Usai Rusuh 22 Mei, Nilai Tukar Rupiah Menguat

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Bank Indonesia melaporkan bahwa per Kamis 23 Mei 2019, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, mulai menunjukkan penguatan dibandingkan hari sebelumnya.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan, hal itu terbukti dengan penguatan nilai tukar rupiah sebanyak 36 poin atau 0,25 persen, ke level Rp14.488 per US$.

"Jadi, kalau kita lihat dari sisi moneter dan keuangan. Alhamdulillah, nilai tukar rupiah menguat dan diperdagangkan Rp14.470 -14.475," kata Perry di kantor Kementerian Keuangan, kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis 23 Mei 2019.

Perry mengakui, salah satu faktor pendorong penguatan rupiah adalah karena banyak dari kalangan eksportir yang mulai berkenan untuk menjual dolarnya ke pasar valas.

"Jual beli berjalan baik, eksportir makin banyak yang menjual DHE (devisa hasil ekspor) ke pasar valas. Juga komitmen perbankan yang mana terus membantu stabilitas rupiah," ujarnya.

Perry pun membeberkan alasan pelemahan rupiah yang sempat terjadi kemarin. Dia menilai, faktor dinamika global seperti misalnya perang dagang AS-China, serta memanasnya situasi domestik yang terjadi di dalam negeri, turut memengaruhi posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Seperti misalnya untuk faktor domestik, di mana rupiah pun merespons situasi terkini yang terjadi diranah domestik pada hari kemarin," kata Perry.

Karenanya, Perry memastikan, BI bersama pemerintah akan senantiasa berkoordinasi, dalam upaya dan komitmen untuk sama-sama menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dalam waktu ke depan.

"Dan, kami juga berkomitmen untuk berada di pasar, demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Rupiah masih akan bergerak stabil dan perkembangan ekonomi ke depan diharapkan juga bakal stabil dan cenderung menguat," ujarnya. (asp)