3 Pesawat Boeing 737 Qantas Retak, Ada yang Rute ke Indonesia

Qantas telah memeriksa setengah dari 75 pesawat jenis Boeing 737 yang mereka operasikan dan menemukan adanya keretakan pada 3 pesawat.
Sumber :
  • abc

Maskapai penerbangan nasional Australia Qantas menyatakan telah menemukan adanya keretakan di tiga pesawat jenis Boeing 737 yang mereka operasikan.

Pesawat ini dioperasikan juga untuk beberapa rute luar negeri termasuk ke Indonesia.

Pengumuman ini disampaikan Qantas menyusul cekcok pihak manajemen dengan serikat buruh penerbangan, yang menyerukan agar Qantas mengandangkan seluruh armada Boeing 737 miliknya.

Dalam pernyataannya, maskapai yang dijuluki Flying Kangaroo ini menjelaskan, "Dari 33 pesawat 737 milik Qantas yang harus diperiksa, tiga di antaranya ditemukan memiliki keretakan setipis rambut dalam struktur pickle fork pesawat."

"Pesawat-pesawat ini telah ditarik dari layanan untuk mendapatkan perbaikan," katanya.

"Pickle fork" pada struktur pesawat berfungsi untuk memperkuat hubungan antara bagian sayap dan bagian badan pesawat.

Qantas pada hari Rabu (30/10/2019) menyatakan pihaknya segera memulai inspeksi pada setengah dari armada Boeing 737 miliknya setelah ditemukan satu keretakan selama pemeliharaan rutin.

Pickle forks help to hold the wings to the body of a plane.

ABC News

Kepala bagian teknik Qantas, Chris Snook, menjelaskan perbaikan ini akan "kompleks".

"Kami mengganti pickle fork lama dengan pickle fork baru," jelasnya.

"Pesawat itu akan dikandangkan selama sebulan. Pihak Boeing sendiri telah melakukan ujicoba skema perbaikan di California," kata Snook.

"Perlu 11 hari untuk melakukan membongkar dan memasang pickle fork itu, tapi keseluruhan prosesnya butuh waktu sekitar satu bulan," katanya.

Ketika retakan ini pertama kali ditemukan, bos Asosiasi Insinyur Pesawat Terbang Australia (ALAEA) Steven Purvinas, menyatakan setiap pesawat yang belum diperiksa seharusnya tak boleh terbang.

Boeing 737 milik Qantas dioperasikan pada banyak rute domestik dan beberapa yang keluar negeri seperti ke Selandia Baru, Indonesia dan Fiji.

CEO Qantas Domestic Andrew David menyebut seruan untuk menghentikan seluruh armada Boeing 737 itu tidak bertanggung jawab.

"Kami tidak akan pernah menerbangkan pesawat yang tidak aman," tegas David.

CEO Qantas Domestic Andrew David menegaskan pihaknya tidak akan menerbangkan pesawat yang tidak aman.

ABC News: Emily Piesse

"Meskipun keretakan setipis rambut ditemukan namun ini bukan risiko langsung. Hal itu jelas karena pengecekan tidak diperlukan pada pesawat itu setidaknya selama tujuh bulan," jelasnya.

"Sayangnya, ada komentar tidak bertanggung jawab dari satu serikat buruh insinyur kemarin, yang salah mengartikan fakta ini," ujar David.

"Komentar seperti itu sangat mengecewakan mengingat pekerjaan fantastis yang dilakukan teknisi kami dalam memeriksa pesawat ini lebih awal dari jadwal," tambahnya.

Debbie Slade dari bagian keselamatan pesawat Qantas mengatakan bisa memahami apabila kata "keretakan" akan menimbulkan kekhawatiran penumpang.

Dia mengatakan Boeing telah meyakinkan Qantas bahwa pesawat ini aman diterbangkan hingga 1.000 siklus berikutnya, bahkan jika ada keretakan di salah satu komponen.

Awal bulan ini, Otoritas Penerbangan Federal AS memerintahkan inspeksi terhadap seluruh pesawat Boeing 737 NG di atas 30.000 jam terbang.

Qantas mengatakan tidak satu pun dari pesawat miliknya yang menyelesaikan jam terbang sebanyak itu, namun telah memeriksa 33 Boeing 737 miliknya.

Boeing sebelumnya mengatakan keretakan itu ditemukan pada 38 pesawat jenis ini di seluruh dunia dan telah dikandangkan untuk diperbaiki.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.