Nasehat Presiden: Agama Jangan Jadi Alat Kepentingan Politik

Ahmad Khalid Photography.
Sumber :
  • dw

Lagu paling terkenal dari musik pop abad ke-20, yang kerap diulang-ulang ketika orang-orang memimpikan masa depan yang lebih baik, adalah "Imagine" oleh John Lennon.

Sejak 1971, lagu ini telah menggerakkan jutaan orang. Selain melodinya indah juga karena teks visionernya yang mengajak orang membayangkan semua orang hidup dalam damai.

Demikian disampaikan Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, yang mengajak semua pihak bersatu membawa perdamaian bagi dunia.

“Ini juga merupakan tantangan intelektual, politik, dan paling tidak kehidupan bagi mereka yang memiliki peran dalam agama mereka, yaitu, mereka yang bertanggung jawab atas bagaimana agama mereka memengaruhi kehidupan sehari-hari,” ungkapnya di Lindau, Jerman.

Steinmeier menambahkan, iman religius bisa menjadi kekuatan besar, sungguh luar biasa, yang dapat membentuk individu untuk seluruh hidupnya, yang dapat memberi kekuatan dan makna.

"Namun, iman dan agama juga bisa disalahgunakan. Sebagai motivasi pada dasarnya niat dan agama lebih dari tujuan politik,” kata dia, seraya mengingatkan agar jangan sampai agama disalahgunakan sehingga memicu konflik.

Steinmeier juga menyebutkan bahwa hingga saat ini, di banyak tempat di dunia, bisa disaksikan bagaimana sentimen dan kepercayaan agama dapat berubah menjadi kekerasan terhadap orang-orang dari agama lain.

Ia mencontohkan beberapa negara seperti Myanmar, Nigeria, Mali, di Timur Tengah, Indonesia, maupun Pakistan.

“Kita mengalami berkali-kali bagaimana agama - terutama melalui pengaruh pemimpin yang sinis dan tidak bermoral - dapat menjadi kekuatan yang mengerikan, tanpa ampun,” tutur Steinmeier.

Majelis Agama Dunia ke-10, kali ini mengangkat tema: "Peduli Masa Depan Kita Bersama — Meningkatkan Kesejahteraan Bersama”.

Ratusan pemimpin agama, tokoh pemuda dan perempuan di sektor agama dari lebih dari 100 negara akan bergabung dengan perwakilan pemerintah, organisasi antarpemerintah, dan kelompok masyarakat sipil untuk menjalin kemitraan dalam mengatasi konflik di dunia.

Pertemuan pertama Religions for Peace berlangsung pada 1970 di Kyoto, Jepang. Lewat pertemuan tersebut, majelis ini kian berkembang menjadi koalisi multi-agama terbesar dan paling representatif di dunia.

Selain digelar berbagai dialog, acara spiritual bersama juga dilakukan di sekitar instalasi Religions for Peace, simbol Majelis Dunia ke-10.

Religions for Peace adalah cincin kayu setinggi 7,5 meter dalam bentuk strip Moebius yang dibangun di Taman Luitpold. Cincin raksasa ini terbuat dari kayu dari berbagai wilayah dunia.

(Ed: ap/ts)