Perampok Toko Emas Asal Malaysia Ternyata Duet Amatir dan Profesional

Kepala Polres Kota Tangerang Kombespol Sabilul Alif merilis foto tersangka perampok toko emas dan barang buktinya dalam konferensi pers, Kamis, 11 Juli 2019.
Sumber :
  • VIVA/Sherly

VIVA – Kepolisian Resor Metropolitan Kota Tangerang merilis dua warga Malaysia tersangka perampok Toko Emas Permata di kawasan Balaraja, kota setempat. Satu di antara mereka bernama Muhammad Nazri Fadzil Rahman, berusia 26 tahun.

Menurut polisi, Nazri merencanakan merampok toko emas setelah keinginannya kuat untuk bekerja di Jepang. Dia awalnya merasa tak punya cukup uang untuk tinggal di Jepang selagi mencari-cari pekerjaan. Sementara orangtuanya memberinya uang hanya 10.000 ringgit atau setara Rp30 juta.

Lalu muncul niat Nazri merampok agar hasil jarahannya kelak dapat dipakai untuk menutupi biaya hidup di negeri Sakura. Dia kemudian mengajak seorang rekan, Muhammad Nur Iskandar (23 tahun), untuk melaksanakan rencana jahat itu.

Nazri mulanya tak mengenal Iskandar. Dia dikenalkan dengan rekan kriminalnya itu oleh temannya bernama Mustofa, warga Malaysia juga. Mustofa merekomendasikan nama Iskandar bukan tanpa alasan. Dia cukup mengenal Iskandar sebagai residivis perampok emas di Malaysia.

"Dia (Muhammad Nazri Fadzil Rahman) ini menceritakan niatnya kepada rekannya, Mustofa, kemudian oleh Mustofa ini dikenalkan dengan Nur Iskandar hingga akhirnya terjadilah aksi perampokan ini," kata Kepala Polres Kota Tangerang Kombespol Sabilul Alif, dalam konferensi pers, Kamis, 11 Juli 2019.

Duet perampok amatir dan profesional di Toko Emas Permata berhasil menjarah enam kilogram emas dan uang tunai Rp4 juta. Setelah itu mereka menjarah uang di sebuah pom bensin di Kuala Lumpur dan Selangor hingga ditangkap polisi Malaysia pada 2 Juli 2019.

Waze dan Google Street View

Aksi Nazri dan Iskandar di Tangerang itu cukup unik karena keduanya nyaris tak mengenal situasi dan lokasi sasaran kejahatan mereka. Mereka tercatat sebagai turis yang berkunjung ke Indonesia dan menginap di sebuah hotel di Tangerang.

Kedua pemuda itu memanfaatkan aplikasi berbasis lalu lintas dan navigasi Waze sebagai panduan dalam perjalanan menuju Indonesia. Mereka juga menggunakan aplikasi itu sebagai alat pemantauan atau pengecekan lokasi toko emas yang akan menjadi sasarannya.

Pola mereka, kata Alif dalam konferensi pers itu, cukup sederhana: memasukan kata kunci toko emas dalam pencarian Waze, lalu muncul beberapa, dan mereka memilih lokasi yang terdekat dari tempat mereka menginap.

Mereka memilih sasaran Toko Emas Permata, lantas memantau situasi di lokasi target melalui aplikasi Google Street View. Saat dirasa cukup aman, mereka langsung melancarkan aksinya.

Bermodal satu mobil sewaan dan dua pistol revolver, keduanya berhasil menggasak emas di toko itu. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan, nyatanya senjata yang mereka gunakan hanyalah pemantik alias korek api yang bentuknya menyerupai revolver.

Dari tangan para tersangka, polisi menyita dua pemantik berbentuk senjata, enam baki emas, dan satu unit mobil Avanza. Hasil curian di Indonesia, seperti emas dan uang tunai, masih berada di Kepolisian Malaysia untuk penyidikan di sana. [mus]