Tingkat Vaksinasi Tinggi, 4 Negara Eropa Ini Tak Juga Bebas Campak

- Science Photo Library
Sumber :
  • bbc

Campak telah kembali ke empat negara di Eropa yang sebelumnya dinyatakan telah bebas dari penyakit itu, kata Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.

Ke empat negara tersebut adalah Albania, Republik Ceko, Yunani dan Inggris. Kate O`Brien dari Departemen Imunisasi WHO mengatakan ini adalah perkembangan yang tidak diharapkan.

Campak sangat menular dan berpotensi membawa kematian lewat batuk, bintik merah dan demam. Banyak negara telah dinyatakan bebas campak, di mana tak ditemukan transmisi endemik selama 12 bulan di wilayah geografis tertentu.

Yang mengkhawatirkan, kata O`Brien, empat negara Eropa yang telah kehilangan status bebas campak ini memiliki cakupan vaksinasi yang "sangat luas".

"Mencapai cakupan (vaksinasi) nasional yang luas saja tidaklah cukup. Vaksinasi harus menjangkau semua komunitas, semua keluarga dan semua anak," katanya.

Ahli kesehatan memperingatkan bahwa dusta atau hoaks seputar vaksinasi campak telah membuat penyakit ini menyebar di wilayah tertentu.

Bagaimana angka-angkanya?

Seluruh wilayah di dunia memperlihatkan peningkatan campak, kecuali Amerika yang memperlihatkan penurunan, sekalipun angka di sana merupakan yang tertinggi dalam 25 tahun terakhir.

Menurut WHO, sebanyak hampir 365.000 kasus campak dilaporkan terjadi tahun ini di seluruh dunia, hampir tiga kali lipat dibandingkan semester pertama tahun 2018.


Campak relatif mudah diatasi melalui vaksinasi. - Reuters

O`Brien menyalahkan kekeliruan informasi atau hoaks mengenai vaksin yang disebarkan melalui media sosial dan meminta kepada pemerintah agar menyediakan "informasi yang akurat, absah, ilmiah dan kredibel".

Saat ini Republik Demokrasi Kongo, Madagaskar dan Ukraina sedang mengalami wabah campak yang besar.

Jumlah kasus campak terus menurun di seluruh dunia sejak tahun 2016, saat penyakit itu mengalami kemunculan kembali.

Pejabat WHO menyebutkan alasan-alasan penyebaran berbeda di berbagai negara.

Selain kurangnya akses ke vaksinasi, penyebab lainnya adalah informasi keliru tentang penyakit itu dan cara pencegahannya.