Tempo Raih Udin Award karena Karikatur Rizieq Shihab

Aksi Menentang Kekerasan Terhadap Jurnalis/Ilustrasi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Siswowidodo

VIVA – Aliansi Jurnalis Independen atau AJI menganugerahkan lagi Udin Award, penghargaan kepada jurnalis maupun kelompok jurnalis profesional dan memiliki dedikasi pada dunia jurnalistik serta menjadi korban kekerasan.

Udin Award kali ini diberikan kepada Tempo Media untuk kategori kelompok jurnalis dan Heyder Affan, jurnalis BBC Indonesia, untuk kategori perorangan.

Dalam siaran pers AJI yang diterima VIVA, sekurangnya tercatat 75 kasus kekerasan terhadap jurnalis sepanjang Agustus 2017 hingga Juli 2018. Bentuk-bentuk serangan intimidasi di ranah media sosial dan pengusiran mulai massif akhir-akhir ini. Bahkan kemudian melahirkan tindakan persekusi terhadap media dan jurnalis oleh kelompok yang tidak setuju dengan pemberitaan. 

Setiap kasus dianalisis secara mendalam dengan mempertimbangkan sisi profesionalisme, dedikasi pada dunia jurnalistik, dan kronologi kejadian. Dengan berbagai pertimbangan itu, dewan juri Udin Award akhirnya memilih Tempo Media dan Heyder Affan sebagai pemenang Udin Award 2018.

Tempo Media, menurut Dewan Juri, menerima serangan persekusi oleh kelompok Front Pembela Islam setelah menampilkan karikatur yang dianggap melecehkan pemimpin FPI, Rizieq Shihab.

Jauh sebelum persekusi FPI, Tempo hampir selalu menghadapi serangan serta gugatan namun tak sedikit pun menyurutkan daya kritisnya untuk terus menyajikan berita bagi publik. Tempo dalam setahun terakhir juga aktif terlibat dalam kolaborasi International Concorsium Investigative Journalists (ICIJ) membongkar persoalan pajak orang-orang penting di Indonesia. 

Affan dipilih setelah beberapa waktu lalu diusir saat meliput penanganan masalah campak dan gizi buruk di Papua hingga dia tak bisa melanjutkan liputan. Affan dan dua rekannya diusir oleh aparat keamanan karena dituding memberitakan kondisi yang tidak memihak pada upaya penanganan yang dilakukan pemerintah.

Padahal, menurut Dewan Juri, kritik yang disampaikan media berdasarkan fakta, seharusnya disikapi dengan bijak sebagai masukan untuk memperbaiki penanganan campak dan busung lapar di Asmat dan Papua.

“Pada saat rekannya diusir serta visanya dipersoalkan, Affan terlibat aktif mendampingi dan mengadvokasi kasus tersebut. Dia mengambil risiko besar saat melakukan pendampingan karena intimidasi aparat yang dialami,” tulis Dewan Juri dalam siaran pers itu.

Udin Award

Udin Award diambil dari kata panggilan Fuad Muhammad Syafruddin, jurnalis Harian Bernas, yang meninggal dunia pada 16 Agustus 1996 di Yogyakarta. Udin dianiaya orang tidak dikenal karena berita  korupsi yang ditulisnya pada 13 Agustus 1996, dan meninggal dunia tiga hari kemudian.

Kasus kematian Udin tak pernah diusut hingga tuntas. Pelaku pembunuhan Udin tak pernah terungkap hingga kini, setelah dua puluh dua tahun kemudian. 

Melalui Udin Award, AJI ingin memberikan penghargaan kepada jurnalis maupun kelompok jurnalis profesional dan memiliki dedikasi pada dunia jurnalistik, serta menjadi korban kekerasan. Para nominator Udin Award 2018 adalah para jurnalis atau kelompok jurnalis yang menjadi korban kekerasan sepanjang Agustus 2017 hingga Juli 2018, dan usulan dari berbagai pihak.

Keputusan dewan juri untuk memilih Tim Tempo dan Affan tidak mengecilkan arti kasus kekerasan yang lain yang terjadi selama setahun terakhir. Juga berbagai upaya yang telah dan akan terus dilakukan atas kasus itu.

AJI Indonesia sudah empat tahun berturut-turut tak menghasilkan kandidat yang kuat sebagai penerima Udin Award. Namun munculnya dua peraih Udin Award kali ini sekaligus menandai kondisi keselamatan pers kita masih dibayangi ancaman.