Minat Perusahaan Eropa Ekspansi Bisnis di Indonesia Turun, Kenapa?

Ketua Dewan EuroCham, Corine Tap.
Sumber :
  • Arrijal Rachman/VIVA.co.id.

VIVA – Meski menganggap positif dengan iklim investasi nasional, Kamar Dagang Eropa atau EuroCham di Indonesia mengungkapkan, minat pebisnis Eropa yang ada di Indonesia, untuk meningkatkan investasi menurun. 

Berdasarkan data Business Confident Index EuroChamp, dari 780 responden yang disurvei untuk periode 9-26 Mei 2019, hanya 40 persen responden berencana meningkatkan investasi. Angka tersebut mengalami penurunan, jika dibandingkan dengan catatan pada periode yang sama di tahun sebelumnya. 

Ketua Dewan EuroCham, Corine Tap menjelaskan, kondisi itu tidak terlepas dari pandangan pengusaha Eropa terhadap masih banyaknya daftar negatif investasi atau DNI di Indonesia. Kebijakan itu mencirikan bahwa pemerintah Indonesia masih menganut paham protektionisme. 

"Sehingga, ini (DNI) merupakan area yang harus dipertimbangkan pemerintah jika kita ingin meningkatkan investasi dari Uni Eropa ke Indonesia," kata dia di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat 9 Agustus 2019.

Berdasarkan survei tersebut, 68 persen responden masih menaruh perhatian terhadap daftar negatif investasi yang bersifat proteksionisme. Angka tersebut mengalami peningkatan 12 persen, jika dibandingkan dengan catatan pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

"Kami memahami (dari daftar tersebut), mana yang merupakan tantangan dan mana yang baik. Bagi anggota saya, negative investment list adalah salah satunya (yang menjadi perhatian utama), termasuk di sektor F&B (food and beverage) terkait penerapan halal dan hal lainnya," tutur dia.

Dengan kondisi itu, lanjut dia, keinginan responden yang merupakan pengusaha Eropa di Indonesia, untuk melakukan peningkatan tenaga kerja juga mengalami penurunan, yakni 10 persen di banding tahun lalu. Karena, hanya 43 persen yang menyatakan berkeinginan untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja di perusahaan nya.

Begitu juga, terhadap keinginan mereka untuk meningkatkan pendapatan dan laba yang masing-masing mengalami penurunan 11 persen dan enam persen. Sebab, hanya 44 persen responden yang ingin meningkatkan pendapatannya dan 60 persen responden yang berencana meningkatkan laba untuk 12 bulan mendatang.

"Dan, saya pikir hal itu datangnya dari investasi. Jadi, kita bisa melihat dari indeks bahwa meskipun kepercayaannya tinggi, investasi tampaknya stuck. Jadi, dengan adanya investasi datanglah pekerjaan," tutur Corine. (asp)