Zakir Naik Dituduh 'Gelapkan' Dana Sumbangan Yayasannya

Cendekiawan Muslim, DR Zakir Naik
Sumber :
  • VIVA/Muhammad Yasir

VIVA – Ulama kontroversial asal India, Zakir Naik, diduga telah mengumpulkan aset dengan mengalihkan dana dan sumbangan dari negara-negara Islam melalui organisasi Islamic Research Foundation, yang seharusnya dimaksudkan untuk kesejahteraan umat Islam.

Menurut laporan Times of India, Zakir memiliki aset senilai Rs193 crore atau setara Rp398 miliar termasuk di antaranya 20 flat di kota Mumbai dan Pune di India.

Penyelidikan pencucian uang yang dilakukan oleh India's Enforcement Directorate (ED) mengungkapkan bahwa Naik memanfaatkan organisasi tersebut untuk mengatur sumbangan dan mengalihkan hasilnya untuk membeli properti.

Dia juga dituduh mengumpulkan donasi sebesar Rs65 crore (Rp133 miliar) dari Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Bahrain, Kuwait dan Oman, antara tahun 2014 dan 2017.

Selain itu, ED juga melacak transfer uang sebesar Rs49 crore yang diterima Naik dari sumber yang tidak dapat dijelaskan dari Dubai, yang kemudian dipakainya untuk membeli 20 flat tersebut. Sebanyak sembilan flat di antaranya dipesan di Mumbai atas nama istri dan putranya, sementara 11 flat lainnya dipesan di kota Pune.

"Pemesanan dibayar dengan sumber dana yang tidak dapat dijelaskan, yang diterima oleh Zakir Naik melalui rekening bank istri, putra dan keponakannya," kata seorang sumber seperti dikutip dalam laporan, dilansir The Star, Senin 25 Maret 2019.

Jejak transaksi juga mengungkapkan investasi Zakir atas tiga properti senilai Rs13 crore (Rp26 miliar) di Mazgaon dan Mumbai, yang dialihkan melalui rekening ibu, ayah dan saudara perempuannya. 

Zakir selama ini dicari Pemerintah India karena tuduhan pencucian uang dan terorisme. Saat ini ia tinggal di Malaysia di mana ia memiliki tempat tinggal permanen.

Juli lalu, Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengatakan bahwa Malaysia tidak akan mendeportasi Zakir selama dia tidak menciptakan masalah di Malaysia. Ulama berusia 53 tahun itu kerap mendapat kecaman dari berbagai kelompok di Malaysia karena khotbahnya yang digambarkan sebagai ekstremis dan tidak menghormati agama lain.