Tanah Longsor Besar, Ribuan Pengungsi Rohingya Terdampak Satu Tewas

Kondisi Terkini Pengungsi Rohingya
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Tanah longsor yang dipicu oleh angin muson di kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh menewaskan satu orang dan menyebabkan lebih dari 4.500 orang kehilangan tempat tinggal.

Dengan curah 35 centimeter hujan turun dalam waktu 72 jam sebelum tanah longsor terjadi pada hari Sabtu pekan lalu di kamp-kamp sekitar Cox's Bazar yang menampung lebih dari 900 ribu orang minoritas Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar.

Sebanyak 26 tanah longsor dilaporkan terjadi di kamp-kamp sementara yang dibangun di bukit dekat perbatasan dengan Myanmar. Pepohonan di wilayah tersebut telah ditebang untuk membangun gubuk-gubuk dan untuk kayu bakar.

Pejabat Badan Pengungsi PBB, Areez Rahman mengatakan, sekitar 30 kamp pengungsi telah terkena dampak badai. Sementara seorang wanita berusia 50 tahunan meninggal setelah tertimpa tembok yang runtuh.

Nur Mohammad, seorang pengungsi Rohingya yang berusia 40 tahun di kamp utama Kutupalong mengatakan bahwa 12 orang kerabatnya melarikan diri dari pondok berbalut terpal di perbukitan untuk berlindung.

"Rumah saya sudah penuh sesak. Saya khawatir bagaimana saya akan memberi makan semua orang ini," kata Nur Mohammad seperti dikutip Channel  News Asia, Senin 8 Juli 2019.

Para pejabat mengatakan sekitar 5.000 warga Rohingya di sebidang tanah tak bertuan antara Bangladesh dan Myanmar juga terdampak badai itu.

"Anak-anak menderita diare dan kami tidak memiliki cukup air untuk minum," kata pemimpin kamp Dil Mohammad. Komisaris Pengungsi Bangladesh, Mohammad Abul Kalam, mengatakan persiapan darurat sedang dilakukan. 

Pada 2017 lalu, badai muson menewaskan 170 orang di kamp pengungsi. Tahun lalu, Badan Pengungsi PBB memindahkan 30 ribu pengungsi Rohingya keluar dari daerah-daerah yang dianggap berisiko tinggi terdampak tanah longsor dan banjir.

Sekitar 740.000 Rohingya melarikan diri dari penumpasan militer di negara bagian Rakhine Myanmar yang didominasi Buddha pada Agustus 2017 bergabung dengan sekitar 200.000 yang sudah tinggal di kamp-kamp di seberang perbatasan.

Bangladesh ingin merelokasi hingga 100.000 pengungsi ke pulau terpencil di Teluk Benggala namun usulan ini ditentang oleh para pengungsi dan kelompok-kelompok hak asasi internasional.