Iran Siap Perang Total Kalau Sampai AS dan Arab Saudi 'Ngajak Ribut'

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif
Sumber :

VIVA – Ketegangan masih terasa setelah serangan terhadap kilang minyak Arab Saudi, Aramco. Buntut dari serangan itu, hubungan Arab Saudi, Iran dan Amerika Serikat makin memanas. Pasalnya, meski pemberontak Hutsi sudah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tapi AS keukeuh menuding Iran yang seharusnya bertanggung jawab.

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif pun menanggapi tuduhan itu. Zarif mengeluarkan ultimatum, bahwa Iran siap perang habis-habisan kalau seandainya AS atau Arab Saudi melancarkan serangan militer sebagai balasan atas serangan kilang minyak Saudi Aramco.

Zarif menyampaikan kepada CNN, dikutip dari nypost.com, bahwa Iran berharap untuk menghindari konflik. Negaranya juga bersedia berembuk dengan negara tetangga, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Tapi Iran menolak negosiasi dengan AS kecuali negara Paman Sam itu memenuhi perjanjian terkait nuklir di tahun 2015, di mana Presiden Donald Trump menarik pasukan AS dari Iran.

Lagi-lagi Zarif menegaskan bahwa Iran tidak terlibat dalam penyerangan ke kilang minyak milik Arab Saudi. Dia menambahkan kalau pemberontak Hutsi memang punya kemampuan untuk melancarkan serangan yang memusnahkan separuh produksi minyak Arab Saudi itu. Tapi Zarif enggak bisa memberikan bukti bahawa drone dan misil tersebut memang milik Hutsi. "Saya tidak punya bukti apa pun, tapi kita sudah mendengar klaim mereka," kata Zarif kepada CNN.

Pernyataan Zarif itu untuk merespons Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo yang saat berkunjung ke Arab Saudi pasca pengeboman, menyebut serangan itu sebagai ajakan perang.

Ditanya apa konsekuensi atas serangan AS atau Arab Saudi, Zarif menjawab, "Perang habis-habisan." Zarif melanjutkan, "Saya membuat pernyataan yang sangat serius terkait membela negara kami. Meski begitu, kami tidak ingin melancarkan konfrontasi militer." Dia juga menambahkan aksi militer untuk membalas serangan pekan lalu itu akan menimbulkan banyak korban. Meski begitu dia menambahkan, "Kami tidak akan ragu untuk membela negara kami."