Ada Arab Saudi di Belakang Presiden Sudan Terguling Omar al-Bashir?

Omar al-Bashir muncul di pengadilan di balik sel pada hari Senin. - AFP.
Sumber :
  • bbc

Seorang detektif mengatakan di pengadilan di Sudan bahwa mantan Presiden Omar al-Bashir mengaku menerima jutaan dolar dari Arab Saudi.

Bashir diajukan ke pengadilan pada Senin (19/08) dengan dakwaan melakukan korupsi. Pengacara mengatakan gugatan tersebut tidak berdasar.

Ia diturunkan pada bulan April setelah selama berbulan-bulan terjadi unjuk rasa yang mengakhiri kekuasaannya selama hampir 30 tahun.

Pada Juni lalu, jaksa penuntut mengatakan mata uang asing dalam jumlah besar ditemukan di dalam sejumlah karung gandum di rumahnya.

Minggu (18/08), pegiat pro-demokrasi dan pemimpin militer negara itu, yang menjatuhkan Bashir, menandatangani kesepakatan, sehingga pemilihan umum dapat dilaksanakan.

Mantan presiden Sudan ini hadir di pengadilan dengan mengenakan pakaian putih dan turban dan duduk di balik jeruji. Ia tidak mengomentari dakwaan itu, lapor kantor berita Reuters.

Pengamanan ketat di luar pengadilan di ibu kota Sudan, Khartoum ketika Bashir tiba, kata para saksi mata.


Pada Juni 2019, Omar al-Bashir muncul pertama kali di depan umum. - Reuters

Apa dakwaannya?

Bashir dituduh "memiliki mata uang asing, korupsi dan menerima hadiah secara ilegal".

Pada April, penguasa militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengatakan lebih dari US$113 juta atau Rp1,6 triliun uang kontan dalam mata uang pound Sudan dan mata uang asing disita di rumah Bashir.

Dua bulan kemudian, Omar al-Bashir terlihat di depan umum untuk pertama kalinya di luar kantor kejaksaan di Khartoum.

Tim pembela mantan presiden tersebut menolak seluruh dakwaan.

Pemimpin yang digulingkan tersebut dijadwalkan diadili pada Juli - tetapi sidang kemudian ditunda karena alasan keamanan.


Unjuk rasa terjadi selama berbulan-bulan di Sudan. - EPA

Dakwaan lain termasuk pembunuhan pengunjuk rasa

Pada Mei, jaksa menuntut Bashir melakukan penghasutan dan terlibat dalam pembunuhan para pengunjuk rasa.

Gugatan tersebut terkait dengan terbunuhnya seorang dokter pada unjuk rasa yang mengakhiri kekuasaan Bashir pada bulan April.

Dokter tersebut sedang merawat demonstran yang terluka di rumahnya di Khartoum, ketika polisi menembakkan gas air mata ke gedung.

Saksi mata mengatakan kepada BBC bahwa dokter tersebut ke luar dengan mengangkat tangannnya ke atas dan mengatakan kepada polisi bahwa dirinya seorang dokter, tetapi dia tetap ditembak.


Mohamed Hamdan "Hemeti" Dagolo berjanji mematuhi kesepakatan. - BBC

Peralihan ke demokrasi?

Pengadilan Bashir akan dipandang sebagai ujian apakah penguasa baru dapat mengatasi dugaan kejahatan yang dilakukan rezim sebelumnya.

Pada Sabtu (17/08) pekan lalu, dewan militer Sudan yang mengambil alih kekuasaan setelah Bashir diturunkan, dan aliansi oposisi sipil menandatangani kesepakatan pembagian kekuasaan.

Persetujuan tersebut menciptakan dewan pemerintah baru, terdiri dari kelompok sipil dan para jenderal, untuk merintis jalan bagi dilaksanakannya pemilihan umum dan pemerintahan sipil.

Mohamed Hamdan "Hemeti" Dagolo, yang dipandang umum sebagai orang paling berkuasa di Sudan, berjanji akan mematuhi kesepakatan.

Para anggota dewan kedaulatan baru dijadwalkan mengucapkan sumpah jabatan pada hari Senin, tetapi upacara ditunda selama 48 jam atas permintaan pegiat pro-demokrasi, lapor kantor berita Reuters yang mengutip pernyataan juru bicara militer.