Dituduh Serang Kilang Minyak, Arab Saudi Enggak Sabar Mau Gebuk Iran

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan tidak ada gunanya memenuhi permintaan Iran. - BBC
Sumber :
  • bbc

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, mengatakan semua kemungkinan, termasuk aksi militer, dimungkinkan setelah terjadi serangan terhadap dua fasilitas minyak yang mereka anggap dilakukan Iran.

Meskipun Arab Saudi ingin menghindari perang, Iran akan diminta pertanggungjawaban terkait serangan tanggal 14 September, kata al-Jubeir kepada BBC. AS, didukung Inggris, Prancis dan Jerman, telah menyatakan Iran berada di balik sejumlah serangan tersebut.

Iran sudah menyangkal pihaknya terlibat.

Berbicara kepada wartawan BBC, Lyse Doucet, dalam Majelis Umum PBB, New York, Jubeir mengatakan, semua pihak berusaha menghindari perang dan semuanya mencoba menghindari eskalasi.

“Karena itulah kami akan mengkaji semua kemungkinan yang tersedia. Kami akan mengambil keputusan pada waktu yang tepat,” kata dia.

Jubeir menambahkan, memenuhi keinginan Iran tidak efektif di masa lalu, tindakan itu tidak ada gunanya di masa depan.

AS kembali memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Iran pada November tahun lalu dan pada Mei tahun ini. AS menyatakan akan secara sepihak memaksa semua negara untuk berhenti membeli minyak Iran.

Pada Rabu (25/09), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Majelis Umum PBB mengatakan negara menginginkan "resolusi damai dengan Republik Islam Iran".

"Pada akhirnya, adalah pihak Iran yang akan memutuskan, apakah memilih kekerasan dan kebencian," tuturnya. Presiden Prancis Emmanuel Macron telah berusaha mengatur pertemuan bersejarah antara Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump.


Presiden Iran Hassan Rouhani menolak bertemu Donald Trump selama sanksi ekonomi masih berlaku. - EPA

Akan tetapi, Rouhani mengatakan kepada para delegasi di PBB bahwa dirinya menolak bertemu Trump selama sanksi ekonomi yang menghukum negaranya masih berlaku.

Dia meragukan maksud AS, terkait dengan pernyataan Pompeo tahun lalu bahwa AS telah menerapkan "sanksi terberat dalam sejarah" terhadap Iran.

"Bagaimana seseorang mempercayainya ketika pembunuhan diam-diam terhadap sebuah negara besar dan tekanan terhadap kehidupan 83 juta warga Iran, terutama perempuan dan anak-anak, disambut dengan baik oleh para pejabat pemerintah Amerika?" katanya.

"Bangsa Iran tidak akan pernah, melupakan dan memaafkan kejahatan dan para penjahat ini."

Dia juga menolak berfoto dengan Trump, yang telah mengatur beberapa kesempatan berfoto dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un - termasuk foto bersalaman secara spontan di Zona Demiliterisasi (DMZ) Semenanjung Korea.

"Foto kenangan diambil pada tahapan akhir perundungan, bukannya pada permulaan," kata Rouhani.