Kesadaran Menabung di Indonesia Masih Rendah, OJK Beberkan Buktinya

Deputi Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Sarjito.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia tak sebanding dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) nya. Hal itu disebabkan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menyimpan uangnya di perbankan. 

Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Sardjito mengatakan, pertumbuhan kredit di Indonesia selalu mencapai double digit setiap tahunnya. Tahun 2018 kredit perbankan di Indonesia tumbuh 11,75 persen, sedangkan DPK hanya tumbuh 6,45 persen. 

"DPK relatif enggak tumbuh dengan baik, artinya, orang Indonesia enggak senang nabung.  Di kawasan ASEAN saja kita masih kalah dengan Filipina, bayangin," kata Sardjito usai rapat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa 28 Mei 2019.

Menurutnya, kesenangan orang Indonesia menabung juga bisa dilihat di pasar modal. Saat ini, ungkap dia, investor asing masih cukup dominan di pasar modal.  

Sardjito menjelaskan, Indonesia masih kalah dari sisi rasio menabung terhadap PDB. Rasio menabung Indonesia terhadap PDB saat ini hanya sebesar 30,78 persen.  

"Kita kalah dari sisi rasio saving dengan PDB, jadi artinya pendapatannya sekian yang di saving berapa. Mereka lebih tinggi daripada kita," kata dia. 

Namun, saat ditanyai apakah Indonesia merupakan negara dengan rasio terburuk di ASEAN, Sardjito belum bisa memastikan. 

"Saya enggak bilang terparah, tapi emang kebiasaan kita consume (konsumsi). Kalau nabung semua juga enggak bagus, tapi ratio saving to GDP harusnya bagus," jelas dia. 

Untuk itulah, lanjut dia pihaknya akan terus menggencarkan edukasi kepada para pelajar untuk menambah jumlah simpanan pelajar. Ia menjelaskan, pihaknya sudah bekerjasama dengan sejumlah Kementerian dan Perbankan untuk meningkatkan jumlah tabungan secara nasional demi mendorong pembangunan dan aktivitas perekonomian nasional. 

"Kalau DPK enggak ada, investor asing kan masuk gitu, kan kita kurang, nah akhirnya kita ngutang. Ngutang ke mana?Asing. Atau mereka investasi portofolio, sebenarnya jangan terlalu happy asing masuk. Kalau semua kita bisa lakukan sendiri kenapa enggak. kamu nanti jadi pemegang saham semua," jelas dia.