Donald Trump Ingin Lenyapkan Badai dengan Senjata Nuklir

Presiden AS Donald Trump.
Sumber :
  • Twitter.com/@realDonaldTrump

Presiden Amerika Serikat Donald Trump ingin melenyapkan badai dengan senjata nuklir. Ia dilaporkan meminta kajian tersebut, sebelum badai menerjang dan menyebabkan kerugian.

Menurut situs berita Axios, Donald Trump mengajukan pertanyaan tersebut ke sejumlah pejabat keamanan nasional Amerika Serikat. Namun belakangan ia membantah dirinya meminta kajian soal ini.

Badai secara berkala menerjang kawasan pantai timur AS dan menyebabkan kerusakan dalam skala besar. Tapi, apakah bom nuklir yang dahsyat bisa dipakai untuk menghancurkan badai?

Para ilmuwan di Badan Atmosfer dan Laut Nasional Amerika, NOAA, menyatakan bom nuklir tidak akan efektif menghancurkan badai.

“Bom nuklir tidak akan membuat badai menjadi lebih lemah. Jika bom nuklir digunakan, maka bahan radio aktif akan dengan cepat bergerak mengikuti angin, sehingga mempengaruhi daratan,” demikian penjelasan NOAA.

Kesulitan penggunaan bahan peledak untuk mengubah badai, kata NOAA, adalah terkait dengan jumlah energi yang diperlukan. Pelepasan panas dari badai setara dengan kekuatan bom nuklir 10 megaton yang meledak setiap 20 menit.

NOAA juga menjelaskan, meski energi dari bom nuklir mendekati kekuatan badai, tidak mudah melumpuhkan badai dengan bom ini, karena mendekati dan menghancurkan inti badai yang ada di lautan lepas bukan pekerjaan mudah.

Bagaimana jika bom dipakai untuk menyerang badai sebelum badai ini menjadi lebih besar? Ini juga bukan hal yang gampang dilakukan karena kita tak bisa memastikan apakah suatu badai akan jadi lebih besar.

NOAA menyatakan dari sekitar 80 "calon badai" yang berasal dari Samudra Atlantik, hanya sekitar lima yang menjadi badai. "Tidak ada cara untuk mengetahui apakah salah satunya akan menjadi badai besar," kata NOAA.

Apakah ini ide baru?

Ide menghancurkan badai dengan bom nuklir sebenarnya sudah muncul sejak 1950-an ketika gagasan ini disampaikan seorang ilmuwan.

Saat berpidato di National Press Club pada 1961, Francis Riechelderfer, pimpinan Kantor Cuaca AS mengatakan dirinya dapat membayangkan kemungkinan suatu hari nanti meledakkan bom nuklir pada sebuah badai yang berada jauh di laut.

NOAA menyatakan ide ini sering kembali diusulkan setiap kali ada musim badai di AS.

Professor Sharon Squassoni dari George Washington University mengatakan ide ini berasal dari Plowshares Program pada 1950-an ketika para peneliti "membayangkan hal-hal yang gila, yang luar biasa, yang bisa disebabkan oleh bom nuklir".

Dalam waktu selama hampir 20 tahun, AS telah memakai 31 hulu ledak pada 27 tes untuk menguji apakah cadangan nuklir AS dapat digunakan untuk menggali kanal atau tambang atau untuk membangun pelabuhan kapal.

Tetapi setelah bahaya nuklir menjadi semakin jelas, gagasan untuk memanfaatkan bom nuklir untuk berbagai kepentingan sipil ditinggalkan, kata Squassoni kepada BBC.

Dia menambahkan traktat internasional tidak membolehkan AS meledakkan senjata nulir untuk menghancurkan badai.

Beberapa gagasan yang tidak biasa muncul dalam beberapa tahun terakhir, termasuk seruan melalui Facebook yang mendesak para pemilik senjata di AS untuk "menembak jatuh" Badai Irma pada 2017 dengan menggunakan hujan peluru.

Acara itu mendapatkan dukungan 55 ribu orang. Tapi seorang pejabat polisi Florida memperingatkan di Twitter dengan mengatakan, "Anda tidak bisa membuat badai berbalik arah dan efek sampingnya sangat berbahaya."

Kapan terjadi badai?

Musim badai Atlantik dimulai pada 1 Juni sampai akhir November. Puncaknya terjadi pada bulan September ketika suhu laut mencapai tingkat tertinggi.

Badai tropis Dorian saat ini sedang berputar menuju Kepulauan Karibia dan diperkirakan mengancam pulau milik AS, Puerto Rico.

Permulaan bulan ini NOAA memperingatkan keadaan saat ini lebih menunjang terjadinya kegiatan badai di atas normal. Empat badai yang sampai sekarang telah terjadi tahun ini adalah Andrea, Barry, Chantal dan Dorian.