Fakta Seputar Bentrokan FBR dan PP di Bekasi, Dipicu Soal Sepele

Polisi menangkap pelaku penganiayaan anggota FBR.
Sumber :
  • VIVA/Foe Peace Simbolon

VIVA – Dua organisasi masyarakat terlibat bentrok di Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu dini hari 17 November 2019. Kedua ormas itu adalah Forum Betawi Rempug (FBR) dan Pemuda Pancasila (PP).

Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombes Pol Indarto membenarkan adanya bentrokan dua kelompok pada malam itu. "Kondisi sudah kondusif, petugas kepolisian sudah berjaga-jaga di titik rawan bentrok," katanya saat dikonfirmasi wartawan, Minggu 17 November 2019 seperti dilansir dari VIVAnews.

Perihal penyebab bentroknya dua ormas tersebut, Indarto tak menjelaskan secara rinci. Ia hanya mengatakan bentrokan terjadi karena salah paham. "Gesekan di kafe. Salah paham," ujarnya.

Indarto menjelaskan, pihak kepolisian sudah mempertemukan kedua pimpinan dari ormas tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lagi bentrokan susulan yang mengakibatkan timbulnya keresahan di masyarakat. Polri akan tetap menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) dengan melakukan penjagaan di beberapa titik rawan bentrok.

"Penegakkan hukum bagi pelanggar hukum, penjagaan di titik rawan, hari ini kita kumpulkan para pimpinannya untuk memastikan tidak ada bentrokan susulan," paparnya.

Atas insiden ini, VIVA merangkum fakta menarik antara lain:

Perkara sepele

Bentrokan antara FBR dan PP ternyata dipicu hal sepele. Diawali saat dua orang pelaku pemicunya berjoget di sebuah kafe malam di kawasan Bekasi Timur.

Berdasarkan laporan polisi, peristiwa itu terjadi di sebuah kafe malam pada Sabtu, 16 November 2019. Ketika itu, dua orang anggota ormas yang berbeda ikut berpartisipasi di lokasi hiburan malam.

Mereka bernama Dedi anggota ormas FBR dan Deni anggota Pemuda Pancasila. Ketika itu, Dedi ingin membakar sebatang rokok dan Deni menawarkan korek api.

Dedi langsung mengambilnya. Rupanya tawaran itu dihadiahi tamparan dari Deni. Tak terima perlakuan tersebut, Dedi langsung mendorong Deni hingga terjatuh. Di situ Deni juga mengambil sebuah botol bir untuk dilempar ke arah kaki Dedi.

“Untuk menghindari ribut lebih besar Deni bersama tujuh orang temannya pergi meninggalkan lokasi Kafe Budi," kata Kepala Subbagian Humas Polres Metro Kota Bekasi Kompol Erna Ruswing, Minggu, 17 November.

Namun, menjelang pagi atau sekitar pukul 05.00, sekelompok massa FBR dengan jumlah 100 orang menyerang markas Pemuda Pancasila di Arenjaya, Bekasi Timur.

Kedua orang yang bertikai di tempat hiburan terlibat lagi. Di situ Dedi menyerang Deni dengan melempar batu lalu mengeroyoknya. Akibat insiden itu Deni luka di pinggang dan tangan, sedangkan kawan-kawannya melarikan diri.

Dua kelompok yang bertikai akhirnya duduk bersama dengan dihadiri unsur kepolisian dan pemerintah Kota Bekasi. Meski sudah berdamai, polisi mengejar pelaku pengrusakan dan pengeroyokan.

Pengakuan saksi mata

Dalam bentrokan pendukung dua ormas itu, satu orang yang diketahui bernama Sarifudin menjadi korban luka. dan satu bangunan dirusak.

Belum diketahui latar belakang bentrokan tersebut. Namun, dugaan sementara bentrokan itu terjadi oleh ormas Forum Betawi Rempug (FBR) dan Pemuda Pancasila (PP).

Salah seorang saksi mata, Syahrul, (33 tahun) mengaku terkejut ketika kedua ormas itu saling serang. Syahrul yang saat itu sedang makan, melihat satu gardu ormas dirusak. "Gardu FBR itu dirusak," katanya, Minggu 17 November 2019.

Setelah itu, Syahrul melihat satu orang dari salah satu kelompok dikeroyok. Akibatnya, korban babak belur. "Ramai sekali, satu orang ada yang dikeroyok," ungkapnya.

Proses hukum berlanjut

Kedua pemimpin ormas bersepakat berdamai dalam pertemuan yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Bekasi dan Kepolisian. Namun perselisihan di antara mereka tetap diselesaikan melalui proses hukum

Kapolres Metro Kota Bekasi Kombes Pol Indarto mengaku lega setelah terjadi pertemuan itu, karena kedua pihak berkomitmen untuk tidak membuat keributan lagi. “Sepakat menyelesaikan masalah tidak dengan kekerasan,” katanya.

Mengenai pelaku pengeroyokan dan pengrusakan, Indarto menegaskan, kedua kelompok sepakat menyerahkan kasus itu kepada polisi. “Enggak ada damai, semuanya berdasarkan hukum,” kata dia.