Triliunan Rupiah Devisa Berpotensi Hilang karena Virus Corona

Turis China di Nusa Penida, Bali. - AFP
Sumber :
  • bbc

Asosiasi Travel Agent Indonesia (Asita) memprediksi potensi kerugian sektor industri pariwisata akibat dari virus corona mencapai puluhan miliar per bulan karena anjloknya turis dari China.

Wakil Ketua Umum Asita Budijanto Ardiansjah mengatakan, kerugian tersebut muncul dari perhitungan keuntungan rata-rata Rp1 juta per turis dan prediksi pengurangan jumlah turis China per bulan.

"Itu potensi kerugian pendapatan untuk paket tur saja seperti agen perjalanan, hotel, transportasi, pemandu wisata, restoran. Itu belum termasuk devisa ke negara dari pengeluaran mereka di sektor lain seperti pengrajin, oleh-oleh, yang rata-rata US$200 per hari," kata Budijanto kepada wartawan BBC News Indonesia, Raja Eben Lumbanrau, Jumat (31/01).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kunjungan wisatawan China ke Indonesia selama periode Januari sampai Juni 2019 mencapai 1,05 juta orang atau rata-rata 175.000 per bulan. Dari jumlah lebih 13,6 juta wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia, turis China menempati posisi kedua terbanyak setelah wisman Malaysia.

Budijanto memprediksi 50-60 persen melakukan pembatalan atau sekitar 90.000 orang. Sisanya masih melakukan perjalanan ke Indonesia.


Turis China di Nusa Penida, Bali. - AFP

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, virus corona menekan sektor pariwisata Indonesia karena wisatawan asing yang paling banyak berkunjung ke Indonesia adalah dari China. Padahal, lanjutnya, sektor pariwisata adalah salah satu devisa andalan Indonesia, yaitu mencapai US$19,29 miliar pada 2018 dengan kunjungan wisatawan asing mencapai 15,8 juta orang.

Dikutip dari situs Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), para turis asing tersebut pada 2018 mengeluarkan uang untuk belanja atau Average Spending Per Arrival (ASPA) sebesar US$1.220. Maka potensi kehilangan devisa dari turis China dengan asumsi 90.000 orang per bulan dan ASPA 2018 sebesar US$1.220 adalah hampir US$110 juta. Namun perhitungan di atas masih perkiraan dan asumsi sementara.

Kepala Biro Humas Kemenparekraf Guntur Sakti mengatakan belum bisa melakukan perkiraan perhitungan potensi kerugian pariwisata akibat virus corona karena eskalasi masalah masih terus berubah dan cenderung tinggi.

"Oleh karena itu, strategi Kemenparekraf agar pariwisata tetap menjadi kontributor besar bagi devisa negara ialah dengan meningkatkan jumlah wisatawan dari negara lain," kata Guntur.

"Namun, di samping itu semua, prioritas Pemerintah Indonesia, termasuk Kemenparekraf saat ini ialah kesehatan dan keselamatan bagi segenap warga negara Indonesia."

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio sebelumnya mengatakan pemerintah akan menggenjot turis dari Amerika Serikat dan Eropa dalam mengatasi penurunan turis China.

`Triliunan rupiah` di Bali berpotensi hilang

Asita Bali mencatat sekitar 10.000 turis dari China telah membatalkan perjalanan ke Bali akibat dari virus corona dari akhir tahun lalu hingga akhir Januari 2020. Jumlah tersebut, menurut Asita diprediksi akan terus meningkat.

Kerugian, berdasarkan data Asita diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah.

Ketua DPD Asita Bali, I Ketut Ardana, mengungkapkan dari sekitar 80 anggota Asita Bali yang mengandalkan turis China, ada 27 agen perjalanan yang melaporkan pembatalan tersebut.

"Kita pakai angka rata-rata satu orang wisatawan menghabiskan US$1.200. Jadi tinggal kalikan saja," kata Ardana.

Ardana memprediksi, jika virus corona tak kunjung mereda hingga Februari maka Bali berpotensi kehilangan hingga 100.000 turis China dengan potensi kerugian mencapai triliun rupiah.

"Seluruh Bali pasti akan kena (dampak). Bukan hanya biro perjalanan wisata, tetapi juga hotel, restoran, pemandu wisata , transportasi, objek wisata dan masyarakat bawah yang menjual souvenir di pinggir jalan. Itu (mereka) pasti terdampak karena orang-orang China belanja di situ."

Ardana berharap Pemerintah Pusat dan Bali meningkatkan kunjungan turis asing di luar China, seperti dari Eropa, India, dan Vietnam untuk membantu meningkatkan jumlah kunjungan turis ke Bali.

Menurut data Dinas Pariwisata Provinsi Bali, jumlah turis China di Bali saat ini berada di urutan kedua setelah Australia. Sepanjang Januari-November tahun lalu, wisatawan China di Bali sebanyak 1,1 juta (19,27 persen) sedangkan turis Negeri Kanguru sekitar 23 ribu lebih banyak (19,64 persen).

