435 Rumah di Padang Terkena Banjir Akibat Pembangunan Sungai

Banjir di kawasan Jondul Rawan, Mato Aia, Kota Padang, Sumatera Barat,
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Ratusan rumah warga di kawasan Jondul Rawang, Mato Aia, Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis pagi, 27 September 2018 masih terendam banjir. Rata-rata genangan air yang masuk ke rumah warga tersebut setinggi 60 sentimeter.

Warga terlihat masih berjibaku menguras genangan air yang menggenangi rumah dengan peralatan seadanya. Mereka berusaha membersihkan sisa material banjir yang disebabkan oleh curah hujan tinggi pada Rabu sore kemarin.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang mencatat, setidaknya ada 375 kepala keluarga (KK) yang tersebar di tujuh rukun tetangga dan 28 rukun warga terdampak banjir di kawasan Jondul Rawang ini.

Selain itu, banjir juga merendam kecamatan Lubuk Begalung, dengan jumlah 60 KK dan 30 rumah terdampak, pohon tumbang juga terjadi di Kawasan Padang Selatan dan Koto Tangah, serta longsor di Kecamatan Padang Selatan. Satu unit rumah hancur.

Warga berharap, Pemerintah Kota Padang cepat mengatasi persoalan banjir di kawasan ini. Pasalnya, setiap hujan apalagi intensitas tinggi, banjir selalu terjadi. Tak hanya menggenangi, banjir juga menyebabkan sejumlah perabotan rumah terutama barang elektronik rusak. 

Menurut warga setempat, banjir terjadi akibat adanya pembangunan yang dilakukan oleh PJKA dan PT Pelindo. Sehingga, ada penyumbatan drainase. Sebelum adanya pembangunan, aliran sungai di kawasan itu mengalir ke Gaung, kini berpindah ke Muaro Padang.

“Sejak dulu saya tinggal di sini. Sejak jembatan ditutup oleh PJKA dan Pelindo, air kemari. Dulu alirannya ke Gaung, sekarang ke Muaro,” kata Asril (63) salah satu warga Jondul Rawang, Kamis 27 September 2018.

Asril menegaskan, jika tidak cepat diatasi atau diantisipasi dengan perbaikan drainase yang lebih baik lagi, maka setiap hujan akan selalu terjadi banjir terus-menerus. Jika banjir, maka tidak hanya berdampak kepada kerusakan perabotan rumah, namun juga menyebabkan warga tidak bisa bekerja lantaran disibukkan membersihkan sisa material banjir. Asril sendiri sehari-hari bekerja sebagai pedagang nasi Ampera.

Senada dengan Asril, Eriyanto menyebutkan, persoalan utama banjir di tempatnya yakni lantaran sistem drainase yang buruk. Maka dari itu, sudah seharusnya pemerintah tanggap mengatasi persoalan ini. 

Untuk mengantisipasi kata Asril, dirinya sudah berupaya membuat tanggul penahan air secara permanen yang dipasang di pintu rumah bagian depan dan belakang, bahkan juga di bagian jendela. 

Namun, upaya itu tetap tidak berhasil. Air tetap masuk ke dalam rumah. Bahkan, dirinya disulitkan lantaran harus menguras genangan air menggunakan ember.

“Saya sudah buat tanggul permanen agar air tidak masuk ke rumah. Tapi tetap saja tidak berhasil. Sekarang, saya buat dulu lubang kecil agar genangan air mengalir keluar,” ujar Asril.

Belum ada bantuan

Asril menyebutkan, hingga saat ini sama sekali belum ada bantuan dari Pemerintah setempat, terutama logistik. Warga kata Asril, berharap adanya bantuan logistik secepatnya, karena rata-rata warga yang terdampak belum bisa memasak.

Menanggapi itu, Kasiop BPBD Kota Padang, Sutan Hendra menyebutkan, pihaknya saat ini sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial. Diperkirakan siang ini bantuan logistik untuk makan siang sudah bisa di distribusikan.

“Kita sudah koordinasikan dengan Dinsos. Mudah-mudahan siang ini, sudah bisa disalurkan,” tutup Sutan Hendra.