Lantik Kepala P2PK, Menkeu Ingin Laporan Keuangan Tak Asal Dipoles

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melantik Firmansyah N. Nazaroedin sebagai Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan atau P2PK baru. Sebelumnya, Kepala P2PK diemban oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala P2PK Kementerian Keuangan, Adi Budiarso.

Kata dia, pengukuhan pejabat baru itu diharapakan supaya profesi yang berada di lembaga keuangan atau pengawas keuangan semisal Kantor Akuntan Publik, Akuntansi, Aktuaris, Valuer atau Appraisal bisa semakin kompeten dan menjaga kreadibilitasnya.

"Ini profesi-profesi yang akan jadi simbol apakah Republik Indonesia memiliki sekelompok manusia yang profesional dan punya kredibilitas sesuai teknisnya. Supaya institusi-institusi ini menjalankan amanah sesuai tugas mereka," katanya di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Senin, 8 Juli 2019.

Ditegaskannya, Firmansyah nantinya harus bisa menjalin hubungan yang intens dan kuat dengan berbagai asosiasi yang bergerak disektor industri jasa tersebut. Tujuannya, supaya lembaga-lembaga itu tidak lagi melakukan manipulasi data, khususnya terhadap laporan keuangan yang berada di bawah pemeriksaannya.

"Saya ingin ada kerja sama dengan asosiasi-asosiasi tersebut untuk meningkatkan reputasi, martabat, kewibawaan mereka, seperti KAP, Valuer, Apprisal yang tidak boleh profesinya jadi sumber maniputalisa. Karena itulah yang disebut kejahatan kerah putih," tegasnya.

Sri menegaskan kredibilitas laporan keuangan dari perusahaan publik menjadi salah satu indikator utama yang dirujuk masyarakat untuk menanamkan investasinya. Jika instrumen investasi Indonesia semakin banyak maka pasar keuangan Indonesia akan semakin dalam.

"Selama reputasi kita tidak tinggi, masyarakat tidak akan percaya dan akan menghindar. Artinya ketika middle class kita naik, mereka punya tabungan, mereka tidak akan menabung atau investasi di instrumen-instrumen keuangan itu karena dia tidak percaya laporan keuangannya. Maka dia lebih pilih beli emas, beli tanah, ini akan menghalangi kita menciptakan pendalaman pasar keuangan," tegas Sri.