Apakah Aksi Militer Turki di Suriah akan Bangkitkan ISIS?

Agustian Hermawan, mantan Ketua KNPI Depok yang bergabung dengan ISIS. Hingga Februari sudah 217 WNI yang ditangkap diluar negeri karena diduga bergabung dengan ISIS.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan

Ya, memang ada kemungkinan ISIS akan muncul kembali dalam bentuk tertentu.

Itulah jawabannya secara singkat. Kelompok jihadis seperti yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) dan al-Qaida berkembang jika terjadi kekacauan dan gangguan. Serangan ini merupakan sebuah ancaman bagi kawasan yang memang sudah dikenal sebagai daerah yang bergolak.

Tetapi apa yang terjadi akan bergantung pada kedalaman, lama dan intensitas serangan Turki ke Suriah.

Jihadis ISIS telah kehilangan daerah kekuasaan terakhir `khilafah` mereka setelah perang Baghuz, Suriah pada bulan Maret tahun ini.

Tetapi ribuan pejuangnya masih hidup dan tidak semuanya berada di dalam penjara.

Kelompok tersebut bersumpah terus berperang, dengan harapan dapat mengalahkan lawannya lewat serangkaian serangan tersembunyi, seperti pemboman yang dinyatakan dilakukannya di Raqqa minggu ini.

Di Suriah timur, yang sebelumnya adalah daerah kekuasaan ISIS, kebangkitan mereka diawasi oleh tentara Pasukan Demokratis Suriah (SDF), yang sebagian besar anggotanya adalah warga Kurdi.

Kurdi bukan hanya hadir secara militer di lapangan dan di perbatasan dengan Turki, tetapi mereka juga melakukan tugas yang tidak seorangpun ingin lakukan: menjaga ribuan pejuang ISIS dan kelompoknya di penjara dan kamp yang penuh sesak.

Tetapi setelah militer Turki memasuki daerah yang dikuasai Kurdi, prioritas Kurdi telah berubah.

Melindungi diri menjadi lebih penting dari pada menjaga tahanan yang tidak diproses hukum, yang negara asal mereka sendiri telah menolak untuk menerima mereka kembali.

Risiko melarikan diri dari penjara

Pada dasarnya terdapat dua risiko.

Yang pertama dan paling mungkin terjadi dalam waktu dekat adalah mereka melarikan diri dari penjara.

Diperkirakan terdapat 12.000 anggota ISIS di penjara SDF dan 70.000 anggota ISIS lainnya di kamp seperti Al-Hol.

Di antara anggota ISIS adalah veteran garis keras yang kemungkinan akan melakukan pemenggalan, penyaliban dan pemotongan anggota tubuh, disamping merencanakan serangan militer.


Penduduk mulai mengungsi saat terlihat asap di kota perbatasan Ras al-Ain. - BBC

Kalangan intelijen Inggris semakin mengkhawatirkan kemungkinan para tahanan ini melarikan diri, yang berarti sebagian dari pejuang garis keras akan kembali ke Eropa atau negara asal mereka dan merencanakan serangan sejenis yang telah terjadi di London, Paris, Barcelona dan tempat-tempat lain.

Pihak Barat sebenarnya juga bertanggung jawab atas keadaan ini.

Dari tahun 2014-2019, koalisi pimpinan AS yang terdiri dari 70 negara melakukan operasi militer yang sukses untuk melemahkan dan pada akhirnya menghancurkan khilafah ISIS.

Tetapi Barat gagal merencanakan langkah lanjutannya dengan baik.

Tidak terdapat mekanisme yang dapat diterima dunia dalam mempersekusi sisa-sisa khilafah ISIS yang ditangkap di medan perang. Mereka malahan ditaruh di tempat sesak, sehingga dikecam kelompok hak asasi manusia, tanpa kemungkinan diadili.

Kamp perempuan dipenuhi pendukung ISIS dan mantan anggota Hisbah, penegak moralitas, yang masih menerapkan hukuman keras di dalam tenda kamp, termasuk pencambukan dan membakar tenda orang-orang yang tidak disukai.

Kebanyakan kamp berada di bagian selatan perbatasan yang Turki ingin duduki.

Tetapi pihak Kurdi sudah mengumumkan, bahwa mereka harus memindahkan orang-orang yang sebelumnya menjaga kamp ke arah utara untuk menghadapi operasi Turki.


- BBC

Dua anggota ISIS yang paling dicari-cari, El-Shafee Elsheikh dan Alexander Kotay, yang dijuluki "Beatles" dari London, sebelumnya dijaga pengawal Kurdi di Suriah timur laut sejak mereka ditangkap SDF di dekat perbatasan.

Tetapi pada hari Rabu dilaporkan bahwa mereka telah dipindahkan ke penjara AS menunggu sidang di Amerika.

Ini adalah sebuah isyarat bahwa pihak Barat telah mengkhawatirkan risiko yang dihadapi jika para tahanan bebas.

Risiko kemunculan kembali

Pejuang Kurdi di SDF yang paling banyak terlibat dalam perang mengalahkan ISIS.

Kekuatan udara AS, pasukan khusus Barat dan bahkan milisi Muslim Syiah dukungan Iran semuanya berperan juga dalam melucuti khilafah lima tahun yang wilayahnya dari Suriah utara dan Irak tersebut.

Tetapi jika sekarang Kurdi menjadi hanya terpaku pada usaha menghadapi militer Turki dan menangkal serangan udara, maka mereka tidak akan dapat mengatasi ISIS. Sementara pihak Barat enggan menggantikan peran tersebut.


Pejuang SDF pimpinan Kurdi paling banyak terlibat dalam usaha mengalahkan ISIS. - EPA

Semua ini menguntungkan ISIS. Para pemimpinnya yang dalam keadaan buron telah beberapa kali memberikan pernyataan bahwa mereka akan kembali beraksi dan sekarang sudah berada di Irak, jauh sebelum serangan Turki dilakukan minggu ini.

Terdapat sejumlah isyarat bahwa ISIS telah menghimpun kekuatan dan melakukan sejumlah serangan kecil terhadap pos pemerintah Irak.

Tetapi perkiraan buruk ini kemungkinan tidak akan terjadi seluruhnya. Pesan kontradiktif dan membingungkan dari Gedung Putih telah cukup untuk menahan Turki agar tidak terlalu jauh memasuki Suriah.

Serangan yang dilakukan kemungkinan akan terbatas. Dan begitu keadaan sudah normal, akan terdapat pengaturan baru di bagian utara Timur Tengah.

Tetapi pada akhirnya, keadaan kawasan di masa depan kemungkinan akan sangat tidak stabil - kecuali persaingan dikesampingkan dan penduduk mendapatkan sesuatu yang mereka sangat perlukan: kepemerintahan yang baik.

Kelompok jihadis bergantung pada pemerintahan yang buruk atau sama sekali tidak ada, apakah itu di daerah terpencil Somalia, Yaman, Afrika Barat atau di daerah kesukuan di Irak dan Suriah.

Dan hanya terdapat sedikit tanda-tanda akan keadaan akan membaik.