Bagaimana Rusia Jadi 'Makelar' Kekuasaan di Timur Tengah

- Mikhail Svetlov
Sumber :
  • bbc

Di bawah Komunisme, Rusia mengenal perencanaan pembangunan lima tahunan untuk mengejar kemajuan ekonomi.

Kini di bawah Vladimir Putin, perencanaan semacam itu sudah berbeda. Dalam lima tahun, Kremlin sudah memperluas pengaruh geopolitik Rusia.

Pada tahun 2014, Rusia mencaplok wilayah Krimea, kemudian melakukan campur tangan militer di wilayah Ukraina timur. Negara-negara Barat menghantam Moskow dengan berbagai sanksi, membuat Rusia bagai negara yang terisolasi.

Pemimpin-pemimpin negara Barat megkritik Putin dengan keyakinan bahwa tekanan akan mengubah perilaku politik presiden Rusia itu.

Presiden Amerika Serikat ketika itu Barrack Obama tidak mengakui Rusia sebagai "kekuatan regional". Dari posisi Rusia sebagai salah satu negara adi kuasa, pengucilan seperti itu bisa terasa menyakitkan.

Di tahun 2019, keadaannya berbeda. Kini Rusia sedang menjalankan pengaruh global. Rusia ikut campur tangan dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat, berpihak kepada Donald Trump - menurut data dinas intelijen AS.

Mereka juga sedang memperbesar peran politik di Afrika dan Amerika Latin, serta memanfaatkan perpecahan politik di Eropa.

Makelar di Timur Tengah

Di Timur Tengah, perubahan peran Rusia begitu mencolok. Empat tahun sesudah Moskow melancarkan operasi militer di Suriah, Rusia menggantikan peran Amerika sebagai pemain utama dan makelar kekuasaan di wilayah itu.

Dalam beberapa hari saja, Vladimir Putin berbincang lewat telepon dengan Presiden Turki Erdogan dan mengundangnya ke Moskow. Ia juga menelepon perdana menteri Israel dan berbicara soal "persoalan keamanan". Belum lagi kunjungannya ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Ini semua tanda meningkatnya peran aktif Rusia di Timur Tengah.

Tabloid populer Rusia Moskovsky Komsomolets melihat perubahan ini sebagai berikut:

"Situasi terkini di Timur Tengah tak akan pernah terpikirkan bisa terjadi di zaman Henry Kissinger dengan idenya soal `permainan catur geopolitik global`. Nama Amerika memang besar, tetapi mereka kalah di siang hari bolong.. sementara diplomasi Rusia mengungguli mereka."

"Rusia memainkan peran sebagai penengah dan perantara politik, dan tak ada kekuataan regional yang bisa mengabaikan hal ini."

Di Moskow, keputusan Donald Trump untuk menarik pasukan AS dari perbatasan Suriah-Turki sangat mengagetkan para ahli politik internasional.

"Ada keyakinan bahwa Amerika sangat cerdas," kata Fyodor Lukyanov, analis kebijakan luar negeri Rusia yang dekat dengan Kremlin. "Dan jika Amerika melakukan sesuatu yang bodoh, hal itu bukan kebodohan, melainkan kita tak benar-benear mengerti apa sesungguhnya rencana besar mereka."

"Sulit bagi orang Rusia untuk percaya bahwa Amerika bisa melakukan sesuatu yang gila. Namun ternyata mereka bisa."

S u ria h : Kenapa Rusia menang di sana?

Ada beberapa cara melihat bagaimana Moskow diuntungkan dari situasi di Suriah timur laut sekarang ini:

Ketika Moskow meluncurkan operasi militer di Suriah tahun 2015, Kremlin menyatakan prioritas Rusia adalah menaklukan terorisme internasional. Namun pertimbangan utama lain adalah membangun kembali pengaruh Rusia di Timur Tengah.


Prajurit Rusia berdiri di belakang dua orang prajurit Suriah di pangkalan angkatan laut di Tartus. - AFP

Dari pangkalan angkatan laut di Tartus, Rusia bisa memancarkan pengaruh militernya ke seluruh kawasan Mediterania. Laporan terakhir menyatakan bahwa Moskow sedang mengembangkan pangkalan angkatan udara di Latakia.

Perubahan keseimbangan kekuasaan?

Meningkatnya aktivitas politik Rusia di panggung dunia, beriringan dengan periode introspeksi politik di Barat.

"Kekuatan AS dan Eropa kini sedang melihat ke dalam negeri mereka sendiri, dibandingkan beberapa tahun lalu," kata Fyodor Lukyanov yakin. "Yang kami lihat sekarang, lawan-lawan Rusia yang pernah mencoba mengisolasi Rusia sedang berada dalam keadaan terombang-ambing. Ini kontras sekali dengan Rusia yang sedang memperlihatkan daya tahan yang sangat tinggi terhadap tekanan dari luar dan keterampilan politik di Timur Tengah."


Peta politik di Suriah utara pada tanggal 16 Oktober 2019. - BBC

Rusia mungkin punya daya tahan dan keterampilan, serta pengaruh di Timur Tengah. Namun ada potensi kejatuhan di sini.

Rusia bukanlah negara adi daya ekonomi. Ekonominya rapuh dan apabila terjadi kemandekan, Moskow akan terpaksa membatasi ambisi globalnya.

Bagi Timur Tengah sendiri, wilayah ini sangat kompleks. Terkoyak-koyak oleh perpecahan, saling tidak percaya dan kebencian. Bisa jadi Rusia telah menjadi makelar kekuasaan di sana.

Namun Rusia menghadapi tugas berat dalam memelihara keseimbangan politik, apabila ingin menggunakan pengaruh untuk menciptakan perdamaian di sana.