Rizal Ramli: 24 Persen Perusahaan RI 'Zombie Company', Hidupnya Utang

Ekonom sekaligus mantan Menko Ekuin Rizal Ramli (kanan) saat beri keterangan pers beberapa waktu silam.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Ekonom Senior, Rizal Ramli mengatakan saat ini di Indonesia ada 'zombie company' yang dapat menyebabkan krisis ekonomi. Adapun zombie company ialah perusahaan yang menggantungkan hidupnya dengan utang dan tidak dapat membayar bunga.

"Perusahaan zombie company ini hanya survive dengan refinancing yang terus menerus. Ya kan mereka harus restruktur lagi utangnya, cari utang baru untuk nutupin utang yang lama," ucap Rizal Ramli di Kawasan Tebet, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019. 

Selain itu, Rizal menilai para zombie company ini memiliki kriteria keuntungan yang hanya bisa untuk membayar utang saja. Ia mengatakan salah satu perusahaaan yang masuk dalam zombie company adalah perusahaan properti.

Rizal pun mengatakan jika di Indonesia perusahaan dengan kategori ini jumlahnya terus meningkat. Untuk diketahui, dari 2017 hingga 2019 naik 11 persen. Data dari Nikkei per hari ini zombie company di Indonesia sebanyak 24 persen. 

"Saya enggak mau spesifik perusahaannya, tapi perusahaan yang untungnya cuma cukup untuk bayar bunga kalau sales-nya untung, itu banyak yang merugi salah satunya sektor property," ucapnya.

"Hari ini zombie company menurut Nikkei itu ada 24 persen. Nyaris seperlima perusahaan yang listing yang sebetulnya cuma hidup dari refinancing," ucapnya.

Dengan begitu Rizal berharap para perusahaan zombie company ini dapat mendapatkan solusi dari kebijakan perdagangan, agar para perusahaan ini tetap mendapatkam keuntungan.

"Selain solusi korporasi ekonominya, kebijakan perdagangan harus di ubah biar sales-nya naik, biar perusahaan itu tetap seatle," ucap Rizal.

Data Bank Indonesia mencatat posisi utang luar negeri swasta (ULN) pada akhir April 2019 tumbuh sebesar 14,5 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ULN pada bulan sebelumnya yang sebesar 13 persen yoy. 

Utang luar negeri swasta tersebut didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap atau air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian dengan total pangsa sebesar 75,2 persen terhadap total utang luar negeri swasta.