Pasar Ekspor Minyak Sawit Terbesar RI di India Direbut Malaysia

picture alliance/ZUMA Press/Y. Seperi
Sumber :
  • dw

Peningkatan volume pengiriman minyak sawit olahan ke India tentu akan menguntungkan pihak Malaysia. Namun secara bersamaan hal ini juga menekan volume impor dari Indonesia.

India berperan penting dalam urusan perdagangan sawit mengingat negara ini adalah importir minyak sawit terbesar di dunia.

Pada Januari 2019, India memangkas bea impor untuk pengiriman minyak sawit dari 54 persen menjadi 50 persen. Namun pengiriman dari Malaysia hanya dikenai bea sebesar 45 persen berkat adanya Perjanjian Kerja sama Ekonomi Komprehensif antara kedua negara, yang ditandatangani hampir satu dekade lalu.

Perjanjian ini telah membantu Malaysia meningkatkan pangsa pasar penjualan minyak sawit mereka ke India menjadi 52 persen pada paruh pertama 2019, dibandingkan dengan hanya 30 persen pada 2018, ujar Mohd Bakke Salleh, Ketua Dewan Minyak Kelapa Sawit Malaysia (MPOB) di Mumbai, India.

Berdasarkan data MPOB, impor minyak sawit India dari Malaysia melonjak menjadi 2,59 juta ton pada semester pertama, sementara periode yang sama tahun 2018 hanya sebesar 1,39 juta ton.

"Kami mengharapkan pangsa pasar tetap sama pada semester kedua," ujarnya.

Perbanyak permintaan dalam negeri

Volume ekspor Malaysia ke India memang telah menyalip Indonesia. Ini adalah kali pertama pangsa pasar minyak sawit Indonesia di India anjlok di bawah Malaysia.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan minyak sawit olahan Indonesia ke India pada periode Januari-Mei 2019 mencapai 1,84 juta ton. Sementara pada periode yang sama ekspor CPO dan minyak sawit olahan asal Malaysia ke India telah mencapai 2,21 juta ton.

Menanggapi hal ini Indonesia pun telah meminta India untuk memotong bea atas pengiriman minyak sawit dari Indonesia menjadi 45 persen.

Sebelumnya Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono, berharap penyerapan minyak sawit dalam negeri dapat meningkat. Hal ini guna menghindari anjloknya harga minyak sawit menyusul adanya perkiraan kenaikan produksi pada 2019.

"Tahun 2019 diharapkan ada tambahan produksi 4 juta ton. Biasanya tambahan produksi hanya sekitar 2 juta ton," ujar Joko.

Produksi minyak sawit Indonesia pada 2018 mencapai 43 juta ton. Namun Joko mengingatkan akan ada kelebihan produksi akibat mulai produktifnya sawit yang ditanam sekitar 15 tahun lalu. Penambahan produksi yang lebih besar diprediksi juga akan terjadi hingga lima tahun mendatang.

Untuk itu, selain pasar ekspor, Joko juga meminta agar produksi minyak sawit mentah (CPO) dapat diserap di dalam negeri agar harga sawit tidak terkoreksi.

ae/ts (reuters, kompas, gapki.id)