Meski Ibu Kota Indonesia Pindah, BPTJ Prediksi Jakarta Tetap Macet

Kendaraan bermotor terjebak kemacetan di Jalan KH. Abdullah Syafei, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan, walau Ibu Kota Indonesia dipindahkan ke luar Jawa suatu saat nanti, pengaruhnya pada kemacetan Jakarta sangat kecil. Meski Ibu Kota pindah, tingkat kemacetan di Jakarta tidak akan berkurang signifikan. 

"Saya coba menghitung, seandainya pusat pemerintahan pindah dari Jakarta, kita hitung kira-kira mempunyai dampak pengurangan, karena jumlah PNS yang pindah, itu kira-kira hanya 10 persen," kata Bambang usai menghadiri Diskusi Panel Bisnis Indonesia bertajuk “Menyoal Masa Depan Sistem Pengelolaan Transportasi Jabodetabek” di Hotel Grand Sahid Jakarta, Kamis 2 Mei 2019.

Pihaknya menghitung pergerakan orang di Jakarta mencapai 50 juta orang dalam sehari. Bahkan dalam hitungan YLKI, Bambang mengatakan sudah mencapai 60 juta orang per hari.

Maka dari itu, jika pengaruh perpindahan ibu kota hanya 10 persen maka hanya 6 juta orang yang keluar. Itu angka yang tidak signifikan untuk bisa membuat Jakarta tidak macet, meski Jakarta bukan lagi menjadi Ibu Kota Indonesia.

"Artinya apa, artinya pengurangan kemacetan tidak juga signifikan. Artinya permasalahan transportasi di Jabodetabek masih jadi hal utama, prioritas," kata Bambang. 

Harus diakui, dengan perpindahan Ibu Kota Indonesia ke luar Jawa dapat mengurangi beban terutama di Jabodetabek yang mulai masuk pada titik jenuh. Namun perpindahan itu, tidak terkait sama sekali dengan upaya mengatasi kemacetan di Jabodetabek.

"Oleh karena itu bukan berarti ibu kota dipindah masalah transportasi selesai, tidak demikian," lanjut Bambang. (ren)