Kisah Korban Banjir Memilih Bertahan di Rumah

Sejumlah warga berjalan di dekat mobil yang rusak pascabanjir di Perumahan Pondok Gede Permai Bekasi, Jawa Barat, Kamis (02/01) - ANTARA
Sumber :
  • bbc

Perumahan Pondok Gede Permai, Jati Asih, Bekasi, adalah salah satu lokasi yang paling parah terkena banjir besar pada awal tahun.

Kompleks perumahan ini berdekatan dengan Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi, yang menurut warga mengirim volume air dalam jumlah besar ketika hujan deras melanda Jakarta dan sekitarnya pada Selasa malam (31/12).

"Kalau banjir terparah sih tahun ini. Parah banget, di lantai dua sampai selutut," ujar warga perumahan di Jati Asih, Muhammad Reynanda, saat ditemui BBC Indonesia.

"Pertama hujannya dari sore lalu berhenti di pagi hari, di Cileungsi hujan besar dari pagi sampai malam jadi kiriman dari sananya besar," ungkapnya.

Nanda, sapaan akrab pemuda berusia 18 tahun tersebut, mengatakan bahwa ia dan keluarga tidak mengungsi dan bertahan di lantai dua rumahnya karena tidak bisa menerobos banjir.

"Saya tidak meninggalkan rumah karena mau keluar, air saja sudah setinggi dada dan arusnya kencang, jadi tinggal di lantai dua saja."

"Panik? Tidak juga, karena sudah terbiasa," kata Nanda.

Kompleks ini memang sudah langganan banjir. Kebanyakan rumah di sini memiliki setidaknya dua lantai, dan tepat di gerbang masuk perumahan terdapat gudang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dijadikan posko pengungsian oleh sekitar 200 jiwa.

Parahnya banjir di daerah ini juga menarik perhatian Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, yang berkunjung ke Pondok Gede Permai untuk menyalurkan bantuan pada hari Jumat (03/01).

"Saya melihat dan meninjau langsung... ini parah. Kita juga prihatin, memberi bantuan berupa matras, selimut, pakaian, makanan, minuman dan alat kebersihan karena mereka mengeluhkan kurangnya alat kebersihan kalau sudah surut," kata Agus kepada wartawan.

`Banjir terbesar`

Warga lain di Jati Asih, Indah Purnama Sari sudah seharian membersihkan lumpur di rumah toko (ruko) dua lantai tempatnya bekerja. Ia harus memakai masker agar tidak menghirup bau busuk dan menyengat yang datang dari dalam bangunan itu.

Sumber bau ternyata adalah dua baskom bebek mentah dan buah-buahan busuk yang terendam banjir. Ruko itu merupakan tempat berjualan toko buah dan warung bebek goreng.


Setelah air surut, warga di Jati Asih, kembali ke rumah mereka hari Jumat (03/01). - BBC

Saat banjir besar melanda Jabodetabek pada malam Tahun Baru, ketinggian air yang mencapai sekitar 2,5 meter di kompleks ini membuat para pegawai di ruko ini tidak sempat menyelamatkan makanan beserta perabotan di dalam ruko.

"Kulkas rusak, buahnya rusak, buahnya saya buang semuanya. Busuk. Ada bahan-bahan untuk membuat es buah, gula, susu, tidak bisa tertolong, lemarinya ambruk," ujar Indah.

Perempuan berusia 22 tahun itu mengatakan ketinggian air banjir mencapai dua lantai. Ia mengatakan bahwa banjir kali ini paling besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Ia arus mengungsi ke perumahan terdekat, sekitar sepuluh menit jalan kaki dari perumahan tersebut.

"Saya mau bersih-bersih dulu, kalau sudah beres InsyaAllah jualan lagi," katanya saat ditanya apa rencananya dalam beberapa hari ke depan.

Indah adalah satu dari banyak warga perumahan yang memutuskan kembali ke rumah-rumahnya pada hari ketiga setelah banjir menerjang pada hari Rabu (01/01).

Di kota Bekasi sendiri, terdapat 11 kecamatan yang terdampak banjir besar. Meski air sudah surut, jalanan di daerah ini hingga Jumat sore masih sulit dilalui lantaran masih tebalnya lumpur yang membuat jalan licin.

Banyak warga yang memutuskan berjalan tanpa alas kaki karena tidak memiliki sepatu bot. Mereka yang memakai sandal jepit kerap kali tergelincir. Listrik belum menyala, sehingga warga mengandalkan genset untuk mendapatkan air guna membersihkan rumah beserta perabotan.

Ambulans, mobil, dan sepeda motor berlalu lalang. Jalan yang licin membuat sejumlah motor berjatuhan. Bantuan untuk warga terus berdatangan.


Salah satu kerusakan akibat terjangan banjir di satu kompleks perumahan di Jati Asih, Bekasi. - BBC

Mobil-mobil terseret arus

Di sepanjang jalan sebagian orang yang mewakili satu minimarket menawarkan makan dan air putih gratis. Relawan juga datang silih berganti. Lalu lintas kendaraan ini sempat membuat perjalanan warga, yang berbondong-bondong datang membawa alat-alat kebersihan, terhambat.

Dampak banjir sendiri masih terlihat. Atap sebuah warung kopi yang terletak dekat gerbang ambruk, sampah berserakan di depan deretan rumah dua lantai yang tidak berpenghuni, perabotan berlumpur ditinggalkan di depan rumah warga.

Sejumlah mobil yang sempat terbalik di belakang komplek, indikasi kerasnya arus air saat banjir melanda, sudah ditarik.

"Mobil ini posisinya di tengah [mobil-mobil yang lain], ketika banjir terdorong sama mobil yang paling depan, kira-kira ada sepuluh mobil di depan, arus airnya memang tinggi sekali," kata Budi, pemilik sebuah mobil yang terbalik.

Budi sebenarnya adalah warga Priuk, namun adiknya tinggal di perumahan Pondok Gede Permai dan berencana meminjam mobilnya untuk dipakai jalan-jalan ketika tahun baru. Ia mengaku biaya perbaikan mobil diperkirakan mencapai sepuluh juta.

"Saya beli mobil dengan uang tunai jadi tidak mendapat asuransi, bingung juga kalau posisinya seperti ini."

"Untuk saat ini saya mau mengusahakan memperbaiki mesin dan interiornya, untuk body mobil yang saya pentingkan adalah bagian depannya. Mobil saya akan diangkut, lebih cepat lebih bagus," kata Budi.

Meski mengalami kerugian yang cukup besar, Budi mengatakan kerugian yang dialami adiknya lebih besar karena semua perabotan yang dimilikinya dan disimpan di lantai dasar "habis".