Mau Beli Ganja Tanpa Takut Diciduk Polisi?

Mike Tyson dan bisnis ganja miliknya.
Sumber :
  • Instagram @tysonranchofficial

VIVA – Legenda tinju dunia, Mike Tyson, kini menjalankan bisnis ganja. Ia memiliki ladang seluas 16 hektare dan menghasilkan sekitar US$40 ribu, atau Rp569 juta per bulannya.

Ladang ganjanya itu dipakai untuk proses produksi dan pengemasan daun yang mengandung zat psikotropika itu, di California, Amerika Serikat.

Tidak hanya untuk kepentingan konsumsi pribadi dan komersial, ladang ganja Tyson juga dimanfaatkan untuk riset.

Tujuannya, mendapat senyawa ganja seperti THC (tetrehydrocannabinol) dan CBD (cannabidiol) berkualitas tinggi.

Zat ini disebut-sebut bisa menekan gangguan psikosis atau kelainan kejiwaan yang ditandai dengan kegelisahan, paranoia, dan halusinasi.

Di ladang itu pula, Tyson membangun resor yang sangat nyaman untuk konsumen. Mereka bisa datang dan mengisap mariyuana dengan bebas, tanpa takut ditangkap pihak berwajib.

Apakah Tyson tidak takut diciduk polisi? Tidak.

Sebab, pemerintah negara bagian California sudah melegalkan pemakaian ganja untuk obat dan recreational drugs. Namun, jumlah yang boleh dikonsumsi ada batasnya.

Jadi, tak heran kalau Tyson begitu bebas jualan ganja. Lantas, apa sih jenis ganja CBD?

Berdasarkan data yang diolah VIVA, Senin, 26 Agustus 2019, zat ini diekstrak dari tanaman mariyuana, sama seperti tetrahydrocannabinol (THC).

Tapi, berbeda dari THC yang bisa membuat pengguna nge-fly, CBD bisa membantu pengguna untuk tidur dan rileks tanpa memiliki efek samping. Itu sebabnya, zat ini dianggap legal di banyak negara.

Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui jika CBD memiliki manfaat terapeutik. Karenanya, WHO merekomendasikan agar CBD tidak masuk ke dalam kelompok zat yang harus dibatasi penggunaannya secara internasional.

Rekomendasi ini dirilis setelah Expert Committee on Drug Dependence (ECDD) melakukan tinjauan awal terhadap senyawa ganja CBD, seperti dikutip dari situs resmi WHO.

Selain itu, bukti terbaru dari penelitian terhadap hewan dan manusia menunjukkan bahwa penggunaannya dapat memiliki manfaat terapeutik untuk kejang karena epilepsi dan kondisi yang berhubungan dengannya.

Bukti saat ini juga menunjukkan bahwa cannabidiol tidak mungkin disalahgunakan atau menimbulkan ketergantungan seperti tetrehydrocannabinol (THC).

Atas bukti tersebut maka CBD telah menunjukkan manfaat medis untuk mengatasi serangan epilepsi, nyeri, insomnia dan pembengkakan.

WHO juga melaporkan telah ditemukan juga bukti awal bahwa CBD dapat mengobati penyakit Alzheimer, penyakit Crohn, jenis kanker tertentu, penyakit Parkinson dan penyakit serius lainnya.

Bukan itu saja, CBD telah dijual dalam bentuk minyak vape, krim pereda nyeri, koyo, permen, kapsul, dan senyawa. Nah, bagaimana kalau dijual di Indonesia, ya?