Mengenal Sosok Miliarder RI yang Ringan Tangan pada Dunia Pendidikan

Ini Miliarder Indonesia yang Ringan Tangan terhadap Dunia Pendidikan. (FOTO: Detik Finance)
Sumber :
  • wartaekonomi

Setelah banyak mengulas tentang kedermawanan miliarder dari penjuru dunia selain Indonesia, kini Warta Ekonomi ingin mengupas tentang kebaikan orang terkaya di tanah air yang memiliki kepedulian besar terhadap dunia pendidikan.

Kepedulian mereka terhadap pendidikan di Indonesia tak melulu ditunjukkan dengan mendirikan lembaga formal, namun ada pula yang menggelontorkan sebagian hartanya untuk hal mulia tersebut.

Dengan hartanya, para miliarder ini mendirikan yayasan dengan fokus penelitian pada bidang-bidang tertentu.

Sebenarnya ada banyak miliarder Indonesia yang berhati mulia dan peduli terhadap pendidikan, namun kali ini Warta Ekonomi akan menjabarkan dua orang di antara yang lainnya. Berikut penjabarannya:

Theodore Rahmat

Theodore Permadi Rachmat atau yang lebih dikenal dengan TP Rachmat adalah seorang pengusaha yang memiliki kekayaan bersih US$1,8 miliar. Namanya pun menduduki salah satu posisi orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes.

Memiliki kekayaan yang berlimpah, TP mendirikan Yayasan A&A Rachmat Compassionate Service Foundation. Pendiri kelompok usaha Triputra ini selalu mendukung dunia pendidikan di Indonesia.

Ia selalu menyediakan program beasiswa kepada 17 perguruan tinggi di Indonesia. Sudah lebih dari 9.800 mahasiswa mendapatkan keuntungan dari program ini.

Selain program beasiswa, Theodore juga mendanai 32 klinik kesehatan di seluruh Indonesia yang mampu menjangkau 698 ribu pasien.

Tahija Bersaudara

Miliarder selanjutnya yang dermawan terhadap dunia pendidikan adalah Tahija bersaudara, yakni Sjakon George Tahija dan George Santosa Tahija. Dua bersaudara ini memiliki Yayasan Tahija Foundation.

Di dunia pendidikan, mereka ikut memberikan program beasiswa kepada mahasiswa dan turut mendanai penelitian arkeologi dan restorasi bangunan bersejarah.

Yayasan tersebut pun berkomitmen besar terhadap proyek pemberantasan demam berdarah di Yogyakarta yang merupakan bagian dari program penelitian dunia dalam upaya memberantas penyakit melalui nyamuk.

Selain itu, yayasan ini juga terlibat dari proyek konservasi maritim dengan mendanai armada pengawas dan pilot project perlindungan ikan karang.

Sjakon dan George merupakan putra dari Julius dan Jean Tahija yang mulai merintis yayasan ini pada 1990. Julius duduk dalam jajaran petinggi Caltex Pacific Indonesia dan ikut mendirikan Freeport Indonesia. Keluarga Tahija sekarang menjalankan perusahaan agribisnis berbasis pangan, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) dan Klinik Mata Nusantara sebagai entitas bisnis terpisah dari PT ANJ.