.

Dengan kondisi ekonomi 2018 dan antisipasi penerapan PSAK 71 serta dalam rangka menjalankan prinsip kehati-hatian usaha, BTN mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp2,8 triliun. Perolehan laba ini telah memperhitungkan kesiapan perseroan dalam penerapan PSAK 71.  

Dijelaskan Maryono, Bank BTN dalam membentuk CKPN 2018 adalah dalam rangka penerapan PSAK 71 dan disiapkan senilai Rp1,7 triliun dengan pertimbangan laba operasi tahun 2018 sebesar Rp5,308 triliun atau naik 11,1% persen dibanding 2017. 

Di samping itu BTN juga sudah merintis melakukan tambahan cadangan CKPN sejak 4 tahun lalu, dari tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017 masing-masing sebesar Rp776,9 miliar pada tahun 2014, Rp901,3 miliar tahun 2015, Rp707,6 miliar tahun 2016 dan tahun 2017 senilai Rp884,4 miliar. Dengan demikian peningkatan CKPN tersebut tidak mengganggu kinerja perusahaan.  

"Dengan kinerja 2018, BTN tetap optimis menghadapi tahun 2019, dimana target konservatif untuk tahun 2019 telah ditetapkan antara lain aset meningkat sekitar 13-15 persen, Kredit dan Pembiayaan tumbuh sekitar 13-15 persen, DPK naik sekitar 13-15 persen serta laba tumbuh diatas 15 persen," ungkapnya. 

Genjot Program Satu Juta Rumah

Lebih lanjut, menurutnya, Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan sejak 2015, memberikan kontribusi yang positif bagi BTN. Selama tiga tahun, BTN sudah mengucurkan kredit baik KPR maupun kredit konstruksi pendukung Program Satu Juta Rumah untuk 2,5 juta unit rumah bagi keluarga Indonesia. 

Pada 2018 lalu, kredit yang mengalir khusus di Program Satu juta rumah sekitar 77 persen. Di antaranya, mengalir bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) baik dalam bentuk KPR Subsidi dan kredit konstruksi untuk mendukung perumahan bersubsidi.

Tahun 2019, Maryono optimistis program perumahan untuk rakyat masih menjadi fokus pemerintah. BTN memiliki peluang bisnis yang terbuka lebar. Kehadiran Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) dan keputusan pemerintah terkait skema baru pembiayaan rumah subsidi bagi Aparatur Sipil Negara dan TNI/Polri diantara mengenai tipe rumah yang dapat dibeli, dan dihapuskannya batasan harga rumah, menjadi isu menarik sebagai potensi bisnis pelaku usaha terkait dengan industri perumahan.  

"Kami akan tetap fokus bagaimana kebutuhan masyarakat akan rumah dapat terpenuhi sekaligus mengurangi backlog ketersediaan untuk kebutuhan rumah yang mencapai sekitar 11,4 juta unit rumah. Oleh karena itu seluruh stakeholder dan pihak terkait dengan pembangunan serta pembiayaan perumahan, tetap diperlukan kontribusi dan perannya untuk mendukung dalam pelaksanaannya," tegas Maryono.  

Perseroan lanjutnya, akan berkoordinasi dan bagaimana dengan itu nanti BTN dapat bekerja sama untuk sama-sama kita mendukung program pemerintah dalam sejuta rumah.