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa mengatakan, turis China memiliki peran penting dalam ekonomi pariwisata Bali.

"Tidak bisa dipungkiri, pariwisata Bali pun kena dampak karena ada turis yang batal datang," kata Astawa.

Namun, Astawa belum mengetahui seberapa besar dampak ekonomi akibat dari virus corona. Astawa mencontohkan pariwisata yang terdampak berada di Nusa Penida dan Nusa Lembongan, dua pulau terpisah dari Bali daratan yang populer bagi turis China.

`Hanya satu dan dua turis China terlihat`

Pelaku pariwisata di Nusa Penida, I Wayan Sukadana, mengatakan terjadi penurunan drastis turis dari China.

"Dampak paling terasa di beach club yang memang semua tamunya dari China. Sekarang hanya ada satu dan dua turis. Jelas tidak bisa untuk menutupi biaya operasional," kata Sukadana.

Sukadana memberikan contoh beach club Semaya One dan Caspla yang sekarang sudah hampir tidak ada turisnya sama sekali.

Wartawan Anton Muhajir yang melaporkan untuk BBC News Indonesia mengunjungi Pura Puseh Batuan, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar pada Kamis, (30/01) siang itu.

Hanya belasan turis yang terlihat mengunjungi pura yang dibangun sejak abad ke-11 tersebut. Lebatnya hujan siang itu menambah lengang suasana pura yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan asing.

Tak ada satu pun wajah turis China padahal mereka yang biasanya membanjiri Pura Puseh Batuan yang berjarak sekitar 15 km dari Denpasar itu.

"Sekarang tidak ada lagi turis China karena memang mereka tidak boleh lagi berwisata," kata Made Jabur, Kepala Desa Adat (Bendesa) Batuan yang mengelola Pura Puseh Batuan.

Menurut Jabur, sebelumnya, setiap hari ada sekitar 1.000 turis Cina berkunjung ke Pura Puseh Batuan. Namun, sejak virus corona merebak akhir tahun lalu, kunjungan ke Pura Puseh Batuan pun menurun drastis, terutama dua minggu terakhir.

Dengan hilangnya turis hingga 90 persen, kata Jabur, maka pendapatan mereka saat ini hanya Rp1 juta sampai Rp1,5 juta per hari. Padahal, kata Jabur, sebelumnya mereka bisa mendapatkan Rp10 juta sampai Rp15 juta setiap hari.

Pura Puseh Batuan hanya salah satu tempat di Bali yang mulai terdampak virus corona yang berawal dari Wuhan, China.

Strategi Bali cegah corona

Dibandingkan daerah lain di Indonesia, Bali memiliki jalur penerbangan langsung dari China terbanyak di Indonesia. Untuk jalur Wuhan ke Denpasar, terdapat empat penerbangan tiap minggu, yaitu Lion Air dan Sriwijaya Air. Namun, semua penerbangan tersebut sudah ditutup sejak 25 Januari 2020 lalu.

Hingga saat ini, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya, mengatakan Bali masih aman dari penularan virus corona.

Pekan lalu sempat ada tiga warga negara asing yang diduga terpapar virus corona dan dirawat di RSUP Sanglah, Denpasar, tetapi ketiganya dinyatakan negatif.

Suarjaya mengatakan, upaya pencegahan telah dilakukan seperti penggunaan alat pengukur suhu tubuh (thermos scanner) di Bandara Ngurah Rai, kesiapan layanan kesehatan.

"Sehingga kita berharap dengan cara itu Bali akan terhindar dari masuknya virus corona," kata Suarjaya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Wayan Windia, mengatakan terdapat dua langkah antisipasi masuknya virus corona ke Bali. Pertama, deteksi ketat terhadap penumpang dan kru pesawat yang datang dari daerah terjangkit. Kedua, pemberian Health Alert Card (HAC) bagi penumpang dan kru.

"Kami juga melaksanakan pengawasan aktif untuk kewaspadaan dini dan menyiagakan seluruh rumah sakit di Bali," kata Windia.

Khusus untuk pelaku pariwisata, Windia melanjutkan, diharapkan memberikan komunikasi risiko kepada wisatawan dan juga melaporkan jika menemukan kasus.

"Kami berharap hotel juga bekerja sama dengan memberikan akses kepada petugas yang melakukan pemantauan," tambahnya.


Staf medis menangani korban virus corona di sebuah rumah sakit di Kota Wuhan. - Reuters

Para pelaku pariwisata di Bali yakin virus corona tidak akan masuk di Bali dan bisa teratasi. Mereka pun percaya virus corona tidak akan berdampak panjang terhadap kondisi sepinya turis China di Bali.

Apalagi pariwisata Bali juga sudah terbukti bisa bangkit setelah mengalami krisis, seperti pada saat wabah kolera, penyakit SARS, bom Bali, dan erupsi Gunung Agung.