Amerika Serikat Ragukan Jumlah Kematian Kasus Virus Corona di China

Peta sebaran virus corona atau COVID-19.
Sumber :
  • Global Cases by Johns Hopkins CSSE

VIVA – Otoritas China telah mengumumkan, virus corona sudah membunuh lebih dari 1.770 orang di seluruh China daratan, mayoritas di Hubei daerah wabah tersebut pertama kali menyebar. China mencatat ada lebih dari 70 ribu kasus virus bernama Covid-19 di negaranya.

Meski begitu jumlah kasus yang dipublikasikan oleh Pemerintah China itu diragukan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Gedung Putih tidak yakin apakah China memberikan data yang akurat atau tidak terkait epidemik yang sudah berlangsung selama sebulan ini. 

"Gedung Putih menyatakan tidak memiliki kepercayaan penuh pada informasi yang berasal dari China, terkait jumlah kasus virus corona," kata seorang pejabat senior pemerintah AS dilansir dari CNBC

Pejabat itu juga menyebut bahwa China terus-menerus menolak bantuan dari Amerika Serikat untuk mengatasi wabah tersebut. China enggan menerima bantuan dari Pusat pengendalian dan pencegahan Penyakit AS, dan dilaporkan mengabaikan informasi tentang wabah tersebut dari para ilmuwan dunia, yang dianggap mengkhawatirkan. 

Sebuah tim dari Organisasi Kesehatan Dunia beranggotakan 12 pakar internasional akan tiba di China akhir pekan ini. WHO bahkan menyatakan kepada wartawan bahwa China sudah lebih transparan.

Namun pujian WHO itu tidak menahan pejabat tinggi AS tidak mengkritik penanganan China terhadap wabah virus Corona. Pekan lalu, penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan kepada wartawan AS "sangat kecewa," melihat kurangnya transparansi China.  

Penasihat Gedung Putih, Peter Navarro bahkan menyebut China sebagai "inkubator penyakit."   

Ketidakpercayaan pejabat AS terhadap China memang sudah berlangsung lama, sejak 1950-an ketika otoritas nasional menetapkan kuota produksi yang tidak realistis. Kemudian terkait wabah SARS di 2003 yang dilaporkan 800 orang meninggal, dan 8.098 warga lainnya sakit selama 9 bulan. 

Laporan data ekonomi China selama 20 tahun terakhir ini juga memperkuat kepercayaan AS bahwa China tidak bisa dipercaya.