Cerita Megawati Kebingungan Tangani Gempa Saat Jadi Wapres

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri meminta pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk lebih peka pada early warning system kebencanaan, karena Indonesia berada di ring of fire. Mega mengungkapkan sudah melakukan pembenahan sistem tanggap bencana saat di mendapat perintah dari Presiden keempat Abdurrahman Wahid atau sering di sapa Gus Dur.

"Pengalaman saya didesak untuk diceritakan. Ketika saya wapres, kebetulan banyak terjadi bencana. Dan presiden kala itu meminta saya menanganinya," kata Megawati di DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Senin 8 Oktober 2018.

Mega mengungkapkan saat itu penanganan bencana ada di Kementerian Perhubungan dan Kementerian Sosial. Selain itu BMKG belum menjadi badan seperti saat ini.

"Makanya saya heran bagaimana mau tanggap darurat dengan cepat," ungkapnya.

Atas dasar itu ia mulai membuat road map penanganan bencana di Indonesia. "Maka saya meminta presiden Gus Dur untuk mengubah BMKG menjadi badan sendiri sehingga bisa memprediksi bencana. Lalu ada BNPB dan badan lain di bawah presiden," kata dia.

Selain itu, ia meminta pemerintah bisa belajar dari Jepang saat menghadapi bencana. Di mana sistem telah berjalan baik dan mampu menenangkan warganya saat terjadi bencana.

Mega menceritakan pengalaman menarik saat berada di Jepang. Ia berada di sebuah rumah makan dan sedang menikmati jamuannya, tiba-tiba gempa datang. Namun orang-orang berada di rumah makan tersebut tetap tenang dan melanjutkan makan.

"Ketika itu saya sudah panik tetapi orang Jepang biasa saja. Mereka sudah tahu dari pemerintah belum menjadi ancaman, tetapi ketika ada ancaman pasti sirine akan bunyi sehingga siapa pun harus ke luar dari bangunan," ucap dia.

Ia mendapat penjelasan dari rekannya yang tinggal di Jepang bahwa mereka sudah memiliki early warning system berupa alarm. Jika gempa yang mengguncang bermagnitudo lebih dari 5, alarm akan berbunyi dan warga harus segera meninggalkan bangunan.

Dan Jika alarm tidak berbunyi, maka artinya gempa yang terjadi tidak berbahaya dan tak akan sampai merusak bangunan. Sehingga masyarakat tidak panik.

"Mereka di rumah juga siap dengan backpack untuk bertahan. Jadi begitu ada sirine pertama mereka langsung bawa backpack. Sirine kedua mereka sudah tahu harus ke mana karena di Jepang ada jalan evakuasi. Jadi sirine ketiga mereka harus lari ke tempat tinggi semisal bukit. Di bukit itu selalu bersih ada semacam tenda pengungsian yang suatu saat bisa dibuka," katanya.